Kalau Hidupmu Baik-Baik Saja, Kenapa Takut Sama Hari Senin?

Ilustrasi Stres di Hari Senin
Sumber :
  • Freepik

LifestyleSenin pagi tiba. Kamu bangun dari tempat tidur sambil terdiam. Entah kenapa, perasaan gelisah datang dan kecemasan samar muncul saat membayangkan memulai hari Senin.

Bingung Cari Kerja Usai Lulus Kuliah? Ini Panduan Bangun Karier untuk Fresh Graduate

Padahal kamu tidak membenci pekerjaanmu. Gaji cukup, lingkungan kerja aman, atasan tidak toxic, dan rekan kerja lumayan menyenangkan. Tapi bangkit dari tempat tidur menjadi tugas besar. Rasanya seperti kehilangan sesuatumeski kamu tidak tahu apa.

Kalau semua baik-baik saja, kenapa Senin tetap terasa menakutkan? Senin bukan sekadar hari pertama dalam seminggu. Dalam dunia kerja modern, Senin telah menjadi simbol dari rutinitas, tanggung jawab, dan struktur hidup yang sering terasa monoton. Di titik ini, banyak orang mulai merasa ada jarak antara siapa mereka sebenarnya dengan apa yang mereka jalani setiap hari.

Mau Cuan Tambahan? Ini 10 Ide Side Hustle, Bisa Dikerjakan Sambil Kerja Full Time

Menurut profesor psikologi organisasi di Wharton School, Dr. Adam Grant, ketakutan akan Senin bukan selalu tentang beban kerja atau bos yang menyebalkan. Lebih dalam dari itu, bisa jadi kita sedang mengalami apa yang ia sebut sebagai “meaning vacuum” kekosongan makna.

"Banyak orang merasa lelah bukan karena terlalu banyak bekerja, tapi karena kehilangan makna dalam apa yang mereka lakukan," kata Adam.

Kenapa Telinga Bisa Berdenging? Tanda Capek atau Tanda Penyakit Serius?

Kita bisa saja punya karier yang stabil, tapi tetap merasa tidak benar-benar hidup saat menjalaninya.

Hidden Burnout: Ketika Lelah Tidak Lagi Terlihat

Kamu mungkin tidak merasa terbakar habis seperti gambaran burnout pada umumnya. Tidak sampai menangis diam-diam atau ingin resign setiap hari. Tapi kamu merasa kosong. Semangatmu seperti di-setting ulang setiap Senin dan baru terisi kembali saat Jumat sore.

Fenomena ini dikenal sebagai hidden burnout, kelelahan psikologis yang tidak meledak, tapi menumpuk perlahan. Gejalanya sering kali ringan namun konsisten:

  • Susah fokus saat awal pekan
  • Tidak antusias terhadap tugas yang sebenarnya kamu kuasai
  • Perlu distraksi berlebihan seperti scrolling media sosial terus-menerus
  • Selalu menghitung mundur ke akhir pekan

Adam Grant menyebut kondisi ini sebagai professional boredom, yaitu kondisi ketika kamu terus melakukan hal yang sama, di lingkungan yang sama, tanpa tantangan baru atau rasa keterlibatan emosional.

Alami “Sunday Night Dread” yang Sering Diabaikan

Sunday scaries atau Sunday night dread adalah rasa tidak nyaman menjelang akhir akhir pekan yang dirasakan banyak pekerja modern. Menurut data dari LinkedIn (2022), 80% profesional merasakan kecemasan ini mulai dari merasa malas, murung, sampai tidak bisa tidur.

Padahal jika dipikir-pikir, Minggu adalah hari libur. Seharusnya rileks. Namun, kenapa justru jadi hari paling berat?

Adam Grant menjelaskan bahwa ini berkaitan dengan hilangnya rasa kontrol atau agensi dalam pekerjaan kita. Ketika seseorang merasa tidak punya pilihan, tidak punya suara, atau tidak bisa mengekspresikan diri dalam pekerjaannya, maka tubuh secara otomatis menolak hari kerja dimulai dari Senin.

"Banyak pekerja modern bekerja dalam sistem yang membuat mereka kehilangan kendali, bukan sekadar kehilangan waktu," kata Adam Grant.

Mungkin yang hilang Bukan Gaji, Tapi Koneksi Emosional

Kita sering mengira bahwa yang membuat pekerjaan menyenangkan adalah gaji tinggi atau kantor nyaman. Tapi kenyataannya, koneksi emosional dengan pekerjaan jauh lebih berpengaruh terhadap kepuasan kerja jangka panjang.

Menurut Adam Grant, ada tiga unsur yang membuat seseorang merasa “hidup” dalam pekerjaannya:

  1. Merasa punya dampak – pekerjaan kita berguna bagi orang lain.
  2. Merasa dihargai – bukan hanya karena hasil, tapi juga karena proses dan kepribadian.
  3. Merasa bertumbuh – setiap tugas membuat kita sedikit lebih baik dari kemarin.

Ketika tiga hal ini absen, pekerjaan terasa seperti mesin berjalan. Kamu hadir, menyelesaikan tugas, mendapat gaji, tapi tidak merasa punya hubungan personal dengan apa yang kamu lakukan. Di sinilah Senin menjadi musuh diam-diam.

Keseimbangan vs. Keterhubungan: Apa yang Sebenarnya Kita Butuhkan?

Kebanyakan orang mengejar work-life balance agar tidak terlalu lelah. Tapi kadang, bukan waktunya yang salah, melainkan ketidakhadiran makna dalam waktu yang dijalani.

"Kita tak selalu perlu bekerja lebih sedikit, tapi perlu merasa lebih berarti saat bekerja," kata Adam menekankan.

Bisa jadi kamu punya banyak waktu istirahat, liburan, atau fleksibilitas kerja. Tapi kalau kamu tidak merasa bahwa pekerjaanmu nyambung dengan jati dirimu, kamu tetap akan merasa Senin adalah beban.

Apa yang Bisa Kamu Lakukan Saat Senin Terasa Menyesakkan?

Ketika kamu mulai menyadari bahwa Senin bukan hanya soal males kerja, tapi soal koneksi batin yang mulai hilang, maka sudah waktunya kamu melakukan evaluasi kecil. Beberapa langkah ini bisa membantu:

1. Identifikasi bagian dari Senin yang paling kamu benci

Apakah karena tugasnya monoton? Suasananya terlalu kaku? Atau karena kamu merasa tidak dihargai?

2. Temukan kembali makna kecil dari pekerjaanmu

Tanyakan siapa yang terbantu dari pekerjaan ini? Apa dampaknya? Hal sederhana seperti membantu klien, membuat sistem lebih efisien, atau mendidik junior bisa jadi sumber makna.

3. Buat rutinitas Senin yang menyenangkan

Rancang Senin pagi seperti “awal tahun baru kecil”. Tambahkan elemen yang membuatmu bersemangat seperti membuat playlist favorit, kopi spesial, pakaian yang kamu suka, atau menulis afirmasi harian.

4. Lakukan job crafting

Jika kamu tidak bisa mengubah pekerjaan, ubah caramu menjalaninya. Misalnya dengan meminta tanggung jawab baru, belajar skill berbeda, atau memodifikasi cara berinteraksi dengan rekan kerja.