Obesitas Meningkat di Kota Besar, Orang Tua Harus Waspada Jajanan Anak di Sekolah
- Pexels
Lifestyle –Kesehatan dan gizi yang optimal merupakan hak dasar setiap individu, terutama anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Namun, meningkatnya angka obesitas di kalangan anak-anak di kota besar menjadi perhatian serius.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi obesitas pada orang dewasa (IMT > 27) melonjak dari 14,8% pada 2013 menjadi 21,8% pada 2018. Kondisi ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi juga pada anak-anak, yang rentan dipengaruhi oleh pola makan tidak sehat, termasuk jajanan di lingkungan sekolah.
Orang tua perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap jenis makanan yang dikonsumsi anak-anak mereka, terutama di sekolah, untuk mencegah dampak buruk obesitas seperti hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit kardiovaskular di masa depan.
Tantangan Status Gizi di Indonesia
Masalah gizi di Indonesia masih menjadi tantangan besar. Menurut Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, sebanyak 21,6% anak di Indonesia mengalami stunting, meskipun angka ini menurun dari 24,4% pada 2021. Di sisi lain, obesitas pada anak-anak di perkotaan meningkat akibat perubahan pola konsumsi makanan.
Banyak anak mengonsumsi jajanan tinggi gula, garam, dan lemak (GGL) seperti gorengan, minuman manis kemasan, dan makanan cepat saji yang sering dijual di kantin sekolah atau pedagang kaki lima di sekitar sekolah. Padahal, asupan gizi yang tidak seimbang dapat mengganggu pertumbuhan fisik, perkembangan kognitif, dan kemampuan belajar anak.
Menurut Pakar Gizi Didit Damayanti, M.Sc.Ph.D, dalam acara Temu Ilmiah Nasional PERSAGI Tahun 2025, banyak kantin sekolah yang masih kurang memperhatikan kualitas hingga kandungan gizi makanan yang dijual. Oleh karena itu, orang tua disarankan untuk menyiapkan bekal atau snack untuk dibawa anak ke sekolah. Makanan yang disiapkan oleh orang tua lebih terjamin kebersihan dan kualitas gizinya dibandingkan membiarkan anak jajan sembarangan.
Faktor Penyebab Obesitas pada Anak
Faktor penyebab obesitas pada anak sangat beragam. Selain pola makan, rendahnya aktivitas fisik juga berkontribusi signifikan. Banyak anak di kota besar menghabiskan waktu dengan gadget, mengurangi waktu untuk bergerak atau berolahraga.
Selain itu, pengetahuan orang tua tentang gizi seimbang masih terbatas. Data Riskesdas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua tentang gizi tidak mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini memengaruhi pola asuh, termasuk kebiasaan menyediakan makanan bergizi di rumah maupun memantau asupan anak di sekolah.
Peran Program Makan Bergizi Gratis
Pemerintah telah berupaya menangani masalah gizi melalui Program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang bertujuan menyediakan makanan sehat dan aman bagi anak-anak di sekolah. Program ini diharapkan dapat memperbaiki status gizi anak, meningkatkan prestasi akademik, dan mendukung kesejahteraan generasi muda.
Namun, sebelum adanya program ini, sumber makanan anak di sekolah sebagian besar berasal dari kantin atau pedagang makanan di sekitar lingkungan sekolah. Dosen Ilmu Gizi tersebut mendukung program MBG yang dinilai sangat baik dalam mengontrol asupan gizi harian anak-anak di sekolah. Dengan MBG anak-anak diharapkan akan memiliki kebiasaan makan yang baik sehingga kesehatan dan berat badan pun bisa terjaga.
Strategi Mengatasi Obesitas pada Anak
Untuk mengatasi obesitas pada anak, pendekatan diet tidak boleh dilakukan sembarangan, mengingat anak-anak masih dalam masa pertumbuhan. Perbaikan kebiasaan makan menjadi kunci utama. Konsep “Isi Piringku” yang dicanangkan Kementerian Kesehatan dapat menjadi panduan praktis.
Konsep ini menekankan porsi makan seimbang yang terdiri dari setengah piring sayur dan buah, serta setengah piring lagi berisi karbohidrat dan protein. Dengan menerapkan pola makan ini, anak-anak dapat memperoleh gizi yang cukup tanpa kelebihan kalori yang memicu obesitas.
Selain itu, aktivitas fisik perlu ditingkatkan, seperti mendorong anak untuk berpartisipasi dalam olahraga di sekolah atau bermain di luar ruangan.
Di beberapa negara, regulasi ketat telah diterapkan untuk membatasi penjualan makanan tidak sehat di lingkungan sekolah. Misalnya, pembatasan iklan makanan tinggi gula dan lemak yang ditujukan kepada anak-anak telah diterapkan di berbagai negara untuk melindungi generasi muda dari risiko obesitas.
Indonesia dapat mengadopsi pendekatan serupa dengan memperketat pengawasan terhadap jajanan sekolah dan meningkatkan edukasi gizi bagi orang tua dan pengelola kantin. Dengan demikian, lingkungan sekolah dapat menjadi tempat yang mendukung pola makan sehat dan gaya hidup aktif bagi anak-anak.