Bekas Pemakaman Era Kolonial Belanda di Jakarta, Jadi Tempat Wisata Mistis di Tengah Kota!
- pexels
Lifestyle –Di tengah hiruk-pikuk Jakarta, terselip destinasi yang memadukan sejarah kolonial dengan aura wisata horor yang memikat: Museum Taman Prasasti. Dulunya dikenal sebagai pemakaman Kebon Jahe Kober, situs ini telah menjelma menjadi museum ruang terbuka yang menawarkan pengalaman wisata mistis di jantungan ibu kota.
Cerita mitos tentang penampakan dan suara misterius menjadikan tempat ini magnet bagi pencinta kisah supranatural, sementara koleksi nisan kuno dan nilai sejarahnya menarik minat wisatawan edukasi.
Artikel ini mengupas sejarah, daya tarik, dan panduan praktis untuk menjelajahi Museum Taman Prasasti, destinasi wisata horor yang unik di Jakarta.
Sejarah Museum Taman Prasasti
Museum Taman Prasasti, yang terletak di Tanah Abang, Jakarta Pusat, awalnya adalah pemakaman Kebon Jahe Kober yang dibangun pada 1795 oleh pemerintah kolonial Belanda. Pemakaman ini digunakan untuk mengubur pejabat tinggi, bangsawan, dan tokoh penting Belanda, termasuk Olivia Mariamne Raffles, istri Sir Thomas Stamford Raffles. Pada 1977, situs ini dialihfungsikan menjadi museum ruang terbuka di bawah pengelolaan Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, menyimpan lebih dari 1.500 nisan dan artefak pemakaman dari abad ke-18 hingga ke-19.
Koleksi nisan dengan ukiran khas Eropa dan epitaf berbahasa Belanda menjadi bukti sejarah kolonial yang kaya, menjadikan tempat ini wajib dikunjungi bagi penggemar sejarah dan wisata mistis.
Mitos dan Cerita Mistis
Reputasi Museum Taman Prasasti sebagai destinasi wisata horor berakar dari sejarahnya sebagai pemakaman tua. Mitos tentang penampakan sosok berpakaian kolonial, suara langkah kaki di malam hari, atau bayangan misterius di antara nisan telah menyebar luas di kalangan masyarakat Jakarta.
Cerita-cerita ini diperkuat oleh laporan pengunjung yang merasakan aura seram, terutama saat malam hari atau selama acara uji nyali yang kerap diadakan komunitas pencinta wisata mistis. Media sosial dan cerita lisan turut mempopulerkan mitos ini, menjadikan museum ini tujuan favorit bagi mereka yang ingin merasakan sensasi horor di tengah kota. Meski begitu, suasana taman yang asri kontras dengan kesan angker, menciptakan pengalaman unik yang memikat.
Daya Tarik Wisata Mistis
Museum Taman Prasasti menawarkan berbagai daya tarik bagi penggemar wisata horor dan sejarah. Koleksi nisannya yang beragam, termasuk nisan bergaya barok dan neoklasik, memberikan wawasan tentang seni pemakaman kolonial.
Selain itu, terdapat miniatur makam khas 27 provinsi Indonesia, menambah nilai edukasi budaya. Taman yang dipenuhi pohon besar dan bunga-bunga menciptakan suasana tenang namun misterius, ideal untuk fotografi sejarah atau pengalaman wisata mistis.
Pengunjung dapat mengikuti tur edukasi yang dipandu petugas museum untuk memahami sejarah tokoh-tokoh yang dimakamkan, seperti Soe Hok Gie, aktivis mahasiswa terkenal. Lokasinya yang strategis, hanya 10 menit dari Monumen Nasional (Monas) dan dekat dengan Kota Tua, menjadikan museum ini mudah diintegrasikan dalam rencana perjalanan wisata di Jakarta.
Tips Berkunjung ke Museum Taman Prasasti
Untuk pengalaman optimal, kunjungi Museum Taman Prasasti pada pagi atau siang hari (jam operasional 09.00-15.00 WIB) untuk suasana yang nyaman dan pencahayaan ideal bagi fotografi. Bagi pencinta wisata horor, beberapa komunitas lokal kadang mengadakan tur malam, meski perlu izin khusus dari pengelola.
Akses ke museum sangat mudah melalui Transjakarta (koridor 1 atau 2, halte Sarinah), KRL (Stasiun Tanah Abang, 10 menit berjalan kaki), atau ojek online ke Jalan Tanah Abang I, Jakarta Pusat.
Pastikan mengenakan pakaian sopan sesuai aturan museum, membawa kamera untuk mengabadikan nisan kuno, dan menghormati larangan merusak artefak. Untuk keamanan, waspadai barang bawaan di area ramai dan ikuti panduan petugas, terutama jika menjelajahi sudut-sudut taman yang lebih sepi untuk merasakan aura wisata mistis. Mendengarkan cerita dari petugas atau warga lokal juga dapat memperkaya pengalaman dengan kisah-kisah mitos yang masih hidup.