Akui Susah Cari Kerja Kantoran, 6 Profesi 'Jadul' Dulu Ditinggalkan Kini Diburu Gen Z
- Freepik
Lifestyle – Lanskap pasar tenaga kerja terus bergejolak, menghadirkan tantangan baru bagi para pencari kerja, terutama Generasi Z. Di tengah ketatnya persaingan cari kerja untuk mendapatkan posisi di kantor-kantor korporat, muncul tren menarik yang mana profesi yang dulunya dianggap 'jadul' atau kurang bergengsi justru menjadi incaran baru bagi kalangan muda.
Fenomena ini tak lepas dari realita sulitnya menembus dunia kerja kantoran yang semakin kompetitif. Selain itu, perubahan preferensi Gen Z terhadap fleksibilitas dan otonomi turut memengaruhi pekejaan lawan kembali dilirik generasi muda.
Bukan hanya sekadar mencari nafkah, melainkan sebagai jalan keluar dari frustrasi mencari pekerjaan di sektor formal dan sebagai bentuk ekspresi diri yang otentik. Berikut 5 pekerjaan kembali diminati di pasar tenaga kerja.
5 Profesi 'Jadul' yang Kembali Bersinar:
1. Tukang Cukur (Barber)
Dengan meningkatnya tren grooming pria dan popularitas barbershop berkonsep, profesi tukang cukur kembali menjadi pilihan menarik. Gen Z yang memiliki passion dalam seni potong rambut dan interaksi sosial menemukan profesi ini sangat memuaskan.
2. Pandai Besi
Meskipun terdengar kuno, seni pandai besi kini banyak diaplikasikan dalam pembuatan dekorasi, furnitur artistik, atau bahkan perhiasan unik. Seniman muda dengan minat pada kerajinan tangan melihatnya sebagai jalur yang menjanjikan.
3. Penjahit atau Desainer Pakaian
Dengan meningkatnya kesadaran akan keberlanjutan dan mode custom, penjahit yang mampu menciptakan pakaian unik atau melakukan repair dan upcycling menjadi sangat dicari. Ini juga memberikan ruang bagi Gen Z untuk mengembangkan merek fesyen sendiri.
4. Petani Urban
Di tengah isu ketahanan pangan dan gaya hidup sehat, profesi petani, terutama dengan pendekatan urban farming atau organik, menarik minat Gen Z yang peduli lingkungan dan ingin menghasilkan produk pangan sendiri.
Alasan Profesi Lama Kembali Dilirik Gen Z
Beberapa faktor mendasari pergeseran minat Gen Z ini:
1. Sulitnya Cari Kerja Kantoran
Berbagai sektor industri mengalami perubahan pasca-pandemi dan krisis ekonomi global, menyebabkan lowongan pekerjaan di posisi 'kerah putih' menjadi lebih sedikit dan persaingan semakin ketat. Lulusan baru seringkali kesulitan bersaing dengan kandidat yang lebih berpengalaman.
2. Kesenjangan Keterampilan
Terkadang, kurikulum pendidikan formal tidak sepenuhnya selaras dengan kebutuhan industri yang berkembang pesat. Ini menciptakan kesenjangan keterampilan yang membuat banyak lulusan sulit menemukan pekerjaan yang cocok.
3.Kebutuhan Akan Otonomi dan Fleksibilitas
Gen Z dikenal sebagai generasi yang menghargai fleksibilitas, keseimbangan hidup, dan kemampuan untuk menjadi bos bagi diri sendiri. Profesi 'jadul' seringkali menawarkan otonomi yang tinggi dalam mengatur jam kerja dan cara bekerja, sebuah daya tarik yang tidak selalu ditemukan di lingkungan kantor tradisional.
4. Ekspresi Diri dan Karya Tangan
Profesi-profesi yang berorientasi pada keterampilan tangan atau kerajinan, misalnya, pandai besi, penjahit, yang memungkinkan individu untuk mengekspresikan kreativitas dan melihat hasil nyata dari pekerjaan mereka. Ini memberikan kepuasan yang mungkin sulit didapatkan dari pekerjaan kantoran yang lebih abstrak.
5. Potensi Penghasilan yang Kompetitif
Meskipun sering dianggap remeh, beberapa profesi 'jadul' ini, jika ditekuni dengan serius dan dipadukan dengan strategi pemasaran modern (misalnya melalui media sosial), bisa menawarkan penghasilan yang sangat kompetitif, bahkan melebihi gaji di beberapa posisi kantoran. Hal ini membuktikan bahwa nilai ekonomi tidak selalu harus berasal dari sektor industri modern.
6. Keberlanjutan dan Anti-Otomatisasi
Banyak dari profesi ini cenderung lebih tahan terhadap otomatisasi dan perkembangan teknologi dibandingkan pekerjaan kantoran yang rentan digantikan oleh AI atau robot. Ini memberikan rasa aman jangka panjang bagi para pelakunya.
Pergeseran ini bukan hanya mencerminkan tantangan ekonomi, tetapi juga evolusi nilai-nilai Gen Z. Mereka tampaknya lebih berani keluar dari jalur konvensional, mengejar apa yang mereka yakini sebagai pekerjaan yang berarti dan hidup yang seimbang (work life balance).
Kondisi ini adalah sinyal bahwa pasar kerja sedang mengalami diversifikasi besar. Artinya membuka peluang di sektor-sektor yang mungkin tidak pernah terpikirkan sebelumnya.