Ternyata Ini Alasan Odeng dan Eomuk Cocok untuk Lidah Orang Indonesia

Ilustrasi odeng
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle –Dalam beberapa tahun terakhir, makanan Korea semakin dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mulai dari makanan berat seperti bibimbap dan ramyeon, sampai jajanan khas seperti tteokbokki dan corn dog, semua mendapat tempat tersendiri di hati pecinta kuliner Nusantara.

Tapi di antara sekian banyak hidangan Korea yang menjamur, ada satu jenis makanan yang diam-diam mulai digemari banyak orang karena rasanya yang ringan, gurih, dan mengenyangkan. Makanan itu adalah odeng, atau yang juga dikenal sebagai eomuk, yaitu sate ikan khas Korea.

Mungkin bagi sebagian orang, istilah odeng atau eomuk terdengar asing. Namun jika Anda pernah menonton drama Korea, Anda pasti sering melihat para tokohnya menikmati tusuk-tusuk berisi olahan ikan panas yang disajikan dengan kuah hangat di musim dingin. Nah, itulah odeng! Makanan ini ternyata perlahan tapi pasti mulai populer di Indonesia, dan menariknya, rasanya sangat cocok dengan lidah orang Indonesia. Tapi, kenapa bisa begitu?

Berikut ini penjelasan mengapa odeng atau eomuk menjadi camilan Korea yang disukai banyak orang di Indonesia, bahkan sering dianggap seperti jajanan lokal sendiri.

1. Rasa Gurih dan Kuah Kaldu yang Familiar

Salah satu alasan utama odeng mudah diterima lidah Indonesia adalah karena rasa gurih dan kaldunya yang hangat, mirip dengan makanan-makanan lokal seperti bakso, tekwan, atau soto. Kuah kaldu odeng biasanya dibuat dari rebusan rumput laut (dashima), ikan teri, dan sayuran, menghasilkan rasa yang ringan namun nikmat. Sensasi menyantap tusukan odeng sambil menyeruput kuahnya sangat cocok dengan kebiasaan makan orang Indonesia yang suka makanan berkuah.

2. Tekstur Kenyal Seperti Pempek atau Siomay

Odeng atau eomuk terbuat dari daging ikan yang dihaluskan, dicampur tepung, lalu dikukus atau direbus hingga menjadi lembaran kenyal yang kemudian ditusuk. Teksturnya ini sangat mirip dengan pempek, siomay, atau otak-otak, yang memang sudah sangat akrab di lidah masyarakat Indonesia, terutama di daerah pesisir seperti Palembang, Makassar, dan Jakarta.

Jadi, ketika orang Indonesia mencicipi odeng, mereka tidak merasa aneh atau asing karena teksturnya mirip dengan makanan lokal yang sudah lama dikenal.

3. Cocok Disantap dalam Cuaca Sejuk atau Hujan

Orang Indonesia sangat suka makanan yang hangat, apalagi di saat hujan atau cuaca dingin. Odeng, yang biasanya disajikan dalam bentuk tusuk dengan kuah panas, sangat cocok dinikmati saat malam hari atau musim hujan. Ini membuatnya relevan dengan kebiasaan orang Indonesia yang sering mencari camilan hangat seperti bakso kuah atau bubur kacang hijau saat udara dingin.

4. Mudah Dikreasikan dengan Rasa Lokal

Banyak penjual makanan Korea di Indonesia yang sudah mulai mengadaptasi rasa odeng dengan bumbu lokal. Misalnya, ada odeng yang disajikan dengan tambahan sambal, saus kacang, atau bahkan kuah pedas ala suki Thailand. Hal ini membuat odeng semakin fleksibel dan bisa disesuaikan dengan selera lokal, tanpa kehilangan identitas Koreanya.

5. Harga Terjangkau dan Praktis

Odeng juga menjadi favorit karena harganya relatif terjangkau dan mudah disantap, terutama dalam bentuk street food. Banyak gerai kaki lima atau booth di food court yang menjual odeng per tusuk, membuatnya jadi camilan yang ringan di kantong. Bahkan sekarang sudah tersedia versi frozen odeng yang bisa dimasak sendiri di rumah—praktis dan tetap enak.