13 Istilah 'Nyeleneh' Perilaku Konsumen di Era Modern: Dari Rojali, Romusa hingga Roh Hantu

Ilustrasi fenomena Rojali di mall
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle – Dinamika ekonomi yang semakin kompleks memunculkan berbagai istilah unik yang mencerminkan perilaku konsumen masa kini. Istilah seperti Rojali (Rombongan Jarang Beli) dan Rohana (Rombongan Hanya Nanya) menjadi viral di media sosial karena sukses merepresentasikan tren baru di pusat perbelanjaan.

10 Tips Jadi Pembeli Cerdas Suapaya Gak Dicap Kaum Rojali-Rohana

Rojali dan rohana sekadar lelucon, melainkan refleksi dari tekanan ekonomi seperti inflasi, kenaikan harga bahan pokok, dan stagnasi pendapatan yang membuat banyak orang menahan diri dari belanja konsumtif. Meski sekilas tampak lucu, istilah-istilah tersebut memiliki makna yang lebih dalam. 

Istilah populer tersebut menggambarkan bagaimana psikologi konsumen terpengaruh oleh situasi finansial dan sosial. Dalam konteks yang lebih luas, fenomena ini juga dapat menjadi indikator bahwa pemerintah perlu memperkuat strategi pemulihan ekonomi melalui penciptaan lapangan kerja, pengendalian harga, dan peningkatan daya beli masyarakat. 

Bukan Sekedar Pelit! Ternyata Ada Alasan Psikologis di Balik Rojali & Rohana

Selain rohana dan rojali, berikut ini adalah 11 istilah viral yang menggambarkan berbagai tipe perilaku konsumen di era modern. Dari roh halus, romusa, rohingya sampai roh hantu.

1. ROHALUS

ROHALUS atau rombongan hanya elu-elus merupakan kelompok yang memiliki kebiasaan menyentuh atau mencoba barang di toko, seperti pakaian atau gadget, tanpa ada niat membeli. Mereka mengeksplorasi produk secara fisik, namun tetap menahan diri dari pembelian.

2. ROHALI

Setelah Rojali dan Rohana Kini Muncul Romusa, Apa Itu?

Rohali merupakan singkatan dari rombongan hanya lihat-lihat. Istilah ini sebagai varian dari rojali di mana pengunjung atau masyarakat hanya hanya menonton, melihat-lihat etalase, dan menikmati tampilan produk tanpa niat membeli apapun. Aktivitas ini menjadi cara hiburan murah bagi sejumlah orang.

3. ROCEGA

Rocega adalah rombongan cek harga di mana kelompok ini datang ke toko untuk membandingkan harga lalu memutuskan untuk membeli di tempat lain atau secara online jika dirasa lebih murah. Perilaku ini mencerminkan konsumen yang cermat dan selektif.

4. ROMANSA

Selanjutnya, romansa atau rombongan manis senyum aja. Kelompok ini datang ke mal hanya untuk nongkrong, bercengkrama, atau menghabiskan waktu bersama teman. Mereka mungkin memesan satu minuman untuk ramai-ramai, tetapi tak ada transaksi signifikan yang terjadi.

5. ROTASI

Rotasi atau rombongan tanpa transaksi. Sesuai namanya, kelompok ini hanya berputar-putar di mal tanpa membeli apapun. Kehadiran mereka menambah keramaian, tetapi tidak berdampak pada angka penjualan.

6. ROSALI

Rosali adalah rombongan suka selfie. Motivasi utama mereka ke mal adalah untuk berfoto. Spot estetik menjadi daya tarik, bukan barang atau layanan yang dijual. Mereka lebih mementingkan konten media sosial dibanding konsumsi.

7. ROCADOH

Rocadoh singkatan dari rombongan cari jodoh yang mana kalangan ini memiliki tujuan utama berinteraksi sosial. Mal dimanfaatkan sebagai tempat potensial untuk mencari kenalan baru atau bahkan pasangan hidup.

8. ROCUTA

Istilah populer lainnya adalah rombongan cuci mata (rocuta). Kelompok ini hanya ingin menikmati tampilan visual barang-barang yang indah atau mewah tanpa adanya niat membeli. Aktivitas ini menjadi cara rekreasi psikologis bagi sebagian konsumen.

9. ROMUSA

Romusa atau rombongan muka susah merupakan kelompok yang cenderung tidak terlihat di hari-hari biasa, namun langsung hadir saat diskon besar-besaran. Frasa ini juga diartikan sebagai rombingan muncul pas sale saja sehingga dikenal sebagai pemburu promo yang lihai dan sangat efisien dalam membelanjakan uang.

10. ROHINGYA

Kemudian Rohingya, yaitu rombongan healing banyak gaya. Meski memiliki anggaran terbatas, kelompok ini tetap tampil modis saat berlibur atau berkunjung ke tempat hiburan. Liburan dilakukan dengan budget minimal, namun dengan gaya maksimal.

11. ROH HANTU

Frasa terakhir agar terkesan mistis dan horor, yaitu roh hantu atau rombongan hanya futu-futu. Kata ‘futu-futu' merupakan plesetan dari kata 'foto-foto'. Mereka mengunjungi tempat-tempat menarik hanya untuk berfoto. Transaksi yang dilakukan pun minimal, seperti membeli satu minuman untuk 'syarat'.

Istilah-istilah di atas menggambarkan bagaimana masyarakat beradaptasi dengan situasi ekonomi yang menantang, sembari tetap menjaga gaya hidup dan kebutuhan sosial. Perilaku konsumen tidak selalu bisa dilihat dari sisi transaksi semata, tetapi juga dari kebutuhan akan rekreasi, aktualisasi diri, dan interaksi sosial.

Oleh karena itu, memahami pola-pola ini penting bagi pelaku usaha dan pembuat kebijakan dalam merancang strategi pemasaran dan pemulihan ekonomi yang lebih inklusif.