Cara Orang Tua Gen Z Mendidik Anak, Fleksibel atau Keblabasan?
- Pixabay
Gaya parenting semacam ini tentu memberikan ruang tumbuh yang lebih sehat secara emosional. Anak merasa didengar, dihargai, dan lebih percaya diri. Namun, pola asuh ini juga menghadirkan tantangan baru jika tidak diimbangi dengan struktur yang jelas.
Tantangan Gaya Asuh Terlalu Fleksibel
Meskipun pola asuh fleksibel memiliki banyak kelebihan, pendekatan ini bukan tanpa kelemahan. Salah satu kritik utama terhadap parenting ala Gen Z adalah kecenderungan menghapus batasan yang tegas dalam mendidik anak.
Beberapa risiko yang dapat muncul antara lain:
- Kurangnya disiplin. Jika tidak dibarengi dengan aturan yang konsisten, anak bisa tumbuh tanpa memahami konsekuensi atau tanggung jawab atas tindakannya.
- Ketidakmampuan menghadapi tekanan sosial. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan tanpa tantangan bisa mengalami kesulitan ketika menghadapi dunia luar yang tidak selalu “ramah”.
- Kebingungan peran antara orang tua dan teman. Terlalu akrab tanpa batas dapat menciptakan relasi yang membingungkan, terutama dalam situasi konflik atau saat anak membutuhkan arahan tegas. Oleh karena itu, keseimbangan antara fleksibilitas dan struktur tetap penting dijaga.
Mengapa Fleksibilitas Dibutuhkan di Era Modern?
Di tengah arus informasi yang begitu deras, tantangan pengasuhan di era milenial dan Gen Z tidaklah sama seperti dua dekade lalu. Anak-anak saat ini tumbuh dalam dunia yang jauh lebih kompleks. Mereka menghadapi isu-isu seperti tekanan media sosial, identitas digital, hingga kecemasan yang muncul sejak usia dini.