Mengapa Orang Dewasa Jadi Mudah Marah atau Meledak-ledak?
- Pixaby
Lifestyle –Pernahkah Anda bertemu dengan seseorang yang terlihat baik-baik saja, namun tiba-tiba bisa meledak marah hanya karena hal sepele? Atau mungkin Anda sendiri pernah merasakan betapa sulitnya menahan emosi yang kemudian meluap tanpa kendali.
Ledakan emosi pada orang dewasa sering kali bukan sekadar sifat bawaan, melainkan jejak luka batin dari masa lalu yang masih tertahan. Luka inilah yang membuat regulasi emosi menjadi kacau, sehingga seseorang mudah tersulut.
Artikel ini akan membahas mengapa hal ini bisa terjadi, bagaimana luka batin memengaruhi cara kita mengendalikan emosi, serta strategi penyembuhan agar hidup lebih tenang.
Luka Batin dan Regulasi Emosi: Dasar yang Perlu Dipahami
Luka batin tertahan biasanya berakar dari pengalaman traumatis atau pengasuhan yang penuh tekanan di masa kecil. Luka ini membekas dalam sistem psikologis, bahkan memengaruhi cara kerja otak. Regulasi emosi sendiri adalah kemampuan untuk mengenali, memahami, dan mengelola emosi agar dapat merespons situasi dengan tepat. Ketika luka batin belum sembuh, kemampuan ini terganggu, sehingga seseorang lebih rentan terhadap ledakan kemarahan.
Mekanisme Psikologis di Balik Ledakan Emosi
Ketika seseorang menghadapi stres, otak bagian amigdala aktif memberi sinyal “bahaya”. Normalnya, bagian otak prefrontal cortex akan membantu menenangkan reaksi berlebihan ini. Namun pada orang dengan trauma masa lalu, keseimbangan ini rusak. Akibatnya, tubuh lebih mudah masuk ke mode “fight or flight” (melawan atau kabur). Proses ini membuat seseorang lebih mudah tersulut, bahkan terhadap pemicu kecil yang sebenarnya tidak berbahaya.
Sejumlah penelitian menunjukkan hubungan kuat antara trauma masa kecil dengan regulasi emosi di masa dewasa.
Studi yang dimuat di Journal of Aggression, Maltreatment & Trauma menemukan bahwa trauma masa kecil meningkatkan risiko perilaku marah berlebihan saat dewasa. Selain itu dalam artikel Northlake Behavioral Health menyebutkan bahwa luka emosional masa kecil sering membuat orang dewasa sulit membedakan rasa sakit lama dengan situasi saat ini, sehingga mereka bereaksi berlebihan.
Ada pula kajian tentang developmental trauma juga menegaskan bahwa individu dengan luka batin cenderung mengalami “tantrum emosional” saat menghadapi stres, mirip dengan anak kecil yang belum bisa menenangkan diri.
Ciri-ciri Orang Dewasa dengan Ledakan Emosi karena Luka Batin
- Sensitif terhadap hal kecil – mudah tersinggung meski pemicunya sepele.
- Reaksi marah tidak proporsional – ledakan emosi lebih besar dari situasinya.
- Mood swing – suasana hati cepat berubah drastis.
- Kesulitan menahan impuls – mengucapkan kata kasar atau melakukan tindakan agresif tanpa pikir panjang.
- Hubungan penuh konflik – sulit menjaga kestabilan relasi dengan orang lain.
- Rasa bersalah setelah meledak – menyesal setelah marah, namun sulit mengontrol di kesempatan berikutnya.
Psikolog dan ahli neuropsikologi terkemuka, Allan Schore meneliti tentang regulasi afektif sejak 1990-an. Ia menekankan betapa pentingnya pengalaman emosional sejak bayi.
“Jika seorang bayi tidak mendapatkan pengalaman yang memadai untuk menjadi bagian dari sistem dinamis terbuka dengan orang dewasa yang responsif secara emosional, maka organisasi kortikolimbiknya akan sangat buruk dalam menghadapi dinamika stres yang kacau yang melekat dalam semua hubungan manusia,” kata dia.
Artinya, ketika di masa kecil seseorang tidak merasakan kehangatan, validasi, dan respons emosional yang sehat, otaknya berkembang dengan kelemahan dalam mengatur emosi. Dampaknya terbawa hingga dewasa, membuat orang tersebut rentan terhadap kemarahan berlebihan.
Mengapa Luka Batin Jadi Akar Ledakan Emosi?
- Skema negatif – keyakinan batin seperti “saya tidak berharga” atau “saya pasti disakiti” mendorong respons defensif.
- Kemarahan sebagai pelindung – marah menjadi cara menutupi rasa takut atau sedih yang lebih dalam.
- Proyeksi emosi – menyalahkan orang lain atas rasa sakit yang sebenarnya berasal dari pengalaman lama.
- Gaya keterikatan yang tidak aman – takut ditolak atau ditinggalkan, sehingga menanggapi dengan agresi.
Dampak Ledakan Emosi dalam Kehidupan
Ledakan emosi yang berulang bisa membawa konsekuensi serius, antara lain:
- Hubungan retak – pasangan, keluarga, atau teman menjauh karena sulit menghadapi temperamen.
- Gangguan kerja – konflik di kantor, turunnya produktivitas, hingga reputasi profesional yang rusak.
- Kesehatan mental – risiko depresi, kecemasan, hingga rendahnya harga diri.
- Kesehatan fisik – stres kronis yang berhubungan dengan hipertensi, sakit kepala, atau gangguan tidur.
Strategi Penyembuhan: Belajar Regulasi Emosi Sehat
Kabar baiknya, luka batin bisa disembuhkan dan regulasi emosi bisa dilatih. Beberapa langkah yang bisa dilakukan:
- Kenali pemicu emosi – sadari situasi atau kata-kata apa yang membuat mudah tersulut.
- Teknik pernapasan dan grounding – tarik napas dalam-dalam, rasakan tubuh, untuk menenangkan sistem saraf.
- Terapi psikologis – seperti DBT (Dialectical Behavior Therapy), EMDR, atau terapi inner child.
- Self-compassion – belajar memberi ruang pada diri sendiri tanpa terus-menerus menyalahkan diri.
- Latihan kecil setiap hari – ambil jeda sebelum merespons, tulis perasaan dalam jurnal, atau lakukan aktivitas fisik ringan.
- Dukungan sosial – berbagi dengan orang yang dipercaya atau bergabung dengan kelompok pendukung.