Mitos Kapuhunan, Benarkah Tolak Makanan dari Orang Kalimantan Sebabkan Kesialan?

Bubur Samarinda
Sumber :
  • Wonderful Indonesia

LifestyleKalimantan, pulau yang dikenal dengan julukan "Pulau Seribu Sungai," tidak hanya menawarkan keindahan alam berupa hutan hujan tropis dan sungai-sungai megah, tetapi juga kekayaan budaya yang mendalam. Salah satu tradisi yang menarik perhatian wisatawan adalah mitos kapuhunan, sebuah kepercayaan masyarakat lokal yang mengaitkan penolakan makanan atau minuman yang ditawarkan dengan risiko kesialan atau musibah. 

Rambut Bayi Harus Dicukur Biar Tumbuh Lebat? Cek Faktanya!

Mitos ini, yang masih dipegang teguh oleh sebagian masyarakat suku Banjar, Dayak, dan Melayu di Kalimantan, mencerminkan nilai-nilai keramahan dan saling menghormati dalam budaya setempat. Artikel ini mengupas asal-usul kapuhunan, makna budayanya, serta tips bagi wisatawan yang ingin menghormati tradisi ini saat menjelajahi Kalimantan.

Asal-Usul dan Makna Kapuhunan

Istilah kapuhunan berasal dari bahasa Banjar, dengan akar kata puhun yang berarti "pohon," namun dalam konteks ini merujuk pada keinginan yang tidak terpenuhi atau penolakan terhadap tawaran. Menurut Prof. Abdul Djebar Hapip, kapuhunan diartikan sebagai situasi yang dapat mendatangkan celaka atau bencana karena mengabaikan tawaran makanan atau minuman. 

10 Negara Paling Berbahaya Dikunjungi, Indonesia Termasuk!

Awalnya, kepercayaan ini dikaitkan dengan gangguan roh penjaga pohon atau makhluk gaib, tetapi seiring waktu, maknanya berkembang menjadi kesialan akibat tidak menghormati keramahan tuan rumah. Tradisi ini mencerminkan budaya saling berbagi dan menjaga harmoni sosial, yang sangat dijunjung tinggi di Kalimantan.

Dalam masyarakat Banjar, kapuhunan sering dikaitkan dengan pengalaman pribadi atau cerita turun-temurun. Misalnya, seseorang yang menolak makanan yang ditawarkan kemudian mengalami kecelakaan kecil, seperti tersandung atau jatuh, dianggap terkena kapuhunan. 

Demi Kaya Mendadak, Mengapa Masih Ada yang Percaya Tuyul di Zaman Modern?

Kepercayaan ini diperkuat oleh nilai-nilai adat yang mengajarkan tata cara menerima jamuan sebagai bentuk penghormatan. Mitos ini juga dikenal dengan istilah kemponan di kalangan masyarakat Melayu Pontianak, Kalimantan Barat, dengan makna serupa, yaitu menghargai pemberian untuk menghindari sugesti negatif yang dapat menyebabkan musibah.

Halaman Selanjutnya
img_title