Serasa di Eropa! Ini 5 Kota di Indonesia yang Arsitekturnya Masih Kental Nuansa Belanda
- Dinas Kebudayaan Yogyakarta
Lifestyle –Bayangkan berjalan di jalanan berbatu dengan deretan bangunan bergaya Eropa, dinding putih berjendela besar, dan atap genteng merah yang memancarkan pesona nostalgia. Indonesia, dengan sejarah kolonial Belandanya yang kaya, menyimpan jejak arsitektur Indische yang memukau, menggabungkan elemen Eropa, Jawa, dan Tionghoa.
Kota-kota seperti Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Cirebon, dan Semarang menawarkan wisata jaman dulu yang membawa pengunjung seolah melakukan travel waktu ke era kolonial abad 16 hingga 19.
Dari benteng megah hingga gedung bersejarah, tempat-tempat ini tidak hanya memanjakan mata, tetapi juga mengisahkan masa lalu Indonesia yang kaya. Berikut ini adalah 5 kota di Indonesia yang memiliki destinasi dengan arsitektur Belanda yang masih terjaga.
Ciri-Ciri Arsitektur Kolonial Belanda
Arsitektur kolonial Belanda di Indonesia, atau sering disebut gaya Indische, memiliki ciri khas yang memikat. Bangunan biasanya menampilkan fasad simetris atau asimetris dengan bentuk segitiga, persegi, atau heksagonal, dilengkapi jendela besar untuk sirkulasi udara di iklim tropis.
Dinding tebal dan pilar bergaya Yunani seperti Doris, Ionik, atau Korintus menjadi elemen struktural yang kokoh. Atap genteng terakota, atap gambrel, atau atap joglo/limasan yang dipengaruhi budaya Jawa sering digunakan, memberikan sentuhan lokal.
Warna eksterior didominasi putih atau pastel, dengan bingkai jendela hijau yang ikonik. Perpaduan budaya Eropa, Indonesia, dan Tionghoa menciptakan gaya unik yang tidak hanya fungsional, tetapi juga estetis, menjadikannya daya tarik wisata jaman dulu yang sempurna untuk pengalaman travel waktu.
Rekomendasi Destinasi dengan Arsitektur Belanda
1. Kota Tua, Jakarta
Kota Tua Jakarta adalah destinasi utama untuk merasakan nostalgia era kolonial Belanda. Kawasan ini, yang dulu dikenal sebagai Batavia, menyimpan bangunan ikonik seperti Museum Fatahillah, yang dibangun antara 1707–1710 sebagai Balai Kota Batavia. Gedung ini menyerupai Istana Dam di Amsterdam, dengan fasad neo-klasik, atap terakota, dan bingkai jendela hijau.
Luas bangunan mencapai 1.300 meter persegi dengan tiga lantai, kini berfungsi sebagai museum sejarah Jakarta. Pengunjung dapat menjelajahi koleksi artefak kolonial, menikmati suasana jalanan berbatu, atau berfoto di depan gedung-gedung bersejarah seperti Museum Wayang. Malam hari, kawasan ini hidup dengan pasar kuliner, menambah pesona wisata jaman dulu yang menggoda.
2. Gedung Kesenian Jakarta, Jakarta
Masih di Jakarta, Gedung Kesenian Jakarta adalah permata arsitektur Belanda yang wajib dikunjungi. Dibangun pada 1802 sebagai Gedung Komidi (teater), bangunan ini menampilkan fasad putih dengan pilar kokoh bergaya Doris.
Selama pendudukan Jepang, gedung ini beralih fungsi menjadi bioskop, dan kini menjadi pusat kegiatan seni seperti pertunjukan teater dan musik.
Arsitekturnya yang elegan, dengan jendela besar dan interior klasik, mencerminkan kemegahan era kolonial. Wisatawan dapat mengikuti jadwal acara budaya untuk pengalaman yang lebih kaya atau sekadar berfoto di eksterior gedung yang Instagramable, menjadikannya destinasi travel waktu yang sempurna.
3. Benteng Vredeburg, Yogyakarta
Di Yogyakarta, Benteng Vredeburg adalah saksi bisu sejarah kolonial Belanda. Dibangun pada 1760, benteng ini mengusung gaya Indische Empire dengan dinding tebal, jendela besar, dan pilar Doris yang kokoh.
Arsitekturnya memadukan elemen Jawa dengan gaya Yunani-Romawi, mencerminkan generasi pertama arsitektur Indische di Yogyakarta. Kini, benteng ini menjadi museum yang menampilkan diorama sejarah kolonial dan perjuangan kemerdekaan. Pengunjung dapat menikmati suasana nostalgia dengan mengunjungi Pekan Vredeburg, acara budaya tahunan, atau menjelajahi Jalan Malioboro yang berdekatan untuk pengalaman wisata jaman dulu yang lengkap.
4. Gedung Sate, Bandung
Gedung Sate di Bandung adalah ikon arsitektur kolonial yang memukau, dibangun pada 1920 oleh arsitek Belanda J. Gerber. Gedung ini memadukan elemen Belanda dengan motif Jawa dan Islam, terutama pada menara tengah yang menyerupai tusuk sate—penamaan yang menjadi ciri khasnya.
Fasadnya menampilkan jendela besar dan warna putih khas Indische, dengan sentuhan modern dari era transisi kolonial (1890–1915). Sebagai kantor pemerintahan, Gedung Sate menawarkan tur berpemandu yang mengungkap sejarahnya. Taman di sekitarnya cocok untuk bersantai, menjadikannya destinasi travel waktu yang menggabungkan sejarah dan estetika.
5. Gedung BAT, Cirebon
Di Cirebon, Gedung BAT (British American Tobacco) adalah contoh arsitektur kolonial Belanda yang masih terjaga. Dibangun pada era kolonial, gedung ini menampilkan fasad putih dengan pintu masuk lengkung dan jendela besar, mencerminkan gaya fungsional Belanda.
Kini, gedung ini menjadi lokasi pasar malam yang ramai, di mana pengunjung dapat menikmati kuliner khas Cirebon seperti empal gentong sambil menikmati suasana nostalgia. Kombinasikan kunjungan ini dengan eksplorasi Keraton Kasepuhan untuk pengalaman wisata jaman dulu yang kaya akan budaya dan sejarah.