Anak Punya Masalah Emosional? Bisa Jadi Karena Sosok Ayah yang Kurang Terlibat

Ilustrasi ayah
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle – Di era modern, banyak ayah yang memiliki peran ganda: sebagai kepala keluarga sekaligus tulang punggung ekonomi. Jadwal yang padat dan tekanan kerja tinggi sering kali membuat waktu bersama anak jadi terbatas. 

Mengenal Co-Parenting, Cara Bijak Ibu dan Ayah Mengasuh Anak Meski Sudah Bercerai

 

Meski hal ini sering dianggap wajar, kurangnya keterlibatan emosional ayah dalam kehidupan anak bisa berdampak serius pada perkembangan psikologis mereka.

Ayah Absen dalam Pengasuhan? Ini Risiko Psikologis bagi Anak

 

Salah satu dampak yang mulai sering dibahas di kanal parenting dan psikologi adalah daddy issues, istilah populer yang merujuk pada luka batin atau kekosongan emosional akibat hubungan yang tidak sehat antara anak dan figur ayah. 

Anak Ingin Jadi Gamer, Dukung atau Larang? Begini Peluang Karier di Dunia Gaming

 

Istilah ini tidak hanya berlaku bagi perempuan, tetapi juga bisa terjadi pada anak laki-laki. Mengutip Psychology Today dan Healthline, keterputusan emosi ini bisa memengaruhi kepercayaan diri, pola hubungan, hingga kesehatan mental jangka panjang.

 

Berikut beberapa penyebab umum mengapa anak dari ayah yang terlalu sibuk berisiko mengalami daddy issues:

 

1. Kurangnya Koneksi Emosional Sejak Kecil

 

Anak membangun ikatan emosional dari interaksi sehari-hari. Jika ayah terlalu sibuk dan jarang hadir secara fisik maupun emosional, anak merasa diabaikan. Dalam jangka panjang, ini menciptakan perasaan tidak dicintai atau tidak cukup berharga.

 

2. Ayah Lebih Fokus pada Peran Finansial

 

Banyak ayah merasa tanggung jawab mereka sudah cukup hanya dengan memenuhi kebutuhan materi. Padahal, peran emosional dan kehadiran sehari-hari jauh lebih penting dalam membentuk kelekatan yang sehat.

 

3. Tidak Ada Sosok Panutan yang Konsisten

 

Ayah seharusnya menjadi salah satu figur panutan utama dalam keluarga. Ketidakhadiran atau ketidakterlibatan membuat anak mencari panutan di luar, yang belum tentu memberikan pengaruh positif.

 

4. Komunikasi Terbatas dan Canggung

 

Keterbatasan waktu bersama membuat komunikasi antara ayah dan anak menjadi canggung atau bahkan kaku. Anak merasa tidak nyaman bercerita, dan ayah pun kesulitan memahami kebutuhan emosional anak.

 

5. Pengaruh Gaya Asuh yang Otoriter atau Acuh

 

Ayah yang terlalu sibuk sering kali mengambil gaya asuh "asal anak nurut" atau cenderung otoriter karena tidak memiliki cukup waktu berdiskusi. Ini memperkuat jarak emosional antara ayah dan anak.

 

6. Kurangnya Validasi Emosi Anak

 

Anak butuh didengar dan divalidasi, apalagi saat sedang mengalami kesedihan, marah, atau kecewa. Jika ayah tidak hadir untuk memberi dukungan emosional, anak akan tumbuh dengan luka batin yang terpendam.

 

7. Ibu Menjadi Satu-satunya Sumber Kelekatan

 

Dalam keluarga di mana ayah nyaris tidak hadir secara emosional, anak cenderung membentuk kelekatan hanya dengan ibu. Ketidakseimbangan ini bisa menimbulkan masalah saat anak membangun hubungan romantis atau sosial di masa depan.

 

8. Anak Mencari Perhatian dengan Cara Negatif

 

Rasa kosong karena kurangnya kehadiran ayah bisa membuat anak mencari perhatian dari luar, kadang dalam bentuk perilaku yang ekstrem: pembangkangan, hubungan toksik, atau kecanduan validasi dari lawan jenis.

 

9. Tumbuh Dewasa dengan Ketakutan Ditolak

 

Menurut Verywell Mind, banyak orang dewasa yang mengalami daddy issues memiliki pola pikir bahwa mereka tidak layak dicintai. Ini berasal dari luka penolakan atau pengabaian di masa kecil.

 

10. Sulit Membangun Hubungan Sehat di Masa Dewasa

 

Anak yang tumbuh tanpa kedekatan emosional dengan ayah sering kali kesulitan membangun keintiman emosional di hubungan dewasa, terutama karena belum pernah punya contoh hubungan yang aman dan suportif.

 

Peran Ayah Penting

 

Perlu diingat bahwa daddy issues bukan sepenuhnya "kesalahan anak". Ini adalah bentuk luka perkembangan yang bisa dicegah sejak dini dengan membangun koneksi emosional yang sehat dalam keluarga. 

 

Ayah tidak harus selalu hadir 24 jam, tapi hadir secara emosional—menunjukkan bahwa ia peduli, mendengar, dan memahami anak—adalah kunci.

 

Jika Anda seorang ayah yang sibuk, cobalah prioritaskan waktu berkualitas bersama anak, sekecil apa pun itu. Hubungan yang kuat antara ayah dan anak akan membentuk fondasi mental yang sehat, penuh kepercayaan diri, dan siap menghadapi dunia.