Kenapa Anak Sering Berantem dengan Saudaranya?

Ilustrasi berantem sama saudara
Sumber :
  • Freepik

LifestyleHampir semua orang yang tumbuh bersama saudara pasti pernah mengalami masa-masa pertengkaran. Mulai dari berebut mainan, saling mengadu ke orang tua, hingga adu argumen kecil. Fenomena ini dikenal sebagai sibling rivalry atau persaingan antar saudara.

5 Peran Penting Ayah dalam Pengasuhan: Bentuk Anak Tangguh, Mandiri hingga Bangun Ikatan Emosional

Meski sering dianggap sebagai hal biasa, pertengkaran anak dengan saudaranya tidak boleh diabaikan. Jika dibiarkan berlarut-larut tanpa arahan, konflik kecil ini bisa berkembang menjadi rasa iri, kebencian, atau bahkan keretakan hubungan jangka panjang.

Psikolog anak dan penulis buku The Sibling Effect, Dr. Laurie Kramer, menegaskan bahwa persaingan antar saudara adalah bagian alami dari tumbuh kembang.

Dibalik Pertanyaan “Kapan Nikah? Kapan Punya Anak?”  Iri, Peduli, atau Sekadar Kepo?

”Namun, bagaimana orang tua menyikapi hal itu akan sangat menentukan apakah anak-anak belajar mengelola konflik atau justru memperbesar masalah,” kata dia.

Penyebab Sibling Rivalry dari Sisi Psikologi

1. Iri Hati dan Kebutuhan Akan Perhatian

Banyak anak merasa bahwa saudaranya mendapatkan perhatian lebih dari orang tua. Ini bisa memicu rasa iri yang kemudian diekspresikan lewat pertengkaran.

15 Skills Transferable yang Paling Dicari di 2025, Siap Menangkan Pasar Kerja

Dr. Kramer menjelaskan bahwa anak-anak, terutama yang masih kecil, memiliki sensitivitas tinggi terhadap perlakuan orang tua.

"Ketika seorang anak merasa kurang diperhatikan, ia bisa mengembangkan kecemburuan terhadap saudaranya yang tampak lebih disayangi," ujar dia.

2. Perbedaan Karakter dan Temperamen

Tidak ada dua anak yang benar-benar sama. Ada yang aktif dan cerewet, ada pula yang pendiam dan tenang. Perbedaan inilah yang kerap menimbulkan gesekan. Anak yang ekstrovert bisa merasa terganggu oleh saudaranya yang pendiam, sementara anak introvert bisa kewalahan menghadapi saudaranya yang terlalu dominan.

3. Persaingan untuk Mendapatkan Identitas

Seiring bertambah usia, anak mulai mencari identitasnya sendiri. Mereka ingin dikenal bukan hanya sebagai “adik si A” atau “kakaknya si B”, tetapi sebagai individu unik.

Menurut Dr. Kramer saudara kandung seringkali menggunakan perbedaan mereka sebagai cara untuk menunjukkan individualitas. Namun hal ini bisa terlihat seperti pertengkaran jika tidak dipahami dengan benar.

4. Faktor Usia dan Tahap Perkembangan

Pertengkaran biasanya lebih sering terjadi ketika jarak usia anak cukup dekat. Misalnya, dua anak yang sama-sama balita atau sama-sama remaja bisa lebih sering berselisih karena kebutuhan mereka mirip dan sama-sama ingin menang.

Dampak Jangka Panjang Jika Tidak Ditangani

Jika sibling rivalry tidak ditangani dengan baik, anak bisa tumbuh dengan membawa luka emosional.

  • Mereka bisa merasa tidak cukup baik dibanding saudaranya.
  • Hubungan antar saudara menjadi renggang bahkan hingga dewasa.
  • Anak bisa mengembangkan perilaku agresif atau menarik diri dari lingkungan sosial.

Dr. Kramer menekankan pentingnya peran orang tua dia menyebut anak-anak belajar keterampilan sosial pertama kali dari rumah, terutama melalui interaksi dengan saudara mereka.

”Jika orang tua hanya membiarkan konflik tanpa arahan, mereka kehilangan kesempatan untuk mengajarkan cara menyelesaikan perbedaan dengan sehat,” kata dia.

Cara Orang Tua Mengelola Pertengkaran Antar Saudara

  1. Bersikap Adil, Bukan Sama Rata
    Anak sering merasa tidak adil ketika orang tua membandingkan atau memberikan perlakuan yang tidak sesuai kebutuhan mereka. Bersikap adil berarti memahami kebutuhan unik masing-masing anak, bukan memperlakukan mereka persis sama.
  2. Ajarkan Anak Mengelola Emosi
    Alih-alih langsung memarahi, orang tua bisa membantu anak mengekspresikan perasaan dengan kata-kata. Misalnya, “Aku kesal karena mainanku diambil,” bukan langsung menangis atau berteriak.
  3. Berikan Waktu Khusus untuk Setiap Anak
    Luangkan waktu untuk bersama setiap anak secara individual. Hal ini memberi pesan bahwa mereka dihargai dan disayangi tanpa harus bersaing dengan saudaranya.
  4. Tidak Selalu Menjadi Wasit
    Orang tua tidak harus selalu ikut campur. Biarkan anak mencoba menyelesaikan konflik sendiri, terutama jika pertengkaran tidak berbahaya.
    Ini akan melatih keterampilan negosiasi dan empati.
  5. Hindari Labeling
    Mengatakan “Kamu anak pintar, adikmu malas” hanya akan memperburuk persaingan. Label membuat anak terjebak dalam peran yang tidak sehat dan meningkatkan kecemburuan.