Cara Bangun Keharmonisan dengan Anak, Atasi Masalah Remaja Pubertas

Ilustrasi ibu mengajari anak belajar
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle –Masa pubertas adalah periode penuh tantangan bagi remaja dan orang tua, ditandai dengan perubahan fisik, emosional, dan sosial yang sering kali memengaruhi hubungan keluarga. Remaja berusia 10-18 tahun sering menghadapi fluktuasi emosi, tekanan teman sebaya, dan keinginan untuk lebih mandiri, yang dapat menciptakan ketegangan dengan orang tua.

Strawberry Parenting, Benarkah Memanjakan Anak Bisa Menghambat Kemandirian?

Namun, dengan pendekatan yang tepat, orang tua dapat membangun keharmonisan dengan anak, membantu mereka melewati masa pubertas dengan percaya diri, sekaligus memperkuat ikatan keluarga. 

Menurut Journal of Adolescent Health (2024), pubertas memicu perubahan hormon yang memengaruhi suasana hati, perilaku, dan pengambilan keputusan remaja. Perubahan ini sering kali membuat remaja lebih sensitif, mudah marah, atau menarik diri dari keluarga. 

7 Tips Ampuh Menghilangkan Bau Badan untuk Remaja di Masa Pubertas, Aman dan Mudah Dilakukan di Rumah

Selain itu, tekanan sosial dari teman sebaya dan media sosial dapat memperkuat keinginan untuk diterima, yang kadang-kadang bertentangan dengan nilai keluarga. Memahami bahwa perilaku ini adalah bagian normal dari perkembangan membantu orang tua merespons dengan sabar dan empati, bukan dengan konfrontasi.

1. Bangun Komunikasi Terbuka

Komunikasi adalah kunci untuk menjaga keharmonisan. Menurut psikolog anak Dr. Lisa Damour dalam The New York Times (2025), mendengarkan tanpa menghakimi adalah cara terbaik untuk membuat remaja merasa didengar. 

Makanan yang Paling Digemari Masyarakat Indonesia ini Diam-diam Merusak Otak

Dorong anak untuk berbicara dengan mengajukan pertanyaan terbuka, seperti “Bagaimana harimu di sekolah?” atau “Apa yang sedang kamu pikirkan?” Hindari memberikan nasihat langsung kecuali diminta, karena remaja sering merasa dihakimi. Tetapkan waktu khusus, seperti makan malam keluarga, untuk berbincang tanpa gangguan gadget, sehingga anak merasa diperhatikan.

2. Tunjukkan Empati dan Validasi Emosi

Remaja sering mengalami emosi yang intens. Menurut American Psychological Association (2024), memvalidasi perasaan anak, seperti dengan mengatakan “Aku mengerti kamu sedang kesal,” membantu mereka merasa dipahami. 

Jangan meremehkan masalah mereka, meskipun tampak sepele bagi orang dewasa. Misalnya, jika anak kesal karena pertengkaran dengan teman, dengarkan tanpa langsung menawarkan solusi. Empati membangun kepercayaan, yang penting untuk hubungan jangka panjang.

3. Berikan Ruang untuk Kemandirian

Pubertas adalah masa ketika remaja mulai mencari identitas dan kemandirian. Menurut Child Development (2023), memberikan kebebasan dalam batas yang wajar, seperti membiarkan mereka memilih pakaian atau kegiatan ekstrakurikuler, meningkatkan rasa percaya diri mereka. 

Tetapkan aturan yang jelas, seperti jam malam atau waktu penggunaan gadget, tetapi libatkan anak dalam diskusi untuk membuat aturan tersebut. Hal ini membuat mereka merasa dihargai dan mengurangi konflik.

4. Luangkan Waktu untuk Bonding

Aktivitas bersama dapat memperkuat ikatan keluarga. Berdasarkan penelitian dari Journal of Family Psychology (2024), kegiatan sederhana seperti menonton film, memasak bersama, atau berjalan-jalan di taman dapat meningkatkan keharmonisan. 

Pilih aktivitas yang sesuai dengan minat anak, seperti bermain game online bersama jika mereka menyukainya. Di Indonesia, kegiatan seperti piknik di taman kota atau mengunjungi destinasi lokal seperti Taman Sempur di Bogor (gratis masuk) bisa menjadi pilihan hemat untuk bonding.

5. Ajarkan Manajemen Emosi

Remaja sering kesulitan mengelola emosi mereka. Menurut Psychology Today (2025), mengajarkan teknik seperti pernapasan dalam atau menulis jurnal membantu mereka menenangkan diri. 

Orang tua dapat memberikan contoh dengan menunjukkan cara mereka mengatasi stres, seperti berkata, “Aku sedang kesal, jadi aku akan tarik napas dulu.” Aplikasi seperti Calm atau Headspace juga dapat digunakan untuk meditasi bersama, membantu remaja mengelola emosi mereka dengan lebih baik.

Tips Tambahan untuk Orang Tua

  1. Jaga Konsistensi dan Batasan: Aturan yang konsisten memberikan rasa aman bagi remaja, tetapi fleksibilitas juga penting untuk menghindari konflik.
  2. Hindari Kritik Berlebihan: Fokus pada pujian untuk perilaku positif, seperti “Aku bangga kamu menyelesaikan tugas tepat waktu,” untuk membangun kepercayaan diri.
  3. Manfaatkan Media Sosial Secara Positif: Ikuti akun anak di platform seperti Instagram untuk memahami dunia mereka, tetapi hormati privasi mereka.
  4. Cari Bantuan Profesional jika Diperlukan: Jika anak menunjukkan tanda-tanda depresi atau kecemasan berat, konsultasikan dengan psikolog anak.
  5. Perhatikan Kebutuhan Fisik: Pastikan anak mendapatkan cukup tidur (8-10 jam per malam) dan nutrisi seimbang, karena ini memengaruhi suasana hati, menurut Pediatrics (2024).