Kenapa Semakin Dikejar, Duit Malah Hilang dan Bikin Nggak Tenang?

Ilustrasi Perlunya Evaluasi Keuangan (Financial Check-up)
Sumber :
  • Freepik

LifestylePernah merasa begini gaji naik, bonus cair, tapi rasanya uang tetap saja cepat habis? Atau, setiap kali satu keinginan terpenuhi, muncul lagi keinginan baru yang harus segera dikejar?

Gaji Naik, Tapi Duit Cepat Habis? Hati-Hati dengan Lifestyle Inflation dan Cara Mengendalikannya

Fenomena ini bukan cuma persoalan angka di rekening, melainkan terkait erat dengan psikologi kepuasan hidup dan cara kita memandang uang. Semakin dikejar, uang justru terasa makin ‘lari’.

Mengapa begitu? Jawabannya ada pada siklus keinginan yang tidak ada habisnya, ditambah kurangnya kesadaran finansial dalam mengelola hidup. Untungnya, ada satu kunci penting yang bisa membantu yakni financial mindfulness. Mari kita bahas satu persatu mengenai hal ini.

Psikologi Kepuasan Hidup

Siap-Siap Panen Rezeki, 5 Zodiak Ini Paling Beruntung di September 2025

Kepuasan hidup bukan hanya soal punya banyak harta, tetapi tentang bagaimana kita menilai kualitas hidup secara keseluruhan pekerjaan, kesehatan, hubungan, hingga keuangan. Dalam psikologi, ada dua bentuk kebahagiaan:

  1. Hedonic happiness: kebahagiaan sesaat dari kesenangan, misalnya membeli barang baru.
  2. Eudaimonic happiness: kebahagiaan mendalam dari rasa tujuan, makna, dan penerimaan.

Masalahnya, manusia cenderung terjebak pada hedonic adaptation atau yang sering disebut hedonic treadmill. Begitu sebuah keinginan terpenuhi, rasa puas cepat memudar. Kita kembali ke titik awal dan ingin sesuatu yang lebih lagi. Akibatnya, tidak peduli seberapa banyak uang masuk, rasanya selalu kurang.

Siklus Keinginan Tak Ada Habisnya

Mengenal Kemiskinan Struktural, Penyebab Orang Tetap Miskin Meski Sudah Kerja Keras

Keinginan kita tidak lahir begitu saja. Media sosial, iklan, dan perbandingan dengan orang lain mendorong munculnya kebutuhan baru yang sebenarnya tidak selalu penting. Fenomena ini dikenal sebagai Diderot Effect, satu pembelian sering memicu pembelian lain agar semuanya serasi. Misalnya, beli ponsel baru jadi ingin casing baru, lalu headset terbaru, hingga cicilan makin menumpuk.

“Kita paling tidak bahagia ketika merasa tidak puas dengan apa yang kita miliki dan memutuskan bahwa kita menginginkan lebih,” kata Psikolog Steve Taylor.

Inilah jebakan besar. Semakin banyak kita mengejar, semakin sering kita merasa kurang. Alih-alih bahagia, justru stres finansial, utang menumpuk, dan rasa iri sosial muncul.

Financial Mindfulness: Kunci Hidup Tenang

Di sinilah konsep financial mindfulness masuk. Menurut penelitian Emily N. Garbinsky (Cornell University) dan Simon M. Blanchard (Georgetown University), financial mindfulness adalah kecenderungan untuk sangat sadar terhadap keadaan finansial kita saat ini sekaligus menerima keadaan tersebut tanpa menghakimi.

Dalam riset mereka terhadap lebih dari 2.000 konsumen, ditemukan bahwa orang dengan tingkat mindfulness finansial tinggi cenderung:

  • Lebih disiplin mengelola keuangan (tidak lari dari tagihan atau laporan rekening).
  • Membuat keputusan lebih rasional dan tidak terjebak bias psikologis seperti sunk-cost fallacy.
  • Memiliki skor kredit yang lebih baik.

Seperti yang ditegaskan Garbinsky, financial mindfulness berarti menyadari kondisi keuangan secara objektif dan sekaligus menerima kondisi itu.

Penerimaan ini penting. Tanpa penerimaan, kita mudah diliputi rasa malu, cemas, atau tertekan terhadap kondisi keuangan, lalu melampiaskannya dengan belanja impulsif.

Cara Menahan Diri dari Siklus Keinginan

Bagaimana memutus lingkaran setan keinginan tanpa akhir ini? Ada beberapa langkah psikologis dan praktis:

1. Tetapkan Prioritas Nilai

Sebelum membeli sesuatu, tanyakan pada diri Anda “Apakah ini penting sesuai nilai hidup saya, atau hanya karena ikut tren?” Pertanyaan sederhana ini bisa menahan kita dari pembelian impulsif.

2. Delay Purchase

Biasakan memberi jeda minimal 24 jam sebelum membeli barang non-esensial. Seringkali, setelah jeda, kita sadar sebenarnya tidak butuh.

3. Latihan Bersyukur

Melatih rasa syukur membuat kita fokus pada apa yang sudah dimiliki, bukan pada apa yang belum ada. Rasa cukup adalah obat paling ampuh melawan siklus keinginan.

4. Kurangi Paparan Pencetus Keinginan

Batasi waktu scrolling media sosial atau iklan belanja. Ingat, banyak keinginan muncul bukan dari kebutuhan, tapi dari perbandingan.

5. Praktik Finansial Mindful

  • Awareness: catat semua pemasukan, pengeluaran, aset, dan utang.
  • Acceptance: terima kondisi saat ini apa adanya, tanpa rasa malu atau panik.
  • Budget untuk kesenangan: boleh belanja hiburan, tapi dengan batas jelas.
  • Gunakan tools transparan: aplikasi pencatat keuangan membantu mengurangi “kebocoran tak terlihat.”

Penelitian Garbinsky & Blanchard sangat relevan untuk menjawab pertanyaan kenapa uang makin dikejar justru makin hilang? Tanpa financial mindfulness, keinginan akan selalu menguasai, dan kita sulit merasa puas.

Mereka menunjukkan bahwa dengan kesadaran dan penerimaan finansial, seseorang lebih stabil secara emosional, lebih rasional mengambil keputusan, dan tidak mudah tergoda siklus keinginan baru. Pada akhirnya, financial mindfulness bukan hanya soal keuangan, tapi juga tentang menemukan ketenangan dan kepuasan hidup yang lebih tahan lama.