Bau Badan Nggak Hilang Meski Sudah Pakai Deodoran? Ini Penyebab Tersembunyinya!

Ilustrasi bau badan
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle –Sudah mandi bersih, pakai deodoran, bahkan semprot parfum, tapi tubuh masih mengeluarkan bau yang kurang sedap? Tenang, kamu nggak sendiri. Banyak orang mengalami hal serupa dan sering kali bingung mencari penyebabnya. Tapi sebenarnya, deodoran bukan senjata pamungkas untuk mengatasi bau badan yang membandel.

Menurut dermatolog ternama dari Mount Sinai, New York, Dr. Angela Lamb kuncinya ada pada pemahaman yang tepat soal bagaimana bau badan terbentuk dan apa yang sebenarnya menyebabkannya.

"Keringat bukan musuh utama bau badan tapi bakteri lah biang keladinya," jelas Dr. Lamb.

Jadi, yuk kita kupas tuntas kenapa bau badan tetap muncul meski sudah pakai deodoran setiap hari!

Pertama mari pahami bahwa keringat itu tidak bau. Ya, benar, ternyata keringat yang keluar dari tubuh kita sebenarnya hampir 99% terdiri dari air dan tidak berbau sama sekali.

Lalu, kenapa bisa timbul aroma yang kurang sedap? Jawabannya ada pada interaksi antara keringat dan bakteri yang hidup di kulit kita khususnya di area yang lembap dan tertutup seperti ketiak, selangkangan, dan lipatan tubuh lainnya. Tubuh manusia punya dua jenis kelenjar keringat:

  • Kelenjar ekrin: ada di seluruh tubuh dan menghasilkan keringat encer untuk mengatur suhu.

  • Kelenjar apokrin: aktif di area seperti ketiak dan pangkal paha, menghasilkan keringat yang lebih "berprotein".

Nah, keringat dari kelenjar apokrin inilah yang jadi "makanan favorit" bakteri kulit. Ketika bakteri mencerna protein dalam keringat tersebut, muncullah bau tidak sedap yang kita kenal sebagai bau badan.

Penyebab Tersembunyi Kenapa Bau Badan Tetap Nempel

Kalau sudah paham bahwa sumber bau bukan keringat, tapi bakteri, sekarang kita gali lebih dalam kenapa, sih, kadang bau badan tetap muncul walau sudah pakai deodoran?

1. Bakteri yang Tahan Banting

Deodoran antibakteri memang bisa mengurangi jumlah bakteri, tapi penggunaan terus-menerus kadang malah menyebabkan ketidakseimbangan mikrobioma kulit.
Dr. Lamb menjelaskan bahwa beberapa jenis bakteri bisa menjadi dominan dan lebih bau dari yang lain, terutama jika koloni sehat di kulit ikut terbasmi.

Ini seperti lingkungan kulit yang rusak, dan hasilnya adalah bau badan tetap muncul bahkan lebih menyengat dari sebelumnya.

2. Salah Pilih Produk

Banyak orang bingung membedakan antara deodoran dan antiperspiran:

  • Deodoran: hanya mengurangi bau, tidak menghentikan keringat.

  • Antiperspiran: mengandung alumunium yang menyumbat pori untuk mengurangi produksi keringat.

Kalau kamu gampang berkeringat tapi cuma pakai deodoran biasa, hasilnya bisa jadi kurang efektif. Selain itu, deodoran dengan kandungan alkohol tinggi bisa membuat kulit iritasi, yang justru memicu peradangan dan meningkatkan bau.

3. Makanan yang Kamu Konsumsi

Apa yang kamu makan bisa memengaruhi aroma tubuh. Makanan tinggi sulfur seperti bawang putih, bawang merah, kol, dan brokoli bisa membuat bau badan lebih tajam. Begitu juga dengan daging merah dan junk food berlemak membuat tubuh akan menguraikan zat-zat ini dan membuangnya melalui pori-pori, termasuk lewat keringat.

4. Pakaian yang Tidak Menyerap Keringat

Baju dari bahan sintetis seperti poliester memang cepat kering, tapi tidak menyerap keringat dengan baik. Alhasil keringat jadi "terjebak" dan menciptakan lingkungan lembap yang disukai bakteri.

5. Stres dan Keringat Emosional

Saat kamu stres, tubuh mengaktifkan sistem saraf simpatik dan menghasilkan keringat dari kelenjar apokrin, jenis keringat yang paling bau! Dr. Lamb menambahkan bahwa keringat karena stres mengandung lebih banyak protein, jadi bakteri makin senang.

6. Penyakit Tertentu

Bau badan juga bisa jadi sinyal tubuh sedang tidak sehat. Beberapa kondisi medis yang menyebabkan perubahan aroma tubuh antara lain:

  • Diabetes: bisa membuat bau badan seperti aseton.

  • Penyakit hati: menimbulkan aroma amis yang khas.

  • Trimethylaminuria (TMAU): kelainan genetik langka yang membuat tubuh mengeluarkan bau amis seperti ikan busuk.

Kalau bau badan berubah drastis dan menetap, sebaiknya konsultasikan ke dokter.

Tips Ampuh Biar Nggak Bau Badan Lagi

Dr. Angela Lamb menekankan bahwa mengandalkan deodoran saja tidak cukup.
Dia menyebut, untuk benar-benar mengatasi bau badan, kita harus melihat perawatan tubuh secara keseluruhan, dari kebersihan kulit hingga pola makan.  Berikut tips dari Dr. Lamb yang bisa kamu coba mulai hari ini juga:

1. Rawat Ketiak Seperti Merawat Wajah

  • Gunakan sabun lembut dan bersihkan ketiak secara menyeluruh setiap mandi.

  • Lakukan eksfoliasi ringan 1–2 kali seminggu untuk mengangkat sel kulit mati dan sisa deodoran.

  • Setelah bercukur, beri pelembap ringan untuk mencegah iritasi.

2. Ganti Pakaian Basah Segera

Keringat yang menempel terlalu lama di baju bisa jadi sarang bakteri.
Gantilah pakaian setelah olahraga atau aktivitas berat, terutama jika bajumu terasa lembap.

3. Pilih Deodoran yang Tepat, dan Gunakan dengan Benar

  • Oleskan deodoran atau antiperspiran saat kulit kering dan bersih, idealnya malam hari sebelum tidur agar kandungan aktif bekerja maksimal.

  • Hindari menyemprotkan deodoran langsung setelah bercukur.

4. Pertimbangkan Solusi Medis

Kalau bau badan sudah sangat mengganggu, bisa coba:

  • Sabun khusus antibakteri seperti yang mengandung chlorhexidine.

  • Botox ketiak (untuk kondisi hiperhidrosis atau keringat berlebih).

  • Konsultasi ke dokter untuk cek kemungkinan kondisi medis.

Kapan Harus Periksa ke Dokter?

Segera konsultasi bila kamu mengalami:

  • Bau badan berubah drastis dan tidak hilang lebih dari 2 minggu

  • Bau sangat menyengat seperti amis, busuk, atau kimia

  • Disertai gejala lain seperti badan lemas, kulit menguning, atau bau napas aneh

"Kulit Anda adalah cermin dari apa yang terjadi di dalam tubuh. Kalau ada aroma yang berubah, itu sinyal untuk mendengarkan tubuh lebih baik," Dr. Lamb menekankan.

Bau badan bukan hal yang harus kamu sembunyikan atau malu-maluin. Justru dengan mengenali penyebabnya, kamu bisa lebih mudah menemukan solusi yang tepat. Deodoran bisa membantu, tapi bukan satu-satunya jawaban.

Mulailah dari pola makan, kebersihan tubuh, hingga memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan kulitmu. Kalau perlu, jangan ragu berkonsultasi ke dokter.