Efek Mengejutkan Gadget: Anak Jadi Malas Belajar dan Mudah Marah
- Freepik
Lifestyle –Pernahkah Anda melihat anak yang sudah duduk di meja belajar, tapi tangannya justru sibuk menggulir layar ponsel? Atau baru lima menit membuka buku, tiba-tiba terdengar suara notifikasi yang membuat fokus buyar?
Fenomena ini semakin sering kita temui. Anak-anak kini tumbuh dalam dunia digital yang penuh distraksi game online, media sosial, dan video singkat yang menawarkan hiburan instan.
Pertanyaannya, mengapa distraksi digital membuat anak jadi malas belajar? Artikel ini akan membahas dampaknya secara ilmiah, pandangan ahli, serta strategi praktis yang bisa diterapkan orang tua agar anak kembali fokus.
Bagaimana Distraksi Digital Menyebabkan Malas Belajar
Distraksi digital tidak hanya soal anak lebih suka bermain gadget daripada membuka buku. Ada mekanisme biologis dan psikologis yang membuat anak kehilangan motivasi belajar:
- Gangguan tidur dan fokus
Layar gawai memancarkan cahaya biru yang bisa menekan produksi hormon melatonin, membuat anak sulit tidur. Akibatnya, mereka bangun dalam keadaan lelah dan sulit berkonsentrasi. - Otak terbiasa stimulasi instan
Gadget memberi kesenangan cepat lewat dopamin. Lama-kelamaan, anak kehilangan kesabaran untuk aktivitas yang butuh usaha panjang, seperti belajar matematika atau membaca buku. - Mudah bosan pada pelajaran
Pelajaran di sekolah menuntut konsentrasi berkelanjutan. Namun, otak yang terbiasa scrolling cepat akan merasa belajar itu “lambat” dan membosankan. - Efek pada kesehatan mental
Penelitian menunjukkan penggunaan layar lebih dari 4 jam per hari berkaitan dengan meningkatnya risiko kecemasan, depresi, dan masalah perhatian yang menyerupai gejala ADHD.
Psikiater anak dari Amerika Serikat, Dr. Victoria L. Dunckley, memperkenalkan istilah Electronic Screen Syndrome untuk menggambarkan dampak penggunaan layar berlebihan pada anak.
“Penggunaan layar berlebihan bisa ‘memutus’ fungsi otak depan yang mengatur mood, fokus, kontrol impuls, kreativitas, dan kedisiplinan. Akibatnya, anak tampak mudah marah, murung, agresif, atau kehilangan motivasi,” kata dia.
Pernyataan ini menjelaskan bahwa malas belajar bukan semata karena anak tidak mau berusaha, melainkan ada gangguan biologis dan psikologis akibat stimulasi berlebihan dari perangkat digital.
Dampak Jangka Pendek dan Panjang pada Belajar dan Perkembangan
Distraksi digital bisa menimbulkan konsekuensi serius:
- Jangka pendek: anak sulit menyelesaikan tugas, mudah terdistraksi, dan prestasi sekolah menurun.
- Jangka panjang: kualitas tidur memburuk, kesehatan fisik menurun karena kurang gerak, risiko obesitas meningkat, serta berkurangnya kemampuan berpikir kritis.
Sebuah penelitian yang diterbitkan di International Journal of Environmental Research and Public Health juga menegaskan bahwa screen time yang berlebihan bisa memengaruhi keterampilan sosial dan perkembangan emosional anak.
Strategi Praktis Mengurangi Distraksi Digital
- Terapkan “electronic fast”
Dr. Dunckley menyarankan untuk sesekali melakukan detoks digital selama beberapa hari. Tujuannya agar sistem saraf anak kembali tenang dan fokus belajar meningkat. - Buat zona tanpa gadget
Tetapkan aturan, misalnya tidak ada gadget di meja belajar dan kamar tidur. Dengan begitu, anak tidak tergoda untuk memeriksa notifikasi saat sedang belajar. - Batasi akses, bukan hanya waktu
Alih-alih hanya berkata “cukup satu jam sehari”, lebih efektif jika orang tua mengatur tempat penyimpanan gadget. Misalnya, ponsel disimpan di ruang tamu saat jam belajar. - Ajak anak beraktivitas di luar ruangan
Aktivitas fisik di alam terbuka atau sekadar bermain di halaman dapat memperbaiki mood, mengurangi stres, sekaligus mengalihkan perhatian dari layar. - Pilih konten berkualitas
Jika anak tetap menggunakan gadget, pastikan yang ditonton bersifat mendidik, interaktif, atau mendorong kreativitas. Hindari konten pasif yang membuat anak hanya menatap layar tanpa berpikir.