Masyarakat Melek Asma: Peran Edukasi dalam Mencegah Kekambuhan

Ilustrasi Bernafas dengan Lega
Sumber :
  • Freepik

LifestyleAsma adalah penyakit pernapasan kronis yang sering kali dianggap sepele, padahal bisa berdampak besar terhadap kualitas hidup seseorang jika tidak ditangani dengan baik. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), pada tahun 2019, asma dialami oleh sekitar 262 juta orang di seluruh dunia dan menjadi penyebab sekitar 455.000 kematian. Di Indonesia, prevalensi asma yang didiagnosis oleh dokter tercatat sebesar 1,6%, dengan hampir 58,3% pasien mengalami kekambuhan dalam kurun waktu 12 bulan terakhir.

Fakta ini menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang belum memahami cara mengelola asma secara tepat. Padahal, edukasi publik memegang peranan krusial dalam mencegah kekambuhan, meningkatkan kesadaran akan gejala awal, serta mendorong kepatuhan pasien terhadap pengobatan jangka panjang.

Edukasi: Pilar Penting dalam Pengelolaan Asma

Mengelola asma bukan sekadar mengandalkan inhaler saat serangan muncul. Terapi asma yang efektif menuntut pemahaman menyeluruh tentang pemicu, teknik penggunaan inhaler yang benar, hingga terapi jangka panjang untuk mengendalikan peradangan yang menjadi akar dari penyakit ini.

Pedoman Global Initiative for Asthma (GINA) 2025 menegaskan bahwa penggunaan terapi SABA (short-acting beta agonist) tunggal tidak lagi direkomendasikan karena hanya meredakan gejala sementara tanpa mengatasi penyebab utamanya. Sebagai gantinya, pendekatan baru merekomendasikan kombinasi Inhaled Corticosteroid (ICS) – formoterol, yang memiliki kemampuan ganda: meredakan gejala sekaligus mengurangi peradangan.

Pentingnya pemahaman ini tidak hanya berlaku bagi tenaga medis, tetapi juga bagi masyarakat umum dan pasien. Edukasi yang baik akan membantu pasien mengambil peran aktif dalam mengelola kondisi mereka, serta mencegah risiko eksaserbasi dan bahkan kematian.

Kolaborasi untuk Penyuluhan dan Akses Informasi