Anak Susah Dikasih Tahu? Bisa Jadi Karena Ini, Bukan Cuma Keras Kepala!
- Freepik
Lifestyle –Sebagai orang tua atau pengasuh, mungkin kamu pernah mengalami situasi ini, kamu meminta anak berhenti bermain dan bersiap tidur, tapi ia malah membantah. Atau kamu menasihati dengan lembut, tapi si kecil tetap bersikeras pada keinginannya. Dalam hati, mungkin kamu berpikir, 'Kok ngeyel banget sih?'
Tapi tunggu dulu. Menurut para ahli psikologi perkembangan anak, sikap seperti ini tidak selalu berarti si anak keras kepala atau kurang ajar. Bisa jadi, itu adalah bagian dari tahapan tumbuh kembang yang justru sehat asalkan ditangani dengan bijak.
Psikolog klinis dan penulis buku Peaceful Parent, Happy Kids, Dr. Laura Markham, menjelaskan bahwa anak-anak yang terlihat ngeyel sebenarnya sedang menunjukkan bahwa mereka punya kehendak dan mulai belajar mengekspresikannya.
“Ketika anak menolak arahan atau terus membantah, itu bukan berarti mereka berusaha menjengkelkan orang tuanya. Itu tanda bahwa mereka sedang belajar menjadi individu yang mandiri,” kata Dr. Markham.
Dalam dunia psikologi perkembangan, perilaku ini disebut sebagai autonomy-seeking behavior perilaku alami yang muncul ketika anak mulai mengenal dirinya sendiri dan ingin mencoba mengambil keputusan.
Usia Berapa Anak Mulai Ngeyel?
Sikap ‘ngeyel’ atau menolak nasihat biasanya mulai muncul saat anak memasuki usia toddler, sekitar 2–3 tahun. Ini dikenal sebagai fase terrible twos, di mana anak mulai sering berkata nggak mau pada hampir semua hal.
Namun, ini bukan berarti fase ini hanya terjadi sekali. Saat anak berusia 6–9 tahun, mereka juga bisa menunjukkan perilaku serupa karena mulai berpikir lebih logis dan punya argumen sendiri. Bahkan remaja pun sering terlihat ngeyel karena sedang mencari jati diri dan mencoba menetapkan batas dengan orang tua.
Apa Penyebab Anak Ngeyel?
Beberapa faktor yang bisa membuat anak terlihat ngeyel atau suka membantah:
- Sedang Emosi
Anak belum mampu mengelola emosinya dengan baik. Jika dia merasa kesal, lapar, atau lelah, ia cenderung lebih mudah membantah. - Merasa Tidak Didengar
Anak yang merasa pendapatnya tidak dipedulikan bisa jadi lebih defensif dan terus menerus mempertahankan pendapat. - Meniru Lingkungan Sekitar
Jika anak sering melihat orang dewasa di sekitarnya membantah atau berbicara dengan nada tinggi, ia bisa menirunya tanpa sadar. - Ingin Mencoba Otonomi
Seperti dijelaskan Dr. Markham, anak butuh merasa bahwa ia punya kontrol atas hidupnya. Ketika terlalu banyak diatur, mereka bisa memberontak.
Bagaimana Cara Menghadapinya?
Daripada langsung memarahi atau memberi hukuman, ada beberapa cara efektif menghadapi anak yang sering ngeyel:
1. Dengarkan Dahulu, Baru Tanggapi
Kadang anak hanya ingin merasa didengar. Cobalah dengarkan alasan mereka dengan tenang tanpa langsung menyela. Kalimat seperti “Ibu dengar kamu nggak mau mandi dulu, bisa cerita kenapa?” bisa membuka ruang dialog.
2. Berikan Pilihan
Alih-alih memberikan perintah, coba berikan dua pilihan yang bisa dia pilih. Misalnya, “Kamu mau gosok gigi dulu atau pakai piyama dulu?” Ini memberi anak rasa kontrol tanpa kehilangan arah.
3. Tetapkan Aturan yang Konsisten
Anak perlu tahu batasan yang jelas. Jika kamu menetapkan aturan, tegakkan dengan konsisten tapi penuh empati. Hindari ancaman yang tidak ditepati karena akan membuat anak bingung.
4. Validasi Emosi Anak
Mengakui perasaan anak bisa membuatnya lebih tenang. Misalnya, “Ibu tahu kamu kesal karena belum mau tidur. Tapi tubuhmu butuh istirahat supaya besok bisa main lagi.”
5. Jangan Tanggapi dengan Emosi
Kalau anak membantah, jangan balas dengan nada tinggi atau emosi. Ini hanya akan memperbesar konflik. Ambil napas, beri jeda, dan tanggapi dengan tenang.
6. Jadi Contoh dalam Komunikasi
Anak belajar dari melihat. Jika kamu ingin anak mendengarkan, perlihatkan bagaimana caranya mendengarkan. Komunikasi dua arah yang sehat dimulai dari orang tua.
Kapan Harus Khawatir?
Ngeyel dalam batas wajar adalah bagian dari tumbuh kembang yang normal. Namun, jika anak terus membantah, menunjukkan perilaku agresif, atau sulit diatur di semua lingkungan (bukan hanya di rumah), bisa jadi ada masalah lain di baliknya seperti ADHD, gangguan perilaku, atau trauma.
Jika kamu mulai khawatir, jangan ragu berkonsultasi dengan psikolog anak. Diagnosis dan pendampingan profesional bisa sangat membantu, apalagi jika kondisi ini mengganggu aktivitas sehari-hari atau hubungan dalam keluarga.
Sikap ngeyel bukan selalu tanda anak bandel. Bisa jadi mereka sedang belajar menjadi individu yang berpikir kritis dan mandiri. Tugas orang tua adalah mendampingi, bukan menaklukkan. Dengan pendekatan empatik dan komunikasi yang sehat, kamu bisa membimbing anak menjadi pribadi yang percaya diri, tanpa harus merasa tertekan atau dimusuhi.
“Anak-anak yang merasa didengar dan dihargai akan jauh lebih kooperatif daripada anak-anak yang hanya dituntut patuh tanpa dipahami,” Seperti kata Dr. Markham mengingatkan.
Jadi, kalau anak kamu ngeyel hari ini, mungkin itu kesempatan untuk belajar, bukan hanya untuk dia, tapi juga untuk kamu.