Saat Tidur Benarkah Roh Keluar dari Tubuh? Ini Kata Agama dan Ilmu Pengetahuan
- Pixabay/ AiArtista
Dari sisi agama, tidur adalah waktu ketika roh 'ditahan' sejenak. Islam meyakini bahwa ada ruh yang tidak dikembalikan, yaitu mereka yang meninggal dalam tidur. Agama-agama Timur melihat tidur sebagai kesempatan untuk menyatu sementara dengan kesadaran lebih tinggi. Artinya, tidur bukan hanya istirahat, tapi juga perjalanan spiritual.
Dari sisi sains, otak manusia punya cara unik menyusun realitas saat tidur. Ilusi seperti melayang, bertemu orang mati, atau keluar tubuh adalah manifestasi dari aktivitas listrik otak. Namun, ilmuwan belum sepenuhnya bisa membantah bahwa mungkin saja ada aspek non-material dalam kesadaran manusia.
Pandangan dari dua sisi ini sebenarnya bisa saling melengkapi. Seperti yang dikatakan oleh Carl Jung, mimpi adalah jendela jiwa, dan setiap manusia punya dimensi spiritual yang tak bisa dijelaskan hanya dengan logika.
Neurosaintis, dari University of Pennsylvania, Dr. Andrew Newberg menyebut bahwa pengalaman spiritual, termasuk saat tidur, benar-benar memicu respons di otak. Tapi ini tak berarti itu tidak ‘nyata’, otak hanya memfasilitasi pengalaman itu. Sementara itu, Chief Scientist di Institute of Noetic Sciences Dr. Dean Radin menyebut kesadaran mungkin bukan hasil otak, tapi justru dasar dari realitas. Fenomena saat tidur bisa jadi adalah jendela menuju kesadaran lebih besar.
Di sisi lain, Dr. Rupert Sheldraker menyebut bahwa ada kemungkinan bahwa pikiran dan roh bukan produk otak, tapi menggunakan otak sebagai alat. Tidur memberi ruang bagi roh menjelajah dimensi lain.
Tidur adalah kondisi yang unik: tubuh diam, tapi pikiran bisa sangat aktif. Baik kamu percaya bahwa roh benar-benar keluar saat tidur, atau menganggapnya sekadar pengalaman neurologis, satu hal jelas, tidur lebih dari sekadar mati sebentar.