Hindari 5 Hal Kecil yang Sering Bikin Gagal Wawancara Kerja

Ilustrasi wawancara kerja
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle –Pernah merasa sudah mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk wawancara kerja, tapi tetap nggak lolos ke tahap selanjutnya? CV kamu bagus, pengalaman cukup, dan kemampuan sesuai dengan posisi yang dilamar tapi hasilnya nihil.

Penasaran Berapa Gaji Pemetik Buah di Australia, Betulan Bisa Tembus Puluhan Juta Per Bulan?

 

Tenang, kamu tidak sendirian. Banyak pencari kerja gagal bukan karena kurang kompeten, tapi karena kesan pertama yang tidak kuat. Kesalahan kecil yang tampak sepele seperti cara duduk, tatapan mata, hingga nada suara bisa memengaruhi penilaian pewawancara.

Warga Indonesia Bisa Kerja di Prancis, Ini 7 Syarat Utamanya

 

Dalam artikel ini, kita akan membahas 5 kesalahan non-teknis yang paling sering terjadi dalam wawancara kerja, lengkap dengan solusi praktis untuk menghindarinya. Penjelasan ini juga diperkuat oleh pakar komunikasi dari UCLA, Prof. Albert Mehrabian.

Tertarik Kerja di Dubai? Simak Lowongan dan Syarat bagi WNI di Sini, Gajinya Bisa Capai Rp100 Juta

Pertama mari cari tau kenapa kesalahan kecil bisa fatal di wawancara kerja. Menurut penelitian Prof. Albert, dalam komunikasi tatap muka yang mengandung unsur emosi seperti wawancara kerja penilaian seseorang terhadap lawan bicara terbentuk berdasarkan 7% dari kata-kata yang diucapkan (verbal), 38% dari nada suara (vokal), dan 55% dari bahasa tubuh (non-verbal)

 

Artinya, lebih dari 90% kesan pertama kamu ditentukan bukan oleh isi jawabanmu, tapi oleh cara kamu menyampaikannya. Nada yang terlalu pelan, gesture tubuh yang kaku, atau kurang eye contact bisa langsung membuat pewawancara merasa kamu tidak siap atau tidak percaya diri, meskipun isi jawabanmu sebenarnya bagus.

 

 

5 Hal Kecil Tapi Fatal Saat Wawancara dan Cara Memperbaikinya

 

1. Kurang Eye Contact

 

Masih banyak kandidat yang saat menjawab pertanyaan malah menunduk, melihat ke samping, atau terlalu sering menghindari tatapan pewawancara. Padahal, kontak mata adalah salah satu bentuk komunikasi non-verbal paling penting dalam wawancara.

 

Kontak mata yang cukup memberi kesan percaya diri, fokus, dan jujur. Sebaliknya, menghindari tatapan bisa diartikan sebagai gugup atau menyembunyikan sesuatu.

 

Solusi:

 

  • Latih tatapan mata selama 3–5 detik saat menjawab, lalu alihkan sebentar, lalu kembali menatap.

  • Saat wawancara online, tatap kamera, bukan wajahmu di layar.

  • Latihan dengan teman atau bercermin bisa bantu membangun kebiasaan ini.

 

2. Gesture Tubuh Kaku atau Terlalu Gelisah

 

Pewawancara bisa langsung menangkap sinyal ketidaknyamanan dari bahasa tubuhmu. Duduk terlalu tegak seperti patung bisa terlihat tegang, tapi terlalu santai seperti menyandarkan badan juga bisa memberi kesan malas.

 

Di sisi lain, gerakan gelisah seperti menggoyangkan kaki, memutar-mutar pulpen, atau menyentuh wajah terus-menerus bisa mengganggu fokus pewawancara.

 

Solusi:

 

  • Duduk tegak, tapi tetap rileks. Bahu tidak menegang, tangan bisa diletakkan di meja atau di pangkuan.

  • Gunakan gestur tangan ringan saat menjelaskan sesuatu.

  • Sadari kebiasaan gelisahmu dan latih diri untuk menahannya saat berbicara.

 

 

3. Nada Suara Datar, Pelan, atau Tidak Jelas

 

Banyak kandidat yang menjawab dengan suara terlalu pelan, datar, atau tanpa intonasi. Hasilnya? Pewawancara merasa kamu tidak antusias atau tidak tertarik.

 

Nada suara mencerminkan semangat, keyakinan, dan kesiapanmu. Suara yang jelas dan bervariasi menunjukkan kamu tahu apa yang kamu bicarakan.

 

Solusi:

 

  • Latih berbicara dengan volume sedang, tidak terlalu cepat, dan gunakan intonasi naik turun sesuai konteks.

  • Rekam latihan wawancara dan dengarkan kembali. Koreksi bagian yang terdengar monoton atau sulit dipahami.

  • Jangan ragu untuk tersenyum saat menjawab, karena senyum memengaruhi nada suara agar terdengar lebih ramah.

 

 

4. Lupa Melakukan Riset Tentang Perusahaan

 

Salah satu pertanyaan yang hampir pasti muncul:

 

“Apa yang kamu tahu tentang perusahaan ini?”

 

Banyak kandidat menjawab dengan:

 

“Jujur saya belum sempat cari tahu, tapi saya tertarik karena posisi ini cocok dengan saya…”

 

Jawaban seperti itu memberi kesan kamu hanya asal melamar, bukan karena benar-benar tertarik dengan perusahaan. Padahal, pewawancara ingin tahu apakah kamu cocok secara budaya dan visi misi, bukan hanya dari segi skill.

 

Solusi:

  • Minimal 30 menit sebelum wawancara, kunjungi website perusahaan dan catat poin-poin penting seperti bidang usaha, nilai perusahaan, dan produk unggulan.Cek akun media sosial atau berita terbaru tentang perusahaan.
  • Sisipkan hasil riset ini dalam jawabanmu, misalnya:

“Saya melihat perusahaan ini sangat aktif dalam program sustainability dan saya merasa itu selaras dengan nilai pribadi saya.”

 

 

5. Tidak Tahu Cara Menutup Wawancara dengan Baik

 

Menjelang akhir wawancara, biasanya pewawancara akan bertanya:

“Apakah ada yang ingin kamu tanyakan?”

 

Banyak kandidat menjawab, “Tidak ada, semuanya sudah jelas,” atau “Nggak sih, saya rasa sudah cukup.”

 

Padahal, ini adalah kesempatan emas untuk menunjukkan ketertarikan dan inisiatif.

 

Solusi:

 

  • Siapkan minimal 2–3 pertanyaan yang bisa kamu ajukan, seperti:

    • “Seperti apa gaya kerja tim yang akan saya masuki nanti?”

    • “Apa indikator keberhasilan untuk posisi ini dalam 3 bulan pertama?”

    • “Apakah ada pelatihan rutin untuk pengembangan karyawan?”

 

Pertanyaan yang tepat menunjukkan kamu bukan hanya siap bekerja, tapi juga tertarik untuk berkembang di sana.

 

 

Bukan Cuma Isi, Tapi Juga Cara Menyampaikannya

 

Kalau kamu sudah punya pengalaman, skill, dan motivasi kerja yang kuat—itu luar biasa. Tapi jangan lupa, semua itu perlu dibungkus dalam penyampaian yang meyakinkan. Karena pewawancara hanya punya waktu singkat untuk menangkap siapa kamu sebenarnya.

 

Menurut Prof. Mehrabian, kesan emosional dan non-verbal bisa mengalahkan logika dalam pengambilan keputusan. Jadi, walaupun kamu menjawab semua pertanyaan dengan benar, tapi terlihat gugup, tidak percaya diri, atau terputus-putus HR bisa ragu.

 

Simulasi Wawancara Itu Kunci

 

  • Coba lakukan 1–2 kali simulasi wawancara sebelum hari-H, bisa dengan teman, mentor, atau rekam sendiri.

  • Minta feedback tentang cara bicaramu, ekspresi, gesture, dan kesan keseluruhan.

  • Latihan kecil seperti ini bisa bantu kamu lebih sadar terhadap kesalahan non-verbal dan memperbaikinya.