Ciri-ciri Hotel yang Biasanya Digrebek Polisi dan Warga, Jangan Salah Menginap!

Ilustrasi kamar hotel
Sumber :
  • Pixabay

Lifestyle – Memilih penginapan yang aman dan nyaman adalah prioritas utama bagi pelancong, baik untuk liburan maupun perjalanan bisnis. Namun, di Indonesia, tidak jarang hotel atau penginapan menjadi sasaran razia oleh pihak kepolisian atau protes dari warga sekitar karena dugaan aktivitas ilegal, seperti prostitusi, perjudian, atau pelanggaran peraturan lainnya. 

Ombak dengan Suara Aneh di Pelabuhan Ratu, Benarkah Sinyal dari Kerajaan Nyi Roro Kidul?

Fenomena ini sering kali membuat wisatawan khawatir, terutama mereka yang menginginkan privasi dan ketenangan selama menginap. Artikel ini akan membahas secara mendalam ciri-ciri hotel yang biasanya menjadi target penggerebekan oleh polisi dan warga, serta memberikan panduan untuk menghindari penginapan bermasalah agar perjalanan Anda tetap menyenangkan dan bebas dari gangguan.

Mengapa Hotel Dirazia Polisi atau Warga?

Razia hotel dilakukan oleh pihak berwenang, seperti kepolisian atau Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. 

Menaklukkan Ombak: 5 Spot Surfing Ekstrem di Indonesia

Berdasarkan informasi dari Hukumonline, tindakan ini diperbolehkan sesuai undang-undang, termasuk Pasal 5 dan 6 serta Pasal 24 ayat (1) KUHP, yang memberikan wewenang kepada polisi untuk melakukan penggeledahan, penangkapan, atau penyitaan di tempat yang dicurigai melakukan tindak pidana. 

Selain itu, razia juga dapat dipicu oleh laporan warga yang resah dengan aktivitas mencurigakan di sekitar penginapan, seperti dugaan prostitusi atau perdagangan narkoba. Contohnya, pada Mei 2023, dua penginapan di Malang, Jawa Timur, disegel Satpol PP karena laporan warga terkait aktivitas prostitusi.

Ciri-Ciri Hotel yang Rentan Digrebek

1. Lokasi di Area yang Dikenal Rawan

Wisata Hidden Gem Asia Tenggara yang Wajib Masuk Bucket List 2025

Hotel yang berada di lokasi dengan reputasi kurang baik, seperti dekat dengan area hiburan malam atau lingkungan yang dikenal sebagai tempat aktivitas ilegal, sering kali menjadi target razia. 

Penginapan di lokasi ini biasanya menarik perhatian pihak berwenang karena laporan warga atau aktivitas mencurigakan yang kerap terjadi. Misalnya, hotel-hotel kelas melati di daerah perkotaan tertentu sering kali menjadi sorotan dibandingkan hotel berbintang.

2. Kurangnya Transparansi Identitas Tamu

Hotel yang tidak mematuhi prosedur pendaftaran tamu, seperti tidak memeriksa identitas atau tidak mencatat data tamu dengan benar, sering kali menjadi sasaran razia. Pihak kepolisian sering melakukan pemeriksaan untuk memastikan tamu memiliki dokumen sah, terutama warga negara asing, guna mencegah pelanggaran imigrasi. Hotel yang tidak memiliki sistem pendaftaran yang jelas atau sengaja mengabaikan aturan ini berisiko tinggi dirazia.

3. Aktivitas Mencurigakan di Sekitar Hotel

Peningkatan aktivitas yang tidak biasa, seperti banyaknya tamu yang keluar-masuk pada jam-jam tertentu atau kehadiran orang-orang yang tidak terkait dengan penginapan, dapat menjadi indikator kuat. 

Menurut laporan dari Hotel.or.id, perubahan aktivitas di lobi, seperti peningkatan jumlah petugas keamanan atau kehadiran polisi, sering kali menjadi tanda bahwa razia sedang berlangsung. Selain itu, laporan warga tentang suara bising atau aktivitas mencurigakan juga dapat memicu razia.

4. Reputasi Penginapan yang Buruk

Penginapan yang memiliki sejarah pelanggaran, seperti pernah terlibat kasus prostitusi atau narkoba, lebih rentan menjadi target razia berulang. Sebagai contoh, penginapan di Malang yang disegel pada 2023 memiliki riwayat pelanggaran berdasarkan putusan hakim terkait prostitusi online. Hotel semacam ini sering kali mendapat sorotan dari warga dan pihak berwenang.

5. Kurangnya Izin Usaha yang Sah

Hotel yang beroperasi tanpa izin usaha yang jelas atau melanggar peraturan daerah, seperti Perda tentang ketertiban umum, sering kali menjadi sasaran razia. Satpol PP, misalnya, memiliki wewenang berdasarkan Perda untuk memeriksa kepatuhan hotel terhadap regulasi. Penginapan yang tidak memiliki izin resmi atau melanggar aturan keselamatan juga berisiko disegel.

Tips Memilih Hotel yang Aman dari Razia

1. Pilih Hotel Berbintang atau dari Jaringan Ternama

Hotel berbintang atau bagian dari jaringan internasional biasanya memiliki standar operasional yang ketat dan mematuhi regulasi. Hotel-hotel ini jarang menjadi target razia karena memiliki sistem manajemen yang baik dan reputasi yang terjaga.

2. Periksa Ulasan dan Reputasi Online

Sebelum memesan, baca ulasan tamu di platform seperti Google Reviews atau situs pemesanan hotel. Penginapan dengan banyak ulasan negatif atau laporan tentang aktivitas mencurigakan sebaiknya dihindari. Pastikan hotel memiliki akun Google Bisnis yang terverifikasi untuk menghindari risiko penipuan.

3. Pastikan Lokasi Strategis dan Aman

Pilih hotel di lokasi yang aman dan memiliki reputasi baik, seperti dekat pusat kota atau kawasan wisata yang terpercaya. Hindari penginapan di area yang dikenal rawan atau jauh dari pengawasan publik.

4. Verifikasi Prosedur Pendaftaran

Pastikan hotel memiliki prosedur pendaftaran tamu yang jelas, seperti meminta KTP atau dokumen identitas lainnya. Hotel yang profesional akan mencatat data tamu dengan baik dan mematuhi regulasi setempat.

5. Hubungi Hotel Langsung

Sebelum memesan, hubungi hotel melalui saluran resmi untuk memastikan keabsahan informasi. Hindari memesan melalui pihak ketiga yang tidak terverifikasi, karena beberapa kasus penipuan melibatkan perubahan nomor telepon atau rekening oleh peretas.

Pentingnya Kewaspadaan dalam Memilih Penginapan

Memahami ciri-ciri hotel yang rentan digrebek polisi atau warga adalah langkah penting untuk menjamin pengalaman menginap yang aman dan nyaman. Dengan memilih penginapan yang mematuhi regulasi, memiliki reputasi baik, dan berada di lokasi yang aman, Anda dapat menghindari gangguan selama perjalanan. Selalu lakukan riset mendalam sebelum memesan hotel untuk memastikan liburan Anda berjalan lancar tanpa hambatan.