Negara Serba Putih, Mobil Warna Hitam Harus Dicat Ulang!

Turkmenistan
Sumber :
  • Pexels

LifestyleTurkmenistan, sebuah negara di Asia Tengah yang dikenal dengan kekayaan gas alam dan kebijakan uniknya, kembali menarik perhatian dunia dengan aturan eksentrik: semua mobil berwarna hitam harus dicat ulang menjadi putih atau perak. Kebijakan ini, yang mulai diberlakukan di ibu kota Ashgabat sejak awal 2025, mencerminkan obsesi pemerintah terhadap estetika serba putih yang telah lama menjadi ciri khas negara ini. 

Survei: Gen Z Ternyata Lebih Suka ke Cafe daripada Perpustakaan

Ashgabat, yang dijuluki "Kota Putih" karena bangunan-bangunannya yang dilapisi marmer putih, kini semakin memperketat aturan untuk menjaga harmoni visual. Artikel ini akan mengulas latar belakang kebijakan ini, dampaknya terhadap warga, serta implikasinya bagi wisatawan yang ingin menjelajahi destinasi unik ini.

Latar Belakang Kebijakan Serba Putih

Ashgabat telah lama dikenal sebagai salah satu kota paling bersih dan teratur di dunia, dengan lanskap perkotaan yang didominasi oleh bangunan marmer putih dan monumen megah. Menurut laporan Radio Free Europe/Radio Liberty pada Januari 2025, kebijakan untuk menghilangkan mobil berwarna hitam merupakan bagian dari visi Presiden Serdar Berdimuhamedow untuk menjaga "kemurnian visual" ibu kota. Warna putih dan perak dianggap mencerminkan kemakmuran, kebersihan, dan modernitas, sementara warna hitam dianggap tidak sesuai dengan estetika kota.

7 Destinasi Ikonik di Australia Barat yang Harus Masuk Daftar Tujuan Wisata

Kebijakan ini bukanlah yang pertama kali mengejutkan. Sejak era kepemimpinan Gurbanguly Berdimuhamedow, ayah dari presiden saat ini, Turkmenistan telah menerapkan berbagai aturan unik, seperti larangan merokok di tempat umum, wajibnya pakaian tradisional pada acara resmi, dan bahkan pembatasan akses internet. Pada 2015, pemerintah mulai mendorong penggunaan mobil berwarna terang, tetapi aturan terbaru ini jauh lebih ketat, mewajibkan pemilik mobil hitam untuk mengganti warna kendaraan mereka dalam waktu tiga bulan atau menghadapi denda dan penyitaan.

Dampak pada Penduduk Lokal

Kebijakan ini telah memicu beragam reaksi di kalangan warga Turkmenistan, meskipun kritik publik jarang terdengar karena kontrol ketat pemerintah terhadap media dan kebebasan berpendapat. Berdasarkan laporan anonim yang dikutip oleh Chronicles of Turkmenistan pada Februari 2025, banyak pemilik mobil hitam merasa terbebani oleh biaya pengecatan ulang, yang diperkirakan mencapai 1.500 hingga 3.000 manat Turkmenistan (sekitar Rp6 juta hingga Rp12 juta). Angka ini signifikan, mengingat pendapatan rata-rata warga hanya sekitar 400 manat per bulan.

Perbedaan Korea Selatan dan Utara, Ada Idol Juga Gak Sih?

Selain itu, bengkel-bengkel di Ashgabat kini kebanjiran pesanan untuk pengecatan mobil, menyebabkan antrean panjang dan kenaikan harga jasa. Beberapa warga dilaporkan memilih untuk menjual mobil mereka dan membeli kendaraan berwarna putih atau perak untuk menghindari kerumitan.

Namun, pasar mobil bekas untuk warna hitam kini anjlok, membuat banyak warga merugi. Pemerintah, di sisi lain, menyatakan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk "meningkatkan standar hidup" dan menjaga citra Ashgabat sebagai kota modern.

Implikasi bagi Wisatawan

Bagi wisatawan yang berencana mengunjungi Turkmenistan, kebijakan ini memiliki dampak langsung, terutama jika mereka berniat menyewa atau membawa kendaraan pribadi. Menurut panduan perjalanan terbaru dari Lonely Planet edisi 2025, semua kendaraan yang masuk ke Ashgabat harus mematuhi aturan warna ini. Rental mobil di negara ini kini hanya menyediakan kendaraan berwarna putih atau perak, dan wisatawan disarankan untuk memeriksa kepatuhan kendaraan sebelum memasuki ibu kota.

Turkmenistan sendiri bukanlah destinasi wisata mainstream, tetapi memiliki daya tarik unik, seperti Kawah Gas Darvaza yang terbakar selama puluhan tahun, situs arkeologi Merv yang terdaftar di UNESCO, dan arsitektur megah Ashgabat. 

Namun, wisatawan harus siap menghadapi birokrasi ketat, termasuk visa yang sulit didapat dan pengawasan ketat selama perjalanan. Kebijakan mobil serba putih ini menambah lapisan kompleksitas bagi pelancong yang ingin menjelajahi negara ini dengan kendaraan pribadi.

Aspek Budaya dan Estetika

Obsesi Turkmenistan terhadap warna putih tidak hanya terbatas pada kendaraan. Pakaian warga, terutama pada acara resmi, sering kali didominasi oleh warna terang, dan banyak monumen di Ashgabat dihiasi dengan emas dan marmer putih. Warna putih dalam budaya Turkmenistan melambangkan kemurnian dan kemakmuran, tetapi beberapa analis, seperti yang dikutip oleh Eurasianet pada Maret 2025, berpendapat bahwa kebijakan ini lebih merupakan alat propaganda untuk memperkuat citra pemerintah sebagai pemimpin visioner.

Kota Ashgabat bahkan tercatat dalam Guinness World Records sebagai kota dengan jumlah bangunan berlapis marmer putih terbanyak di dunia, dengan lebih dari 540 bangunan yang menutupi luas 4,5 juta meter persegi. Kebijakan mobil serba putih ini seolah menjadi perpanjangan dari estetika tersebut, menciptakan harmoni visual yang jarang ditemukan di tempat lain.

Tantangan dan Kontroversi

Meskipun pemerintah mengklaim bahwa kebijakan ini diterima dengan baik, laporan dari sumber independen seperti Turkmen.news menunjukkan adanya ketidakpuasan di kalangan warga. Beberapa menganggap aturan ini sebagai bentuk kontrol berlebihan yang tidak mempertimbangkan kebutuhan ekonomi rakyat. Selain itu, proses pengecatan ulang yang tidak terstandarisasi berisiko merusak kendaraan, terutama jika dilakukan di bengkel yang kurang berkualitas.

Di sisi lain, kebijakan ini juga memunculkan pertanyaan tentang keberlanjutan. Proses pengecatan ulang massal menghasilkan limbah kimia dari cat dan pelarut, yang dapat berdampak pada lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Namun, pemerintah Turkmenistan belum merilis pernyataan resmi mengenai langkah mitigasi dampak lingkungan dari kebijakan ini.

Tren Global dan Perbandingan

Kebijakan serba putih di Turkmenistan mungkin terdengar aneh, tetapi bukan satu-satunya contoh aturan estetika yang diterapkan oleh pemerintah. Di beberapa kota di Yunani, seperti Santorini, bangunan harus dicat putih dan biru untuk menjaga estetika tradisional. Namun, tidak seperti Turkmenistan, aturan di Santorini lebih berfokus pada pelestarian budaya daripada kontrol estetika terpusat. Turkmenistan tetap menjadi kasus unik karena cakupan dan ketegasan kebijakannya.