Anak Ngamuk Minta Mainan? Jangan Langsung Dituruti, Ini yang Harus Orang Tua Lakukan!

Ilustrasi anak tantrum
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle –Bayangkan situasi ini Anda sedang di minimarket atau pusat perbelanjaan, tiba-tiba anak Anda menangis keras, berguling di lantai, sambil berteriak, “Aku mau mainan itu!” atau “Kalau nggak dibeliin, aku nggak mau pulang!”

Jadwal dan Syarat BSU Rp600.000 Juli 2025, Cek di Sini!

 

Sebagian orang tua langsung panik. Sebagian lagi marah atau malu dilihat orang banyak. Tidak sedikit yang akhirnya menyerah, buru-buru membelikan barang yang diminta agar drama segera selesai.

Barbie Luncurkan Boneka Pertama Penyandang Diabetes Tipe 1

 

Tapi, apakah cara itu benar? Atau justru jadi bumerang?

74 Negara Bebas Jalan-jalan di China 30 Hari, Indonesia Termasuk?

 

Tantrum saat anak meminta sesuatu bukan sekadar momen memalukan. Ini adalah momen krusial dalam membentuk pola pikir dan emosi anak ke depannya. Menurut  psikolog anak dan pendiri Aha! Parenting, Dr. Laura Markham, tantrum adalah bentuk komunikasi anak yang belum bisa mengelola emosinya sendiri. Maka, reaksi orang tua justru yang paling menentukan apakah situasi ini akan menjadi pelajaran, atau justru memperkuat kebiasaan buruk.

 

Kenapa Anak Bisa Tantrum Saat Minta Sesuatu?

 

Anak usia balita hingga prasekolah belum memiliki kendali penuh atas emosinya. Mereka belum paham konsep waktu seperti “nanti”, “bukan sekarang”, apalagi “tidak perlu”. Ketika mereka menginginkan sesuatu entah mainan, makanan, atau benda yang menarik di rak toko dan tidak langsung mendapatkannya, otaknya memicu sinyal darurat yakni frustrasi. Frustrasi ini yang kemudian meledak dalam bentuk tangisan, teriakan, dan reaksi fisik.

 

Menurut Dr. Markham, gantrum terjadi ketika emosi anak terlalu besar untuk dikendalikan sistem sarafnya yang belum matang.

 

Faktor lingkungan juga berperan. Supermarket, minimarket, hingga tempat wisata penuh dengan barang-barang yang dirancang menarik mata anak. Impulsif adalah sifat alami anak kecil, dan jika tidak ditangani dengan tepat, bisa jadi pola berulang.

 

 

Kesalahan Umum Orang Tua Saat Menghadapi Tantrum

 

Ada beberapa kesalahan umum yang sering dilakukan orang tua saat anak ngamuk minta sesuatu:

 

  1. Langsung Menuruti:
    Memang membuat anak diam seketika, tapi di mata anak, ini adalah “kemenangan” yang akan diulang. Ia belajar bahwa menangis keras artinya dia dapat keinginannya.

  2. Membentak atau Mengancam:
    Ini membuat anak merasa ditolak secara emosional. Bukan hanya tidak mendapat barang yang diinginkan, tapi juga kehilangan rasa aman.

  3. Menyuap:
    Contoh: “Kalau berhenti nangis, nanti mama beliin es krim.” Anak jadi belajar bahwa menangis bisa jadi alat tawar-menawar.

 

Dr. Markham menegaskan bahwa setiap respons yang memperkuat pola menangis artinya mendapatkan, akan membuat tantrum makin sering terjadi.

 

 

Apa yang Harus Dilakukan Saat Anak Tantrum di Tempat Umum?

 

Alih-alih panik atau menyalahkan anak, berikut strategi tiga langkah yang direkomendasikan Dr. Markham, dikenal sebagai PausePelukPilihan:

 

1. Tetap Tenang (Pause)

 

Anak sedang “meledak”, tapi orang tua sebaiknya tetap jadi jangkar ketenangan. Jangan terpengaruh pandangan orang lain. Ambil napas dalam, dan ingat: anak sedang belajar, bukan bermaksud mempermalukan.

 

2. Validasi Perasaan Anak (Peluk atau Dekati secara Empatik)

 

Tunduk sejajar dengan mata anak, ucapkan kalimat seperti:

“Kamu kecewa ya nggak bisa beli mainan itu? Ibu mengerti kamu sedih.”

Validasi ini membantu anak merasa didengarkan. Menurut Markham, saat anak merasa dipahami, respons emosional ekstrem perlahan mereda.

 

3. Beri Pilihan yang Terbatas (Pilihan)

 

Bukan membebaskan, tapi memberi alternatif yang bisa membuat anak merasa tetap punya kontrol.
Misalnya:

“Hari ini kita nggak beli mainan, tapi kamu boleh pilih satu stiker minggu depan.”

“Kita bisa foto dulu mainan itu untuk masuk ke daftar hadiah ulang tahun kamu.”

 

Anak belajar bahwa tidak semua hal bisa didapatkan sekarang, tapi mereka tetap didengar dan diberi harapan yang realistis.

 

 

Bagaimana Jika Anak Terus Memaksa?

 

Jika anak tetap menangis atau bahkan makin keras, ulangi kalimat yang sama dengan tenang:

“Ibu tahu kamu sangat ingin mainan itu, tapi kita tidak beli hari ini.”

 

Hindari memberi ceramah panjang atau mencoba menjelaskan logika harga, fungsi, atau alasan ekonomi saat anak sedang tantrum. Otaknya sedang dibanjiri emosi, bukan dalam mode logis. Justru, jika orang tua tetap tenang dan tidak tergoda ikut marah atau menyerah, anak akan mulai belajar bahwa menangis tidak membuat segalanya berubah.

 

"Tangisan bukan musuh. Tangisan adalah saluran anak untuk mengekspresikan ketidaknyamanan emosional," Dr. Markham menekankan.

 

Ajari Anak Mengelola Keinginan dengan Latihan Rutin

 

Tantrum bukan hanya bisa dikendalikan, tapi bisa dicegah dengan strategi jangka panjang:

 

  • Buat Aturan Sebelum Berangkat
    Sebelum ke toko, katakan dengan jelas: “Hari ini kita hanya beli kebutuhan rumah, bukan mainan.” Anak jadi tahu ekspektasi sejak awal.

  • Libatkan Anak dalam Menabung atau Membuat Wishlist
    Ajak anak menabung untuk barang yang mereka inginkan, atau buat daftar keinginan (wishlist) untuk hadiah ulang tahun. Anak belajar konsep menunda keinginan.

  • Gunakan Permainan dan Cerita
    Bacakan cerita atau dongeng yang menggambarkan karakter sabar atau belajar menunggu. Permainan pura-pura belanja di rumah juga bisa jadi latihan emosional.

 

Menurut Markham, setiap kejadian seperti ini adalah momen latihan emosional, bukan ajang siapa menang, siapa kalah.

 

 

Kapan Harus Khawatir?

 

Meski tantrum adalah hal normal, orang tua tetap perlu waspada jika:

 

  • Tantrum terjadi sangat sering, intens, dan sulit diredakan

  • Anak melukai diri sendiri atau orang lain saat tantrum

  • Tantrum berlanjut hingga usia di atas 6 tahun dan tidak membaik

 

Jika demikian, konsultasi dengan psikolog anak sangat disarankan untuk melihat kemungkinan adanya gangguan regulasi emosi atau kebutuhan khusus lainnya.