Parenting Non-Otoriter di Denmark, Begini Pengaruhnya Pada Anak

Ilustrasi keluarga
Sumber :
  • Freepik

LifestyleDenmark, yang secara konsisten menduduki peringkat teratas sebagai salah satu negara paling bahagia di dunia menurut World Happiness Report, memiliki pendekatan pengasuhan anak yang unik dan efektif. Berbeda dengan gaya otoriter yang mengandalkan perintah dan hukuman, parenting non-otoriter ala Denmark menekankan pendekatan demokratis yang berfokus pada empati, dialog, dan penghormatan terhadap otonomi anak. 

Dijuluki Negara Paling Bahagia, Ketahui Cara Orang Denmark Mengasuh Anak

Pendekatan ini, yang dipopulerkan melalui The Danish Way of Parenting, telah terbukti memberikan dampak positif pada perkembangan emosional, sosial, dan kognitif anak. Dengan mengutamakan kebersamaan, kejujuran, dan pembelajaran melalui pengalaman, gaya pengasuhan ini menciptakan lingkungan yang mendukung anak untuk tumbuh menjadi individu yang mandiri dan bahagia. 

Artikel parenting ini mengupas prinsip-prinsip utama parenting non-otoriter Denmark serta pengaruhnya terhadap perkembangan anak.

Prinsip Dasar Parenting Non-Otoriter

Denmark Dikenal Punya Gaya Parenting Paling Positif, Begini Penerapannya

Parenting non-otoriter di Denmark berlandaskan pada gagasan bahwa anak adalah individu yang memiliki hak untuk didengar dan dihormati. Orang tua Denmark menghindari pendekatan yang mengedepankan otoritas absolut, seperti ancaman atau hukuman fisik, dan lebih memilih berdialog dengan anak untuk memahami perspektif mereka. 

Menurut penelitian dari University of Southern Denmark, pendekatan ini membantu anak mengembangkan rasa tanggung jawab dan kemampuan pengambilan keputusan sejak dini. Misalnya, ketika seorang anak menolak untuk merapikan kamarnya, orang tua tidak langsung memerintah, melainkan mengajak anak berdiskusi tentang pentingnya menjaga kebersihan dan mencari solusi bersama, seperti menetapkan waktu khusus untuk merapikan.

Mendorong Kemandirian melalui Permainan Bebas

Batasan Seberapa Banyak Ibu Hamil Boleh Makan Nanas

Salah satu ciri khas parenting Denmark adalah pemberian kebebasan kepada anak untuk belajar melalui permainan. Anak-anak didorong untuk bermain tanpa struktur ketat, sering kali di alam terbuka melalui program seperti skovbørnehaver (taman kanak-kanak hutan). 

Penelitian dari Aarhus University menunjukkan bahwa permainan bebas meningkatkan kreativitas, keterampilan sosial, dan kemampuan anak untuk mengelola risiko secara mandiri. Orang tua Denmark percaya bahwa dengan memberikan kebebasan ini, anak-anak belajar mengatasi tantangan dan mengembangkan kepercayaan diri tanpa tekanan dari orang dewasa. Pendekatan ini berbeda dengan gaya otoriter yang sering kali membatasi eksplorasi anak demi kepatuhan.

Menanamkan Empati melalui Dialog Terbuka

Empati merupakan inti dari parenting non-otoriter Denmark. Orang tua meluangkan waktu untuk mendengarkan anak dengan penuh perhatian, memvalidasi perasaan mereka, dan mengajarkan cara memahami emosi orang lain. Di sekolah, praktik seperti Empatiundervisning (pelajaran empati) membantu anak mengenali dan menghormati perasaan teman-teman mereka. 

Menurut studi dalam Journal of Child Psychology and Psychiatry, anak-anak yang dibesarkan dengan pendekatan berbasis empati cenderung memiliki hubungan sosial yang lebih kuat dan tingkat stres yang lebih rendah. Misalnya, ketika seorang anak kesal karena konflik dengan teman, orang tua Denmark akan membantu anak memahami sudut pandang teman tersebut sambil tetap mengakui emosi anak, sehingga membangun kecerdasan emosional.

Reframing untuk Pola Pikir Positif

Teknik reframing, yaitu mengubah perspektif negatif menjadi positif, adalah bagian penting dari pendekatan non-otoriter. Orang tua Denmark mengajarkan anak untuk melihat kegagalan sebagai peluang belajar, bukan sebagai akhir dari usaha. Misalnya, jika seorang anak tidak berhasil dalam lomba lari, orang tua akan memuji usaha mereka dan mendiskusikan apa yang bisa diperbaiki, seperti, “Kamu sudah berlari dengan penuh semangat, mungkin kita bisa berlatih lebih banyak untuk lomba berikutnya.” 

Penelitian dalam Journal of Positive Psychology menunjukkan bahwa teknik ini membantu anak mengembangkan ketahanan mental dan optimisme, yang penting untuk menghadapi tantangan hidup.

Pengaruh pada Perkembangan Anak

Pendekatan non-otoriter memiliki dampak signifikan pada perkembangan anak. Pertama, anak-anak cenderung lebih mandiri karena mereka diberi kebebasan untuk membuat keputusan kecil sejak dini, seperti memilih pakaian atau membantu menentukan menu makan malam. Kedua, mereka memiliki keterampilan sosial yang lebih baik karena dilatih untuk memahami dan menghormati perasaan orang lain. 

Ketiga, anak-anak yang dibesarkan dengan cara ini menunjukkan tingkat stres yang lebih rendah, sebagaimana ditunjukkan dalam studi oleh University of Copenhagen, karena mereka merasa dihargai dan didukung. Selain itu, pendekatan ini membantu anak mengembangkan pola pikir yang fleksibel dan kreatif, yang penting untuk menghadapi dunia yang terus berubah.

Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari

Orang tua di luar Denmark dapat menerapkan prinsip non-otoriter dengan langkah-langkah sederhana. Pertama, ganti perintah dengan diskusi. Misalnya, alih-alih berkata, “Kamu harus tidur sekarang,” cobalah bertanya, “Apa yang membuatmu sulit tidur? Bisakah kita baca buku bersama dulu?” 

Kedua, dorong permainan bebas dengan mengajak anak ke taman atau halaman untuk menjelajah tanpa aturan ketat. Ketiga, praktikkan reframing dengan mengajak anak melihat sisi positif dari pengalaman sulit, seperti kegagalan dalam tugas sekolah. Keempat, luangkan waktu untuk mendengarkan anak dengan penuh perhatian, tanpa gangguan teknologi, untuk membangun empati.

Dalam konteks Indonesia, pendekatan ini dapat diadaptasi dengan melibatkan anak dalam aktivitas budaya, seperti membuat kerajinan tradisional atau bermain permainan lokal, untuk memperkuat ikatan keluarga.