Tiba-Tiba Mudah Marah atau Sedih di Usia 30-an? Ini Bisa Jadi Penyebabnya
- Freepik
Hormon seperti estrogen, progesteron, testosteron, dan kortisol sangat memengaruhi sistem limbik otak, yaitu pusat pengaturan emosi. Perubahan kadar hormon ini dapat memengaruhi cara otak memproses stres, rasa bahagia, dan reaksi emosional.
Secara ilmiah, estrogen berperan meningkatkan kadar serotonin dan dopamin, dua zat kimia otak yang mengatur mood. Progesteron memiliki efek menenangkan, namun penurunan kadarnya bisa membuat seseorang lebih cemas. Testosteron yang rendah bisa memicu kelelahan dan depresi, baik pada pria maupun wanita. Kortisol, yang dikenal sebagai hormon stres, jika terlalu tinggi akan mengganggu sistem saraf otonom dan menyebabkan kelelahan emosional kronis.
Tanda-Tanda Perubahan Hormon yang Memengaruhi Emosi
Gejala emosional seperti mudah marah, gangguan tidur, hingga kecemasan berlebihan bisa menjadi pertanda adanya disfungsi hormon. Bila hal ini terjadi secara konsisten, maka sudah saatnya mencari tahu lebih lanjut penyebabnya.
Dalam dunia medis, gejala seperti mood swing, mudah menangis, atau depresi ringan sering ditemukan pada pasien dengan gangguan tiroid, sindrom pramenstruasi (PMS), perimenopause, atau sindrom ovarium polikistik (PCOS). Dari sisi psikologi, ketidakstabilan hormon dapat menurunkan ambang toleransi stres, sehingga emosi lebih sulit dikendalikan bahkan oleh hal-hal kecil. Penting untuk mengenali pola emosional yang berulang agar tidak disalahartikan sebagai “lemah mental.”
Faktor yang Memperburuk Perubahan Emosional Setelah Usia 30
Gaya hidup berperan besar dalam memperparah ketidakseimbangan hormon dan emosi. Pola tidur buruk, stres berkepanjangan, pola makan tidak sehat, serta kurang olahraga bisa membuat suasana hati semakin tidak stabil.