Rage Applying Makin Marak, Tanda Gen Z Sudah Nyerah Sama Pasar Kerja yang Lesu?
- Freepik
Dengan kata lain, rage applying menjadi bentuk perlawanan diam-diam, tapi kadang juga destruktif. Mengapa?
Meskipun terdengar aktif dan produktif, rage applying justru bisa menjadi bumerang. Sebab, ketika Anda melamar ke banyak pekerjaan karena frustrasi, Anda tidak benar-benar mempertimbangkan alasan Anda menginginkan setiap pekerjaan atau bagaimana keterampilan Anda cocok.
Artinya, Anda berpotensi menerima tawaran kerja dari perusahaan yang sama buruknya, atau bahkan lebih toksik dari tempat kerja saat ini. Lebih jauh lagi, data dari Workable menunjukkan bahwa untuk mendapatkan satu pekerjaan, seseorang rata-rata harus mengirim 162 lamaran.
Jika rage applying dilakukan secara terburu-buru, tanpa strategi, besar kemungkinan akan menghasilkan penolakan demi penolakan, yang justru menambah tekanan psikologis.
Alternatif Sehat dari Rage Applying
Alih-alih melakukan pelarian secara impulsif, para pakar karier menyarankan evaluasi diri terlebih dahulu. Tanya pada diri sendiri: apakah masalah utamanya ada di lingkungan kerja, di atasan, atau dalam ekspektasi pribadi Anda?
Jika memang perlu mencari pekerjaan baru, lakukan dengan strategi yang matang: riset perusahaan, sesuaikan CV, dan bangun koneksi.