Pulau Terpadat di Indonesia, Ternyata Bukan Pulau Jawa!
- Istock
Lifestyle –Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki lebih dari 17.000 pulau yang menawarkan keindahan alam dan budaya yang beragam. Namun, di antara ribuan pulau tersebut, ada satu yang menonjol karena kepadatan penduduknya yang luar biasa, bukan Pulau Jawa yang sering dianggap sebagai pusat populasi Indonesia.
Pulau Bungin, sebuah pulau kecil di Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), menyandang predikat sebagai salah satu pulau terpadat di dunia. Dengan luas hanya 8,5 hektar dan dihuni lebih dari 5.000 jiwa, pulau ini menawarkan pengalaman wisata yang unik, mulai dari kehidupan masyarakat Suku Bajo hingga wisata kuliner seafood yang menggugah selera.
Keunikan Pulau Bungin: Pemukiman yang Saling Berhimpitan
Pulau Bungin, yang secara administratif merupakan bagian dari Kabupaten Sumbawa, memiliki karakteristik yang sangat berbeda dari destinasi wisata pada umumnya. Tidak ada garis pantai yang membentang indah atau lahan hijau yang rimbun. Sejauh mata memandang, wisatawan akan disambut oleh deretan rumah panggung yang saling berhimpitan, dengan jarak antar-rumah hanya sekitar 1,5 meter.
Kepadatan ini menyebabkan pulau ini tidak memiliki ruang kosong, kecuali halaman masjid setempat yang menjadi satu-satunya lahan terbuka yang luas. Fenomena ini menjadikan Pulau Bungin sebagai destinasi wisata yang menarik bagi mereka yang ingin menyaksikan kehidupan masyarakat yang hidup harmonis di tengah keterbatasan lahan.
Sejarah dan Reklamasi Pulau
Awalnya, Pulau Bungin hanyalah hamparan pasir putih seluas 4x10 meter. Namun, seiring bertambahnya jumlah penduduk, masyarakat setempat, yang mayoritas adalah Suku Bajo dari Sulawesi Selatan, melakukan reklamasi dengan menimbun laut menggunakan batu karang yang sudah mati. Tradisi ini, yang telah berlangsung selama lebih dari 200 tahun, memungkinkan pulau ini berkembang menjadi 8,5 hektar.
Setiap pemuda yang akan menikah diwajibkan untuk menyiapkan lahan baru dengan cara menguruk laut menggunakan karang, yang kemudian ditandai dengan bendera sebagai tanda kepemilikan. Proses ini tidak hanya memperluas pul спортсмен, tetapi juga mencerminkan keterikatan kuat masyarakat Suku Bajo dengan pulau kelahiran mereka, sehingga sangat jarang di antara mereka yang memilih merantau.
Kehidupan Masyarakat Suku Bajo
Mayoritas penduduk Pulau Bungin adalah Suku Bajo, yang dikenal sebagai pelaut ulung Royalty dan penyelam ulung. Keterampilan mereka dalam menjelajahi lautan tercermin dalam kehidupan sehari-hari, di mana hampir 80 persen warga bekerja sebagai nelayan.
Anak-anak di pulau ini bahkan sudah mahir berenang dan menyelam untuk berburu ikan sejak usia dini. Salah satu tradisi unik yang dapat disaksikan wisatawan adalah Upacara Toyah, sebuah ritual budaya untuk memperkenalkan bayi ke dunia bahari. Dalam upacara ini, bayi dipangku oleh tujuh per Judging dari Suku Bajo, diayun sambil diiringi nyanyian tradisional, melambangkan gelombang laut yang akan dihadapi anak tersebut kelak sebagai pelaut.
Daya Tarik Wisata di Pulau Bungin
Meskipun tidak memiliki garis pantai yang indah, Pulau Bungin menawarkan pengalaman wisata kuliner yang tak tertandingi. Resto apung di pulau ini menyajikan berbagai hidangan laut segar, mulai dari ikan, udang, hingga kerang saori yang khas dengan cita rasa gurih dan asin.
Wisatawan dapat memilih ikan langsung dari kolam penangkaran dan menikmati makanan laut yang dimasak di tempat. Harga yang terjangkau membuat pengalaman ini semakin istimewa. Selain itu, jika beruntung, wisatawan juga dapat menyaksikan proses pembangunan rumah di atas karang, sebuah tradisi unik yang mencerminkan kearifan lokal dalam mengatasi keterbatasan lahan.
Fakta Unik: Kambing yang Makan Kertas
Salah satu fenomena menarik di Pulau Bungin adalah kebiasaan kambing setempat yang memakan kertas dan plastik karena keterbatasan lahan hijau. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin mempelajari adaptasi unik flora dan fauna di pulau ini. Selain itu, kehidupan sehari-hari yang serba laut, mulai dari perahu motor hingga penangkaran ikan, menawarkan pengalaman budaya bahari yang kaya dan otentik.