5 Merek Mi Instan Paling Populer di Asia Tenggara, Ada Produk dari Indonesia?
- Freepik
Lifestyle – Bagi masyarakat di Asia Tenggara, mi instan bukan sekadar makanan cepat saji tetapi sudah menjadi bagian dari identitas kuliner. Tidak heran setiap negara punya merek mi kebanggaan yang tersohor ke negara tetangga bahkan menembus pasar global.
Asia Tenggara dinobatan sebagai salah satu pusat industri mi instan terbesar di dunia, dengan miliaran porsi dikonsumsi setiap tahunnya. Lebih dari sekadar makanan cepat saji, mi instan mencerminkan kreativitas, efisiensi, dan adaptasi budaya di Asia enggara.
Di balik semangkuk mi instan yang hangat, ada cerita tentang inovasi, selera lokal, dan strategi bisnis yang kuat. Mengutip dari VN Express, berikut lima merek mi instan paling populer di Asia Tenggara yang sukses merebut hati jutaan konsumen dan mendunia.
1. Indomie (Indonesia)
Indonesia mempunyai mi instan kebanggaan yang berhasil menembus pasar internasional, yakni Indomie yang diproduksi oleh Indofood. Bukan hanya di dalam negeri, kata Indomie sudah menjadi sinonim untuk mi instan di beberapa negara sehingga sulit membicarakan mi instan tanpa menyebut satu merek ini.
Sebagai negara dengan konsumsi mi terbanyak kedua setelah Tiongkon, Indomie menguasai lebih dari 70 persen pangsa pasar domestik menurut data The Financial Review. Saat ini, tujuan ekspor Indomie sudah lebih dari 100 negara dengan jumlah produksi mencapai 19 miliar bungkus per tahun.
Indofood mencatat penjualan bersih sebesar Rp59,84 triliun (US$3,58 miliar) pada paruh pertama tahun 2025 atau naik 4 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Keberhasilan Indomie tidak lepas dari cita rasa khas Indonesia dan variasi rasa yang terus berkembang, mulai dari Mi Goreng legendaris hingga rasa regional seperti Rendang dan Ayam Geprek.
2. Lucky Me! (Filipina)
Lucky Me! yang diproduksi Monde Nissin Corporation sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari bagi warga Filipina. Menurut laporan Kantar Brand Footprint 2024, Lucky Me! menjadi produk makanan paling banyak dipilih di negara tersebut, menembus 98,7 persen rumah tangga.
Dengan usia lebih dari 36 tahun, merek mi instan ini telah menanamkan kepercayaan yang kuat di kalangan keluarga Filipina. Kini, produk-produknya juga tersedia di pasar internasional seperti Thailand, Singapura, Selandia Baru, dan Inggris.
Monde Nissin melaporkan pendapatan sebesar PHP84,44 miliar (US$1,47 miliar) pada semester pertama 2025, tumbuh 3,3 persen dari tahun sebelumnya. Tak hanya mi instan, portofolio perusahaan ini juga mencakup biskuit, wafer, dan produk makanan ringan lain yang memperkuat posisi mereka di industri pangan global.
3. Mama (Thailand)
Thailand punya bintang sendiri: Mama. Diproduksi oleh Thai President Foods, merek ini menguasai sekitar 50 persen pangsa pasar mi instan nasional. Berdiri sejak 1972, Mama dikenal lewat rasa khas Thailand seperti Tom Yum dan Thai Curry.
Untuk memperluas segmen, perusahaan meluncurkan seri premium Mama’s OK, yang kini menyumbang sekitar 15 persen dari total pendapatan mi instan. Thai President juga berusaha mengubah citra mi instan sebagai “makanan murah” dengan menghadirkan restoran khusus seperti Mama Station, Zaab Museum, dan Craze Mama.
Dengan kapasitas produksi jutaan bungkus per hari dari pabrik di Thailand, Myanmar, Bangladesh, Kamboja, dan Hungaria, perusahaan ini mencatat pendapatan sebesar THB29,77 miliar (US$932 juta) pada tahun fiskal 2024 atau naik 7 persen dari tahun sebelumnya.
4. Hao Hao (Vietnam)
Di Vietnam, Hao Hao produksi Acecook Vietnam sudah menjadi nama rumah tangga. Vietnam sendiri merupakan pasar mi instan terbesar keempat di dunia, dengan konsumsi mencapai 8,3 miliar porsi per tahun, menurut World Instant Noodles Association.
Dari 13 pabrik di seluruh negeri, Acecook menjual 3,3 miliar porsi mi instan tahun 2024 atau menguasai 40 persen pangsa pasar nasional. Tidak hanya mendominasi domestik, Hao Hao juga diekspor ke lebih dari 40 negara, termasuk kawasan Asia Tenggara, Eropa, dan Amerika Serikat. Reputasinya bahkan diakui oleh Campaign Asia-Pacific dan Nielsen, yang menempatkannya dalam daftar 1.000 merek terbaik di Asia.
5. Maggi (Malaysia)
Di Malaysia, Maggi adalah legenda. Setiap hari, sekitar 2,5 juta porsi mi instan Maggi dikonsumsi masyarakat, menjadikannya merek paling dominan di negeri tersebut.
Menurut riset internal Nestlé Malaysia, Maggi memegang pangsa pasar lebih dari 40 persen di kategori mi instan. Produk ini terus berevolusi mengikuti selera lokal, dengan varian populer seperti kari pedas dan ayam panggang.
Nestlé Malaysia sendiri mengoperasikan enam fasilitas produksi dan mencatat pendapatan sebesar MYR3,4 miliar (US$809 juta) pada semester pertama tahun ini. Jumlah tersebut meningkat 4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Menariknya, meski Maggi lahir di Swiss pada 1884 dan diakuisisi Nestlé pada 1947, adaptasi rasa lokal seperti Maggi Kari justru menjadi kunci kesuksesannya di Asia Tenggara.
Lima merek ini membuktikan bahwa cita rasa lokal bisa menjelma menjadi fenomena global dan dalam setiap bungkusnya, tersimpan rasa nostalgia, kepraktisan, dan kebanggaan akan kuliner Asia. Lebih dari sekadar makanan cepat saji, mi instan mencerminkan kreativitas, efisiensi, dan adaptasi budaya di Asia Tenggara.