5 Cara yang Bisa Orang Tua Lakukan agar Anak Lebih Siap Menyongsong Era AI

Ilustrasi Orang Tua menjadi Teman bagi Anak
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle – Perkembangan teknologi, khususnya kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), kini bergerak begitu cepat. AI tidak hanya mengubah cara bekerja, tetapi juga berdampak besar pada masa depan anak-anak. 

Patah Hati Terparah Justru Bisa Jadi Jalan Menuju Cinta yang Benar-Benar Tulus

Rasa khawatir adalah hal wajar. Namun, kekhawatiran saja tidak cukup karena hal terpenting adalah bagaimana orang tua menyiapkan anak agar tetap bisa bersaing, tumbuh percaya diri, dan relevan di dunia kerja yang penuh ketidakpastian. 

"Bukan mau nakut-nakutin, di sini sebenernya untuk mengajak para orangtua dan pendidik untuk sama-sama mempersiapkan diri. Bagaimana kita bisa mempersiapkan anak-anak sih, untuk bisa menghadapi di dunia di masa yang datang ini" ujar Devi pada acara STEMP+ WOnderlab 2025 di Jakarta pada Sabtu, 28 September 2025. 

12 Pekerjaan Diprediksi Bertahan dan Tetap Dibutuhkan hingga 20 Tahun ke Depan

Menyoroti perubahan yang semakin cepat, Founder & CEO EduALL, Devi Kasih, mengatakan para orang tua masih memiliki waktu tiga hingga sepuluh tahun ke depan untuk menyiapakan anak yang masih duduk di bangku sekolah terlepas nantinya akan mengeyam pendidikan atau tidak dapat lebih percaya diri terjun di dunia kerja seiring meningkatnya adopsi AI.

 

5 Sertifikasi AI Paling Laku di Masa Depan, Bikin Kamu Jadi Bos!

Talkshow Cara Orang Tua Melindungi Anak di Era AI

Photo :
  • VIVA/Ayesha Puri

 

Ia juga menyinggung banyaknya perkerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) salah satunya diakibatkan karena AI. Di satu sisi, AI juga memunculkan sejumlah profesi baru yang tidak pernah dibayangkan oleh ayah dan ibu.

"Masa depan tuh ada lho untuk anak-anak bahkan lebih 'aneh-aneh', lebih kreatif dan menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan hal-hal yang mungkin membuat kapasitas berpikir anak lebih stretch lagi," lanjut Devi.

Berikut adalah lima cara yang bisa dilakukan orang tua untuk menyongsong era AI menurut tim EduALL. Apa saja? Simak ulasan lengkapnya di bawah ini. 

1. Memupuk Keterampilan yang Tidak Dimiliki AI

Menurut Devi, orang tua tidak perlu sibuk menebak profesi apa yang “aman” di masa depan. Lebih baik fokus menyiapkan keterampilan yang bersifat transferable, yaitu kemampuan yang bisa diterapkan di berbagai bidang pekerjaan.

Beberapa keterampilan yang dimaksud antara lain berpikir analitis, berpikir kreatif, kepemimpinan, kemampuan memecahkan masalah, empati, mendengarkan aktif, rasa ingin tahu, serta semangat belajar sepanjang hayat. Selain itu, resiliensi, fleksibilitas, dan kemampuan beradaptasi juga menjadi modal utama menghadapi perubahan yang tidak bisa diprediksi.

Di sisi lain, ada juga keahlian yang sedang banyak dibutuhkan saat ini, misalnya literasi teknologi, data dan AI, keamanan siber, desain pengalaman pengguna, serta keterampilan mengajar dan membimbing. Yang perlu diingat, kemampuan dengan sentuhan manusia, seperti empati, etika, hingga kreativitas, tidak akan tergantikan oleh mesin.

"Predictability itu semakin sulit. Daripada memprediksi lebih baik kita siapkan skill yang memang transferable", tegas Devi.

2. Bangun Hubungan Harmonis dengan Anak

Anak yang tumbuh dengan dukungan emosional yang kuat akan lebih siap menghadapi perubahan apa pun, termasuk hadirnya AI. Untuk itu, penting bagi orang tua membangun hubungan yang harmonis dengan anak.

Devi menyarakan agar ayah, ibu dan anak  menyisihkan waktu minimal 15 menit setiap hari untuk benar-benar hadir tanpa distraksi gadget. Bisa saat sarapan, makan malam, atau sekadar berbincang ringan. Aktivitas kecil ini membangun kedekatan emosional yang membuat anak merasa aman, dihargai, dan didukung penuh oleh orang tuanya.

Head of Academic EduAll, Debora Wibianne, mencontohkan pertanyaan-pertanyaan receh dan obrolan random bisa menjadi bahan untuk berbincang dengan anak. Hal ini karena si kecil cenderung enggan menjawab pertanyaan yang membutuhkannya untuk berpikir keras, misalnya bagaimana di sekolah.

"Itu nggak akan dijawab. Tanyanya hal-hal receh aja karena anak akan lebih related," ujar Anne.

3. Memberikan Mentor yang Tepat

Selain peran orang tua, anak juga membutuhkan mentor yang dapat menjadi panutan dan sumber inspirasi. Seorang mentor tidak hanya memberi arahan teknis, tetapi juga menanamkan nilai-nilai penting seperti etika, empati, kecerdasan emosional, dan kepemimpinan.

Mentor juga membantu anak memahami batasan, menjaga efisiensi, serta memberikan panduan yang membentuk kesadaran moral. Kehadiran sosok mentor memastikan bahwa interaksi manusia, rasa ingin tahu, serta penilaian etis tetap menjadi inti dari proses belajar anak, bukan sekadar kemampuan teknis.

EduALL bisa menjadi pilihan bagi ayah dan bunda yang ingin memberikan anak 'guru' untuk menyonsong masa depan. Anne menjelaskan, EduAll mengadopsi pembelajaran berbasis eksplorasi dan membangun karakter (profile building) melalui lima metode yaitu internship, student club, grup project, research project, dan community initiative. 

Bimbingan dan pembelajaran bertujan agar anak mempunyai keterampilan-keterampilan yang relevan. Selain itu, membantu untu memperiapkan diri memasuki universitas yang menjadi incaran siswa, khususnya bagi yang ingin melanjutkan studi ke luar negeri. 

4. Dorong Anak Memiliki Growth Mindset

Di era AI yang penuh perubahan, anak perlu memiliki growth mindset, yaitu pola pikir yang terbuka terhadap tantangan dan kesalahan. Orang tua sebaiknya memberi ruang bagi anak untuk mencoba, gagal, lalu belajar dari kesalahan tersebut.

Growth mindset membuat anak lebih tahan banting dan berani bereksperimen. Mereka tidak cepat menyerah, justru menjadikan kegagalan sebagai peluang untuk tumbuh. Inilah bekal penting agar anak tidak hanya mampu beradaptasi, tetapi juga berkembang di tengah dunia yang berubah cepat.

5. Orang Tua Tetap Belajar agar Bisa Relevan

Peran orang tua tidak berhenti pada memberi arahan saja. Di era AI, ayah dan ibu juga perlu terus belajar agar bisa memahami dunia yang dihadapi anak-anaknya. Dengan begitu, komunikasi lebih mudah terjalin dan anak merasa memiliki orang tua yang bisa diajak berdiskusi.

Belajar bisa dilakukan dengan banyak cara, mulai dari membaca buku, mengikuti kelas daring, hingga menghadiri seminar. Saat orang tua ikut belajar, anak akan mencontoh semangat tersebut dan memahami bahwa belajar adalah proses seumur hidup.

Menyongsong era AI bukan berarti orang tua harus takut, melainkan justru semakin proaktif mempersiapkan diri dan anak. Cara-cara di atas merupakan cara orang tua membekali generasi penerus dengan fondasi kuat untuk menghadapi masa depan. Dunia boleh berubah, tetapi anak Anda tetap punya peluang besar untuk bersinar.