Mengapa Orang Jahat dan Sombong Akhirnya Menuai Akibatnya? Benarkah Karma Nyata?

Karma
Sumber :
  • Pixaby

“Kebaikan memiliki efek ‘contagious’ atau menular. Saat seseorang melakukan kebaikan, itu menstimulasi otak untuk melepaskan dopamin, yang memberi perasaan bahagia dan membuat orang lain ingin berbuat baik juga," kata ahli psikologi sosial, Prof. Dacher Keltner.

 

Sikap rendah hati, kerja tim, dan empati ternyata menciptakan lingkaran energi positif yang memperkuat hubungan sosial dan meningkatkan kualitas hidup.

 

Apakah karma itu nyata? Jawabannya tergantung dari kacamata mana kita melihatnya. Jika dilihat dari kacamata agama, karma adalah hukum spiritual yang tak bisa dihindari. Tuhan atau alam semesta akan membalas semua perbuatan. Sementara jika dilihat dari sisi psikologi, karma adalah konsekuensi alami dari perilaku manusia yang tercermin dalam relasi sosial, kondisi psikologis, dan keputusan-keputusan yang akhirnya berbalik merugikan pelakunya.

 

Orang yang jahat, sombong, dan manipulatif mungkin terlihat menang dalam jangka pendek. Tapi dalam jangka panjang, mereka kerap kehilangan hal-hal terpenting dalam hidup seperti kepercayaan, cinta, dan ketenangan batin.

 

Sebelum tergoda untuk berlaku curang, sombong, atau menyakiti orang lain demi kepentingan pribadi, tanyakan pada diri sendiri “Apa yang aku tanam hari ini, apakah akan membawa buah manis atau pahit di masa depan?”

 

Karma, pada akhirnya, bukan hanya tentang orang lain. Ia adalah cermin yang akan kembali pada siapa pun yang berdiri di hadapannya.