Survei Terbaru: Tren Pasangan Muda di Perkotaan Lebih Memilih Childfree
- Freepik
Penelitian UIN Bandung (April 2024) pada 100 mahasiswa menunjukkan bahwa sebagian besar menilai childfree negatif, namun sebagian kecil menyatakan positif dan memilih gaya hidup ini karena kesadaran rasional dan personal.
Studi Universitas Negeri Yogyakarta terhadap 53 responden usia 20–59 tahun menemukan bahwa keputusan childfree dipengaruhi oleh pengetahuan, opini pribadi, stigma sosial, dan gender.
Kasus influencer Gita Savitri memicu diskusi publik luas; reaksi masyarakat mencerminkan adanya perdebatan berdasarkan sudut pandang sosial-budaya dan agama.
Dampak Demografi dan Kebijakan Publik
Penurunan angka fertilitas dan meningkatnya pernikahan tanpa anak dapat mempengaruhi struktur demografi nasional. Menurut info dari Universitas Indonesia, angka registrasi pernikahan turun dari 2,016 juta (2018) ke 1,577 juta (2023). TFR yang turun ke kisaran 2,18 (2020) dan diproyeksikan 1,97 pada 2045 berpotensi mencabut Indonesia dari "bonus demografi" lebih cepat.
Kementerian seperti BKKBN perlu merespons fenomena childfree secara hati-hati. Artikel IPB University (Mei 2025) mengingatkan bahwa pilihan childfree berpotensi mempercepat kebutuhan akan tenaga kerja serta menuntut penyesuaian di sektor jaminan sosial dan kesehatan.