Teka-Teki Hidup Seperti Puzzle, Penulis Ini Ungkap Cara Menatanya Agar Utuh
- Pixabay
Meliza Maria, melalui tokoh utama dalam novelnya bernama Lilith, mengilustrasikan bahwa hidup bukanlah rangkaian acak, melainkan serangkaian peristiwa yang saling terkait. Lilith, seorang pecinta puzzle, memandang setiap momen sebagai potongan yang harus ditempatkan dengan hati-hati.
Untuk menerapkannya, cobalah buat daftar pengalaman hidup Anda—baik pencapaian maupun kegagalan—dan kategorikan mana yang menjadi "sudut" kuat (seperti dukungan keluarga) dan mana yang perlu "dirotasi" (seperti kebiasaan buruk). Pendekatan ini tidak hanya membantu mengurangi stres, tetapi juga meningkatkan rasa percaya diri saat melihat kemajuan secara bertahap.
Aktivitas puzzle juga sangat bermanfaat untuk mempererat ikatan keluarga, terutama di era digital di mana interaksi tatap muka semakin jarang. Bayangkan duduk bersama anak-anak, memegang potongan-potongan berwarna, sambil berdiskusi tentang strategi penyusunan.
Momen ini membuka ruang untuk percakapan ringan, tawa bersama, dan kolaborasi yang alami. Penelitian dari bidang psikologi keluarga menunjukkan bahwa kegiatan bersama seperti ini dapat mengurangi risiko konflik rumah tangga dan meningkatkan empati antaranggota keluarga.
Almira Rahma, seorang psikolog dan corporate trainer yang turut hadir dalam acara peluncuran buku tersebut, menekankan bahwa puzzle mengajarkan kerja sama tim: satu orang mungkin ahli dalam mengenali pola, sementara yang lain lebih cepat dalam mencocokkan warna.
Terapkan tips ini dengan memilih puzzle bertema yang sesuai usia anak, mulai dari 100 potong untuk pemula hingga ribuan untuk tantangan keluarga, dan jadwalkan sesi rutin seminggu sekali untuk membangun rutinitas positif.
Selain manfaat kognitif, filosofi puzzle dalam hidup membantu mengelola kesehatan mental dengan lebih baik. Setiap kepingan yang tampak tidak pas pada awalnya sering kali menemukan tempatnya setelah perspektif diubah.