Jakarta Padat Penduduk, Mending Beli Rumah atau Apartemen?
- Pixabay
Membeli rumah tapak di Jakarta memiliki daya tarik tersendiri, terutama bagi keluarga yang menginginkan ruang pribadi dan halaman. Kelebihan utama rumah tapak adalah kepemilikan lahan, yang memberikan kebebasan untuk merenovasi atau membangun sesuai kebutuhan.
Kawasan seperti Pondok Indah dan Kebayoran Baru menawarkan rumah dengan harga mulai dari Rp100 juta hingga lebih dari Rp700 juta untuk segmen menengah-atas. Selain itu, rumah tapak di pinggiran seperti Tangerang dan Bekasi cenderung lebih terjangkau dan mendapat manfaat dari proyek infrastruktur seperti tol Cimanggis-Cibitung dan MRT Jakarta.
Namun, tantangan utama adalah keterbatasan lahan di pusat kota, yang menyebabkan harga melonjak. Data menunjukkan bahwa kenaikan harga rumah kecil dan menengah lebih tinggi (2,24% dan 3,72% y-o-y) dibandingkan rumah besar (1,32% y-o-y), membuat rumah tapak di bawah Rp500 juta sulit ditemukan di Jakarta.
Selain itu, kepadatan penduduk menyebabkan kemacetan lalu lintas dan waktu tempuh yang panjang, terutama bagi mereka yang bekerja di CBD. Banjir di beberapa wilayah, seperti Kemang, juga menjadi pertimbangan serius.
Kelebihan dan Kekurangan Membeli Apartemen
Apartemen menjadi pilihan populer di Jakarta karena keterbatasan lahan dan gaya hidup urban. Pada 2025, pasokan apartemen di Jakarta mencapai 230.755 unit, dengan pertumbuhan tahunan 1,7%. Apartemen di kawasan premium seperti Sudirman dan Kuningan menawarkan fasilitas modern seperti kolam renang, keamanan 24 jam, dan akses mudah ke pusat bisnis.
Harga sewa apartemen di kawasan CBD mencapai Rp469.332 per meter persegi per bulan pada kuartal pertama 2025, dengan tingkat hunian 56,8% untuk apartemen berlayanan. Tingkat hunian yang lebih tinggi di apartemen strata-title, mencapai 87,4% pada 2022, menunjukkan permintaan yang kuat untuk properti ini.