Begadang Bisa Sebabkan Stroke hingga Penyakit Jantung? Ini Fakta Medis yang Perlu Kamu Tahu

Ilustrasi begadang nonton film
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle –Di era digital seperti sekarang, begadang sudah jadi gaya hidup. Entah karena kejar deadline kerja, binge-watching serial drama Korea, atau sekadar scroll media sosial hingga larut malam, banyak orang yang meremehkan efek kurang tidur. Padahal, menurut pakar medis dunia, kebiasaan begadang bisa berdampak jauh lebih serius dari sekadar mata panda. Salah satu risikonya? Stroke dan penyakit jantung.

Ya, kamu tidak salah baca. Tidur yang kurang dari enam jam secara rutin bisa memicu masalah serius di tubuh, terutama pada sistem saraf dan kardiovaskular. Dalam artikel ini, kita akan mengupas tuntas bagaimana begadang bisa menjadi pintu masuk penyakit mematikan, langsung dari pandangan para ahli dunia.

Mari kita bahas satu persatu terkait kaitan antra begadang dengan penyakit stroke dan jantung. Saat kamu memutuskan untuk tetap terjaga hingga tengah malam, tubuh sebenarnya sedang bekerja keras untuk mempertahankan fungsinya. Ritme sirkadian, jam biologis alami tubuh terganggu. Produksi hormon melatonin yang seharusnya meningkat di malam hari menurun, dan sebagai gantinya, hormon stres seperti kortisol meningkat.

Menurut pakar neuroscience dan penulis buku Why We Sleep dari University of California, Berkeley, Dr. Matthew Walker, tidur bukanlah waktu istirahat pasif, melainkan proses aktif di mana tubuh memperbaiki dirinya. Begadang adalah interupsi besar terhadap sistem tubuh.

Ketika kamu begadang, tekanan darah cenderung naik, jantung bekerja lebih keras, dan kadar gula darah jadi tidak stabil. Kalau dilakukan terus-menerus, ini bisa menimbulkan dampak jangka panjang yang serius.

Begadang, Risiko Stroke dan Jantung

Salah satu konsekuensi paling mengkhawatirkan dari begadang adalah meningkatnya risiko stroke. Stroke terjadi saat suplai darah ke otak terganggu, baik karena penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Tahukah kamu? Kurang tidur memperbesar kemungkinan keduanya.

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan oleh American Heart Association, orang dewasa yang tidur kurang dari 6 jam per malam memiliki risiko stroke 4 kali lebih tinggi dibandingkan yang tidur cukup.

Ahli neurologi dari University of Texas, Prof. Sudha Seshadri menjelaskan bahwa tidur yang buruk menyebabkan fluktuasi tekanan darah dan kadar oksigen yang tidak stabil. Kondisi ini memicu peradangan di pembuluh darah otak dan mempercepat kerusakannya.

Selain itu, tidur yang terganggu atau terlalu singkat juga menyebabkan sistem otak sulit untuk mengatur keseimbangan neurotransmitter. Akibatnya, kontrol terhadap tekanan darah jadi tidak optimal. Inilah mengapa orang yang begadang cenderung lebih rentan mengalami hipertensi, faktor risiko utama stroke.

Tak hanya otak, jantung pun menjadi korban dari kebiasaan begadang. Saat tidur, jantung seharusnya beristirahat. Tapi ketika tidur terganggu atau terlalu singkat, denyut jantung tidak bisa turun ke level normal, dan tekanan darah tetap tinggi sepanjang malam.

Direktur medis dari Medical Chronobiology Program di Harvard Medical School, Dr. Frank Scheer mengungkap, tidur malam yang tidak cukup mengacaukan ritme sirkadian tubuh dan menyebabkan lonjakan tekanan darah serta peradangan pembuluh darah. Ini memicu kerusakan dini pada sistem jantung.

Kondisi ini membuat jantung bekerja lebih keras dari seharusnya. Dalam jangka panjang, pembuluh darah bisa mengalami pengerasan atau penyumbatan, memicu penyakit jantung koroner, gagal jantung, hingga serangan jantung mendadak.

Peran Hormon Stres dan Inflamasi Kronis

Setiap kali kamu begadang, hormon stres kortisol melonjak. Ini adalah respons tubuh terhadap stres yang dianggap sebagai bahaya. Dalam jangka panjang, kortisol yang tinggi memperparah peradangan dalam tubuh. Peradangan ini terjadi pada dinding pembuluh darah, termasuk arteri koroner dan arteri otak. Jika dibiarkan terus, plak lemak bisa menumpuk dan akhirnya menyumbat aliran darah.

Profesor kedokteran tidur dari Yale University, Dr. Meir Kryger  mengatakan, tidur yang cukup penting untuk menjaga keseimbangan sistem imun dan inflamasi tubuh. Kurang tidur mempercepat proses kerusakan jaringan dan pembuluh darah.

Beberapa orang diketahui cukup rentan dengan kondisi ini. Orang-orang itu antara lain:

  • Pekerja shift malam: karena jadwal tidurnya sering berubah-ubah.
  • Pelajar dan mahasiswa: yang sering begadang untuk belajar atau bermain.
  • Ibu rumah tangga dengan bayi kecil: yang tidurnya terpotong-potong.
  • Orang dengan gangguan tidur kronis: seperti insomnia atau sleep apnea.

Bahkan, menurut penelitian Nurses’ Health Study dari Harvard, wanita yang tidur kurang dari 6 jam setiap malam selama bertahun-tahun memiliki risiko penyakit jantung hingga 62 persen lebih tinggi dibandingkan yang tidur 7–8 jam.

Apa yang Bisa Dilakukan untuk Mencegahnya?

  1. Terapkan sleep hygiene: tidur dan bangun di waktu yang sama setiap hari.
  2. Kurangi cahaya biru dari gadget 1–2 jam sebelum tidur.
  3. Hindari kafein dan makanan berat di malam hari.
  4. Ciptakan suasana kamar yang nyaman: sejuk, gelap, dan tenang.
  5. Lakukan relaksasi sebelum tidur: seperti meditasi, journaling, atau membaca buku.
  6. Lakukan olahraga teratur di siang atau sore hari.

Menurut psikolog klinis sekaligus pakar tidur bersertifikat internasional, Dr. Michael Breus tidur cukup 7–8 jam setiap malam adalah salah satu bentuk investasi kesehatan jangka panjang yang paling murah dan efektif.