Rage Applying Makin Marak, Tanda Gen Z Sudah Nyerah Sama Pasar Kerja yang Lesu?

Ilustrasi mencari kerja
Sumber :
  • Freepik

Zety, sebuah situs pencarian kerja asal AS, baru-baru ini merilis survei kepada 1.000 responden Gen Z yang bekerja di Amerika Serikat. Hasilnya mengejutkan. Sebanyak 43% Gen Z mengaku telah mengubah atau menyesuaikan rencana karier mereka akibat kecemasan terhadap teknologi AI.

5 Kebiasaan Keuangan Kelas Menengah yang Diam-diam Bisa Bikin Miskin

“Saya menyebutnya sebagai AIxiety Pivot, gerakan yang tumbuh dari para profesional muda yang secara proaktif mengubah arah karier karena ketakutan dan ketidakpastian akibat AI,” kata pakar karier Jasmine Escalera.

Ketidakpastian ini, tak jarang berujung pada rage applying. Ketika pekerjaan terasa tak aman, prospek makin suram, dan beban kerja tak sebanding dengan apresiasi, pelampiasannya pun dilakukan dengan mengirim lamaran sebanyak-banyaknya.

7 Pengeluaran Tidak Penting yang Bikin Kelas Menengah Sulit Mapan

Kenapa Rage Applying Jadi Tren?

Di satu sisi, rage applying bisa memberi harapan baru bagi mereka yang sudah terlalu lama merasa stuck. Tapi, data dari TopResume menunjukkan bahwa motivasi di balik rage applying lebih sering bersifat balas dendam emosional ketimbang strategi karier.

Kelas Menengah Mau Naik Status Jadi Orang Kaya? Ini 6 Strategi Finansial yang Harus Dilakukan

“Pekerja yang melakukan rage applying cenderung lebih fokus pada membalas perlakuan buruk ketimbang menemukan lingkungan kerja yang lebih baik.”

Di sisi lain, Forbes menyoroti alasan lain di balik maraknya rage applying. “Merasa diabaikan, tidak dihargai, dilewatkan untuk promosi, dan diberi kompensasi yang tidak adil telah menginspirasi tren karier baru ini.”

Halaman Selanjutnya
img_title