Perbedaan Gejala Darah Tinggi pada Pria vs Wanita yang Sering Diabaikan
- Pixaby
Lifestyle –Apakah gejala darah tinggi bisa berbeda antara pria dan wanita? Mungkin terdengar mengejutkan, tetapi jawabannya adalah: iya. Selama ini kita sering menganggap hipertensi hanya soal angka tekanan darah. Padahal, cara tubuh memberi sinyal bahwa ada tekanan darah tinggi bisa sangat berbeda tergantung jenis kelamin.
Pada wanita, gejalanya bisa tampak samar dan bahkan mirip gejala hormonal biasa, seperti sakit kepala atau kelelahan. Sementara pada pria, salah satu tanda awal yang sering diabaikan adalah disfungsi ereksi. Banyak yang tak sadar bahwa ini bisa jadi pertanda tekanan darah yang sudah mulai mengganggu aliran darah ke organ penting. Artikel ini akan membahas secara lengkap perbedaan gejala darah tinggi antara pria dan wanita, lengkap dengan bukti ilmiah dan penjelasan dari pakar medis.
Mengapa Gejala Hipertensi Bisa Berbeda antara Pria dan Wanita?
Secara biologis, sistem hormon dan distribusi lemak tubuh antara pria dan wanita memang berbeda, sehingga reaksi tubuh terhadap tekanan darah tinggi pun bisa tidak sama. European Heart Journal mencatat bahwa wanita dan pria bisa memiliki respon berbeda terhadap pengobatan hipertensi karena pengaruh hormon estrogen dan testosteron.
Menurut ahli jantung wanita dari NYU Langone Health, Dr. Nieca Goldbergwanita sering kali mengalami gejala yang "tidak khas". “Gejala mereka sering dianggap ringan atau bahkan diabaikan, padahal bisa menjadi sinyal awal dari masalah tekanan darah tinggi yang serius,” ujarnya.
Gejala Hipertensi pada Wanita
Wanita sering mengalami gejala hipertensi yang lebih halus atau tidak terlalu mencolok. Di antaranya:
- Sakit kepala yang dipicu perubahan hormon: Terutama menjelang menstruasi atau saat menopause.
- Kelelahan ekstrem: Meski tidak beraktivitas berat, wanita bisa merasa cepat lelah.
- Gangguan tidur: Susah tidur atau sering terbangun di malam hari.
- Kecemasan atau palpitasi: Jantung berdebar-debar yang sering disalahartikan sebagai gangguan cemas.
- Bengkak di kaki dan tangan: Terutama pada akhir hari.
Dr. Goldberg juga menegaskan bahwa wanita usia menopause cenderung mengalami lonjakan tekanan darah akibat penurunan hormon estrogen, yang semula berfungsi sebagai pelindung pembuluh darah.
Pria dengan tekanan darah tinggi sering merasa pusing, terutama setelah berdiri terlalu cepat atau setelah aktivitas fisik yang berat.
Gejala Hipertensi pada Pria
Pada pria, gejala hipertensi cenderung lebih berkaitan dengan gangguan fungsi organ. Beberapa di antaranya:
- Pusing atau Rasa Melayang: Pria dengan tekanan darah tinggi sering merasa pusing, terutama setelah berdiri terlalu cepat atau setelah aktivitas fisik yang berat.
- Sakit kepala berat: Terutama di bagian belakang kepala.
- Nyeri dada atau rasa tidak nyaman di dada.
- Sesak napas saat aktivitas ringan.
- Penglihatan buram atau ganda.
Dr. Luke Laffin dari Cleveland Clinic menyebutkan bahwa “disfungsi ereksi pada pria usia 30–50 tahun bisa menjadi alarm dini dari hipertensi yang tidak terdiagnosis. Ini bukan hanya masalah hormonal, tapi masalah vaskular.”
Perbedaan Respons Terhadap Terapi Antihipertensi
European Heart Journal dalam salah satu publikasinya mencatat bahwa wanita lebih sensitif terhadap efek samping obat antihipertensi seperti ACE inhibitor dan beta blocker. Oleh karena itu, penyesuaian dosis lebih sering dilakukan pada wanita.
Selain itu, pria cenderung merespons lebih baik terhadap terapi tunggal, sementara wanita sering membutuhkan kombinasi terapi yang disesuaikan dengan siklus hormonalnya, terutama jika mereka dalam fase perimenopause atau menopause.
Mengapa Mengenali Perbedaan Ini Penting?
Jika Anda wanita dan merasa sering sakit kepala atau mudah lelah, jangan buru-buru menyalahkan hormon saja. Begitu pula jika Anda pria dan mulai mengalami gangguan ereksi, jangan langsung menganggapnya sebagai masalah psikologis atau kelelahan biasa.
Dengan mengenali bahwa hipertensi bisa menampakkan wajah yang berbeda antara pria dan wanita, maka diagnosis bisa dilakukan lebih cepat dan pengobatan lebih tepat sasaran. Ini penting, karena hipertensi yang tidak ditangani bisa menyebabkan kerusakan permanen pada jantung, ginjal, dan otak.
Langkah Praktis untuk Mendeteksi Dini
- Rutin cek tekanan darah, setidaknya sebulan sekali, meskipun merasa sehat.
- Catat gejala yang dirasakan, terutama jika terjadi berulang dalam periode tertentu.
- Konsultasikan ke dokter, terutama jika memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi.
- Lakukan gaya hidup sehat: olahraga, kurangi garam, dan hindari rokok atau alkohol.
- Perhatikan perubahan hormonal, terutama bagi wanita yang memasuki usia menopause.
Gejala darah tinggi bisa muncul secara berbeda antara pria dan wanita. Jika tidak dikenali sejak dini, hipertensi bisa menjadi penyebab komplikasi serius. Dengan memahami perbedaan ini dan melakukan pemeriksaan rutin, Anda bisa melindungi diri dari risiko yang tidak perlu.
Jangan abaikan sinyal tubuh hanya karena tensi terlihat normal atau gejala terasa ringan. Dengarkan tubuh Anda, dan ambil tindakan sebelum terlambat.
Yuk, mulai lebih waspada dan sadari perbedaan gejala hipertensi sejak sekarang!