Negara Serba Putih, Mobil Warna Hitam Harus Dicat Ulang!
- Pexels
Obsesi Turkmenistan terhadap warna putih tidak hanya terbatas pada kendaraan. Pakaian warga, terutama pada acara resmi, sering kali didominasi oleh warna terang, dan banyak monumen di Ashgabat dihiasi dengan emas dan marmer putih. Warna putih dalam budaya Turkmenistan melambangkan kemurnian dan kemakmuran, tetapi beberapa analis, seperti yang dikutip oleh Eurasianet pada Maret 2025, berpendapat bahwa kebijakan ini lebih merupakan alat propaganda untuk memperkuat citra pemerintah sebagai pemimpin visioner.
Kota Ashgabat bahkan tercatat dalam Guinness World Records sebagai kota dengan jumlah bangunan berlapis marmer putih terbanyak di dunia, dengan lebih dari 540 bangunan yang menutupi luas 4,5 juta meter persegi. Kebijakan mobil serba putih ini seolah menjadi perpanjangan dari estetika tersebut, menciptakan harmoni visual yang jarang ditemukan di tempat lain.
Tantangan dan Kontroversi
Meskipun pemerintah mengklaim bahwa kebijakan ini diterima dengan baik, laporan dari sumber independen seperti Turkmen.news menunjukkan adanya ketidakpuasan di kalangan warga. Beberapa menganggap aturan ini sebagai bentuk kontrol berlebihan yang tidak mempertimbangkan kebutuhan ekonomi rakyat. Selain itu, proses pengecatan ulang yang tidak terstandarisasi berisiko merusak kendaraan, terutama jika dilakukan di bengkel yang kurang berkualitas.
Di sisi lain, kebijakan ini juga memunculkan pertanyaan tentang keberlanjutan. Proses pengecatan ulang massal menghasilkan limbah kimia dari cat dan pelarut, yang dapat berdampak pada lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Namun, pemerintah Turkmenistan belum merilis pernyataan resmi mengenai langkah mitigasi dampak lingkungan dari kebijakan ini.
Tren Global dan Perbandingan
Kebijakan serba putih di Turkmenistan mungkin terdengar aneh, tetapi bukan satu-satunya contoh aturan estetika yang diterapkan oleh pemerintah. Di beberapa kota di Yunani, seperti Santorini, bangunan harus dicat putih dan biru untuk menjaga estetika tradisional. Namun, tidak seperti Turkmenistan, aturan di Santorini lebih berfokus pada pelestarian budaya daripada kontrol estetika terpusat. Turkmenistan tetap menjadi kasus unik karena cakupan dan ketegasan kebijakannya.