Berdiri 200-an Tahun, Rumah Batu Olakemang di Jambi Simpan Misteri Tak Terpecahkan
- Indonesia Kaya
Lifestyle –Jambi menyimpan harta karun sejarah yang memukau, salah satunya adalah Rumah Batu Olakemang. Bangunan berusia lebih dari dua abad ini berdiri kokoh di Desa Olak Kemang, Kecamatan Danau Teluk, Kota Jambi, tepat di seberang Sungai Batanghari. Rumah Batu Olakemang bukan sekadar cagar budaya, tetapi juga saksi bisu perkembangan Kesultanan Jambi dan penyebaran agama Islam di wilayah tersebut.
Keunikan arsitekturnya yang memadukan unsur lokal, Tionghoa, Arab, dan Eropa, serta cerita misterius di balik pembangunannya, menjadikan rumah ini destinasi wisata sejarah yang wajib dikunjungi. Meski usianya telah mencapai ratusan tahun, bangunan ini tetap berdiri tanpa penyangga besi, menyisakan misteri tentang kekuatan konstruksinya yang hingga kini belum terpecahkan.
Sejarah Rumah Batu Olakemang
Rumah Batu Olakemang didirikan pada abad ke-18 oleh Sayyid Idrus bin Hasan Al-Djufri, yang lebih dikenal sebagai Pangeran Wirokusumo, seorang tokoh penting dalam penyebaran agama Islam di Jambi. Rumah ini terletak di kawasan yang dahulu strategis, menghadap Sungai Batanghari, jalur perdagangan utama yang menghubungkan Jambi dengan dunia luar.
Menurut narasumber Ibu Sari Paseha, cicit Pangeran Wirokusumo, rumah ini awalnya memiliki ornamen naga di bagian atap dan gapura depan, yang kini telah diganti dengan seng. Keberadaan ornamen naga ini mencerminkan pengaruh budaya Tionghoa, yang dibawa oleh Datuk Sintai, seorang pedagang asal Tiongkok yang menjadi sahabat Pangeran Wirokusumo dan memberikan masukan dalam pembangunan rumah ini.
Arsitektur Perpaduan 3 Budaya
Keunikan arsitektur Rumah Batu Olakemang terletak pada perpaduan tiga budaya utama. Unsur lokal Jambi tampak pada desain rumah panggung, yang dirancang untuk mengantisipasi banjir tahunan Sungai Batanghari. Pengaruh Tionghoa terlihat pada ornamen seperti naga, awan, bunga, dan arca singa di gapura serta dinding rumah.
Sementara itu, gaya Eropa terwujud dalam pilar-pilar batu dan semen yang kokoh, serta tangga semen yang menghubungkan lantai bawah berubin terakota dengan lantai atas dari kayu. Unsur Arab juga hadir melalui ornamen kaligrafi di beberapa bagian rumah, mencerminkan peran Pangeran Wirokusumo sebagai penyebar agama Islam. Perpaduan budaya ini menunjukkan betapa Jambi pada masa itu menjadi pusat perdagangan yang ramai, dikunjungi pedagang dari Eropa, Tiongkok, dan Arab.
Selain keunikan arsitekturnya, Rumah Batu Olakemang juga menyimpan nilai sejarah yang mendalam. Bangunan ini merupakan satu-satunya rumah berbahan batu pada masanya, sementara rumah-rumah lain di sekitarnya masih terbuat dari kayu.
Hal ini menjadikan rumah ini menonjol di tengah pemukiman warga dan dekat dengan pesantren, menegaskan peran pentingnya dalam syiar Islam pada abad ke-18. Pangeran Wirokusumo, yang juga besan Sultan Thaha Syaifudin, sultan terakhir Kesultanan Jambi, dikenal sebagai mediator ulung antara masyarakat lokal dan kolonial Belanda. Ia bahkan dianugerahi gelar tinggi sebagai wakil sultan di ibu kota, menunjukkan pengaruhnya yang besar dalam politik dan keagamaan.
Misteri Rumah Batu Olakemang
Misteri yang menyelimuti Rumah Batu Olakemang tidak hanya terletak pada kekuatan konstruksinya yang bertahan tanpa cagak besi, tetapi juga pada cerita-cerita yang berkembang di masyarakat.
Beberapa sumber menyebutkan bahwa rumah ini menjadi tempat belajar dan syiar agama, menjadikannya pusat kegiatan keagamaan pada masanya. Namun, kondisi rumah ini kini memprihatinkan, dengan beberapa bagian yang rusak dan kurangnya sarana pendukung wisata.
Meski demikian, rumah ini tetap menarik perhatian wisatawan dan peneliti, termasuk Fiona Kerlogue dari Inggris serta jurnalis dari Tiongkok dan Taiwan, yang tertarik pada nilai sejarah dan arsitekturnya.
Rumah Batu Olakemang dapat dijangkau dalam waktu sekitar 30 menit dari pusat Kota Jambi dengan menyeberang Sungai Batanghari. Lokasinya di Jalan KH. Abdul Qodir Ibrahim, RT. 02, Kelurahan Olak Kemang, menjadikannya mudah diakses.
Wisatawan dapat menikmati pengalaman menyusuri jejak sejarah Kesultanan Jambi sambil mengagumi arsitektur yang kaya akan makna budaya. Rumah ini juga sering menjadi lokasi foto prewedding, menambah daya tariknya sebagai destinasi wisata yang unik.