Kelas Menengah Terancam Jatuh Miskin, Apa Penyebabnya?

Ilustrasi pekerja kantoran
Sumber :
  • AP Photo

Lifestyle – Kelas menengah sering dianggap sebagai penopang stabilitas ekonomi. Mereka memiliki daya beli yang cukup, kontribusi pajak yang signifikan, hingga menjadi motor penggerak konsumsi masyarakat. 

Tak Lekang oleh Waktu, 8 Pekerjaan Klasik yang Tetap Relevan di 2025

 

Namun, belakangan ini semakin banyak analisis yang mengkhawatirkan posisi kelas menengah karena rentan jatuh miskin. Kondisi ini bukan hanya terjadi di negara berkembang, tetapi juga menjadi fenomena global yang menimbulkan pertanyaan besar: apa penyebab utamanya?

Optimalkan Pengelolaan Sampah, Pertamina Patra Niaga Maksimalkan Peran Sekolah Jadi Pusat Edukasi dan Motor Penggerak

 

Kerap kali, kelas menengah berada di posisi "serba nanggung". Di satu sisi, mereka tidak tergolong miskin dan memiliki akses terhadap gaya hidup modern, tetapi di sisi lain belum memiliki keamanan finansial yang kokoh. 

Profesi Ini Dulu Diremehkan, Kini Banjir Surat Lamaran dan Jadi Rebutan Anak Muda!

 

Banyak dari mereka hidup dari gaji bulanan tanpa cadangan dana darurat yang memadai. Situasi ini membuat mereka rentan terhadap guncangan ekonomi, baik karena faktor internal maupun eksternal.

 

Berikut beberapa penyebab utama kenapa kelas menengah bisa terancam jatuh miskin:

 

1. Biaya Hidup yang Terus Meningkat

 

Inflasi dan kenaikan harga kebutuhan pokok membuat penghasilan kelas menengah sering kali tidak cukup untuk menutupi pengeluaran. Biaya pendidikan, kesehatan, hingga perumahan semakin melambung, sementara kenaikan gaji tidak sebanding.

 

2. Gaya Hidup Konsumtif

 

Banyak kelas menengah terjebak dalam perilaku konsumtif. Keinginan untuk tampil sesuai standar sosial sering membuat mereka membeli barang-barang non-esensial, mulai dari gadget terbaru hingga liburan mahal, meski tabungan minim.

 

3. Utang yang Menumpuk

 

Penggunaan kartu kredit atau pinjaman online tanpa perhitungan matang sering kali menjadi jebakan. Alih-alih meningkatkan kualitas hidup, utang konsumtif justru menguras pendapatan bulanan dan mempersempit ruang finansial.

 

4. Minimnya Investasi dan Tabungan

 

Kelas menengah sering hanya mengandalkan gaji tanpa mengalokasikan dana untuk investasi. Akibatnya, mereka tidak memiliki aset produktif yang bisa menambah kekayaan atau menjadi penopang saat krisis.

 

5. Biaya Tak Terduga

 

Kesehatan keluarga, kehilangan pekerjaan, atau kebutuhan darurat lainnya bisa langsung mengguncang stabilitas keuangan. Tanpa dana darurat, kelas menengah bisa dengan cepat terpuruk.

 

6. Kurangnya Literasi Keuangan

 

Masih banyak kelas menengah yang belum memahami pentingnya perencanaan keuangan. Akibatnya, mereka salah mengelola arus kas, salah memilih produk keuangan, atau tidak memiliki strategi jangka panjang untuk menumbuhkan aset.

 

7. Tekanan Ekonomi Makro

 

Resesi, pelemahan mata uang, hingga kebijakan pemerintah juga bisa berdampak besar pada daya beli kelas menengah. Karena pendapatan mereka relatif terbatas, setiap gejolak ekonomi mudah dirasakan langsung.

 

Kelas menengah bisa jadi kelompok yang paling rentan jika tidak pandai mengelola keuangan. Mereka memiliki cukup penghasilan untuk hidup layak, tetapi juga cukup rapuh untuk terhantam krisis. 

 

Solusi yang bisa dilakukan antara lain: menekan gaya hidup konsumtif, memperbanyak investasi, menyiapkan dana darurat, serta meningkatkan literasi keuangan. Dengan strategi ini, kelas menengah bisa lebih aman dan bahkan berpeluang naik kelas menuju kebebasan finansial.