Thamrin Nine Jadi Gedung Tertinggi di Jakarta, Pengunjung Bisa Naik ke Lantai 100?

Lifestyle –Thamrin Nine, sebuah kompleks superblock megah di jantaran Jakarta Pusat, telah menjadi sorotan sebagai gedung tertinggi di Indonesia dan bahkan di belahan bumi selatan. Dengan Autograph Tower yang menjulang setinggi 385 meter, Thamrin Nine bukan hanya simbol kemajuan arsitektur modern, tetapi juga destinasi wisata baru yang menarik perhatian wisatawan domestik dan internasional. 

Observatorium “UP at Thamrin Nine” dan Sky Garden di ketinggian menawarkan panorama kota Jakarta yang memukau, sementara fasilitas seperti mal, restoran, dan hiburan menjadikannya pusat gaya hidup urban. Namun, sebuah pertanyaan yang sering muncul adalah: benarkah Thamrin Nine memiliki 100 lantai? 

Artikel ini akan mengungkap fakta di balik klaim tersebut dan menyoroti daya tarik wisata yang membuat Thamrin Nine wajib dikunjungi.

Sekilas tentang Thamrin Nine

Thamrin Nine, terletak di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, adalah kompleks mixed-use yang mengintegrasikan berbagai fungsi, termasuk perkantoran, hotel, mal, dan fasilitas hiburan. Kompleks ini terdiri dari dua menara utama: Autograph Tower (385 meter) dan Luminary Tower. Autograph Tower telah resmi dinobatkan sebagai gedung tertinggi di Indonesia, bahkan mencatatkan rekor di Museum Rekor Indonesia (MURI) dan diakui sebagai yang tertinggi di belahan bumi selatan. 

Desainnya yang futuristik, dikembangkan oleh PT Putragaya Wahana, mencerminkan ambisi Jakarta sebagai kota metropolitan kelas dunia. Lokasinya yang strategis, dekat dengan Bundaran HI, menjadikan Thamrin Nine mudah diakses melalui berbagai moda transportasi, termasuk MRT dan LRT.

Klarifikasi Jumlah Lantai

Halaman Selanjutnya

Beredar kabar bahwa Thamrin Nine memiliki lebih dari 100 lantai, sebuah klaim yang menarik perhatian publik. Faktanya, Autograph Tower memiliki 75 lantai fungsional, tetapi dengan tambahan struktur teknis seperti lantai mekanikal dan observatorium, jumlah total lantai bisa mencapai 109, tergantung pada penghitungan. Penggunaan nomor lantai loncat, seperti menghindari angka 4 atau 13 karena alasan budaya dan teknis, sering kali menyebabkan kebingungan.