Kisah Jensen Huang Membangun Kekayaan, dari Pelayan Restoran hingga Jadi Manusia Berharta Rp2.400 Triliun

Jensen Huang
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle – Nama Jensen Huang kini melambung sebagai salah satu miliarder teknologi paling berpengaruh di dunia. CEO dan salah satu pendiri NVIDIA ini berhasil membawa perusahaannya menjadi pemimpin pasar chip AI global dan mengantarkannya ke valuasi lebih dari USD 4 triliun pada pertengahan 2025. 

Mengenal Prompt Engineer, Karier Baru Era AI yang Gajinya Bikin Melongo!

 

Tapi bagaimana sebenarnya Huang membangun kekayaannya? Perjalanan ini bukan hasil keberuntungan semata, melainkan kombinasi antara visi tajam, inovasi berani, dan kepemimpinan yang konsisten selama tiga dekade.

10 Jurusan Kuliah yang Bikin Gampang Cari Kerja di 2025, Gaji Fantastis Masa Depan Cerah!

 

Intip perjalannya, seperti dirangkum dari berbagai sumber, Minggu, 20 Juli 2025.

Bikin Surat Lamaran Otomatis Pakai AI? Simak Langkah demi Langkahnya di Sini!

 

Berawal dari Imigran Biasa

 

Jensen Huang lahir di Tainan, Taiwan pada 1963 dan pindah ke Amerika Serikat ketika masih kecil. Masa kecilnya dihabiskan di Kentucky, dan ia sempat bekerja sebagai pelayan restoran ketika masih sekolah. 

 

Huang kemudian menempuh pendidikan teknik elektro di Oregon State University dan melanjutkan gelar master di Stanford University. Setelah bekerja di LSI Logic dan AMD, pada tahun 1993, Huang mendirikan NVIDIA bersama Chris Malachowsky dan Curtis Priem. 

 

Modal awal saat itu hanyalah sekitar USD 40.000 dan markas perusahaan berada di sebuah restoran Denny's di California.

 

Terobosan Lewat GPU dan Dunia Gaming

 

NVIDIA memulai perjalanannya dengan fokus pada pengembangan chip grafis untuk video game. Pada tahun 1999, perusahaan ini merilis GeForce 256, yang disebut sebagai GPU (Graphics Processing Unit) pertama di dunia. Inovasi ini merevolusi industri game dan menjadikan NVIDIA sebagai pemimpin di sektor grafis komputer.

 

Namun Huang tidak berhenti di sana. Ia melihat potensi lebih besar dari GPU—bukan hanya untuk game, tetapi juga untuk komputasi ilmiah, pemodelan, hingga kecerdasan buatan.

 

Keputusan Visioner: Masuk ke Dunia AI

 

Langkah paling strategis Huang dimulai pada pertengahan 2000-an ketika NVIDIA mengembangkan CUDA (Compute Unified Device Architecture), sebuah platform pemrograman yang memungkinkan GPU digunakan untuk komputasi umum, bukan hanya grafis. Inilah fondasi dari kebangkitan NVIDIA di era AI.

 

Seiring dengan meningkatnya permintaan untuk pelatihan model AI seperti ChatGPT, Bard, dan Claude, permintaan terhadap GPU NVIDIA—khususnya seri A100 dan H100—melonjak tajam. Pada 2024-2025, NVIDIA menguasai lebih dari 90 persen pasar chip AI, menjadikan perusahaan ini sebagai fondasi infrastruktur AI global.

 

Kepemilikan Saham dan Kompensasi

 

Kekayaan Huang sebagian besar berasal dari kepemilikannya atas sekitar 3–3,8% saham NVIDIA. Seiring harga saham melonjak dari USD 5 saat IPO pada 1999 menjadi lebih dari USD 1300 per saham pada 2025, nilai sahamnya pun meroket.

 

Pada pertengahan 2025, nilai kekayaan bersih Huang mencapai lebih dari USD 100 miliar. Ia pun masuk jajaran 10 besar orang terkaya di dunia, sejajar dengan Warren Buffett dan Bill Gates, menurut Forbes dan Bloomberg Billionaires Index.

 

Meskipun gaji pokoknya sebagai CEO relatif kecil (sekitar USD 1 juta per tahun), kompensasi total Huang—termasuk bonus, stock options, dan restricted stock units (RSU), mencapai puluhan bahkan ratusan juta dolar setiap tahun. Salah satu laporan menyebutkan ia juga menerima dividen tahunan lebih dari USD 28 juta.

 

Gaya Kepemimpinan dan Strategi Jangka Panjang

 

Huang dikenal sebagai pemimpin yang visioner namun tetap membumi. Ia memimpin NVIDIA dari balik layar, menghindari eksposur pribadi berlebihan, dan lebih banyak berbicara tentang teknologi ketimbang kekayaan. Dalam wawancara dengan Time, Huang menyebut bahwa “AI adalah pendorong revolusi industri berikutnya, dan NVIDIA ada di pusatnya.”

 

Keberhasilan Huang juga ditopang oleh fokus jangka panjang. Ia tidak pernah menjual semua sahamnya atau mengambil keuntungan cepat. Sebaliknya, ia terus berinvestasi pada riset dan pengembangan, dan mendorong perusahaan untuk masuk ke sektor otomotif, data center, hingga robotika.

 

Filantropi dan Gaya Hidup

 

Meski sangat kaya, Huang tetap menjalani hidup yang relatif sederhana. Ia lebih dikenal karena donasi besar-besaran untuk dunia pendidikan ketimbang gaya hidup glamor. Huang menyumbang USD 50 juta untuk Oregon State University dan USD 30 juta untuk Stanford University, mendukung pembangunan fasilitas teknik dan superkomputer.

 

Ia juga mendirikan Jen-Hsun & Lori Huang Foundation yang aktif dalam bidang pendidikan dan kesehatan.

 

Dalam hal properti, Huang memiliki beberapa rumah mewah, termasuk di San Francisco dan Maui, Hawaii. Salah satu propertinya di kawasan Billionaires' Row bernilai lebih dari USD 40 juta.

 

Kekayaan dari Inovasi dan Visi Jelas

 

Kisah Jensen Huang adalah bukti bahwa kekayaan luar biasa bisa dibangun dari visi jangka panjang dan keberanian mengambil risiko di bidang teknologi. Dari seorang imigran Taiwan, ia tumbuh menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh di era AI modern.

 

Dengan NVIDIA yang terus memperluas cakupan teknologi dari gaming hingga AI, metaverse, dan robotika, tampaknya kekayaan Huang belum akan berhenti tumbuh dalam waktu dekat.