Pemasaran Makanan Tidak Sehat Berdampak Serius Pada Masalah Kesehatan Anak di Indonesia
- Freepik
Dalam studi tersebut juga diketahui bahwa merek-merek makanan terkemuka di Indonesia sering kali menggunakan teknik persuasif yang diketahui dapat memengaruhi pilihan makanan anak-anak melalui iklan media sosial. Lantaran hal ini menyebabkan anak-anak kesulitan untuk mengenali maksud dari iklan tersebut sehingga membuat mereka rentan terhadap pengaruh pemasaran.
Belum lagi teknik, promosi buy one get one hingga pengikutsertaan selebriti, influencer, atlet hingga iming-iming hadiah atau reward dalam konten iklan digital mereka. Hal ini terbukti dapat membentuk preferensi makanan dan bahkan loyalitas terhadap merek, dengan dampak jangka panjang terhadap pola makan dan kesehatan anak.
“Produk yang diiklankan kepada anak-anak sebagian besar tidak sehat tinggi kalori, lemak, gula dan garam yang jika dikonsumsi secara berlebihan dapat menyebabkan kelebihan berat badan atau obesitas dan meningkatkan risiko penyakit tidak menular,” kata dia.
Rekomendasi
Melihat kondisi ini, UNICEF Indonesia bersama dengan Novo Nordisk memberikan sejumlah rekomendasi. Hal ini bertujuan untuk melindungi anak-anak tehadap potensi masalah kesehatan tidak menular seperti obesitas, diabetes hingga hipertensi di kemudian hari.
Rekomendasi pertama adalah dengan memperkuat peraturan untuk pemasaran digital makanan tidak sehat. Sebab peraturan yang ada saat ini tidak cukup mengatur paparan (frekuensi dan jangkauan) atau kekuatan (strategi yang dirancang untuk memengaruhi perilaku) dari pemasaran produk makanan ini.
Rekomendasi kedua adalah mengembangkan model profil gizi nasional untuk memberikan dasar ilmiah dalam mengklasifikasikan produk yang tidak sesuai untuk dipasarkan kepada anak-anak. Rekomendasi ketiga adalah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya pemasaran makanan yang tidak sehat dengan fokus pada anak-anak dan orang tua atau pengasuh mereka.