"Berapa Gaji yang Kamu Harapkan?” Ini Cara Jawab yang Bikin HRD Makin Yakin Rekrut Kamu!
- Freepik
Lifestyle –Salah satu pertanyaan paling menegangkan saat wawancara kerja adalah ketika pewawancara bertanya, “Berapa gaji yang kamu harapkan?”
Pertanyaan ini memang terkesan sederhana, tapi bagi banyak orang, menjawabnya bisa seperti berjudi. Salah sedikit, bisa jadi tidak dilirik lagi oleh perusahaan.
Terlalu tinggi, takut dianggap tidak realistis. Terlalu rendah, malah bisa dimanfaatkan atau dianggap tidak menghargai diri sendiri. Maka tak heran, banyak pencari kerja yang merasa gugup saat menjawab pertanyaan ini.
Pakar karier di situs pencari kerja ternama Monster.com, Vicki Salemi, menyampaikan bahwa wawancara kerja bukan hanya soal perusahaan menilai kandidat. Tapi ini juga waktu terbaik bagi kandidat untuk menilai perusahaan, termasuk soal kompensasi yang adil.
Pertanyaan tentang ekspektasi gaji bukan hanya soal nominal. Menurut Salemi, HRD ingin melihat seberapa realistis dan percaya dirinya kamu dalam menilai nilai diri sendiri. Mereka ingin tahu:
- Apakah kamu paham standar industri?
- Apakah kamu tahu posisi dan tanggung jawab yang kamu lamar?
- Apakah kamu fleksibel atau kaku dalam negosiasi?
Dengan kata lain, jawabanmu mencerminkan seberapa matang kamu sebagai kandidat. Itu sebabnya, penting untuk tidak menganggap pertanyaan ini sebagai jebakan, tapi sebagai peluang menunjukkan keprofesionalanmu.
Kesalahan Umum yang Harus Dihindari
Ada beberapa kesalahan yang sering dilakukan oleh kandidat saat menjawab pertanyaan soal gaji. Berikut beberapa di antaranya:
1. “Terserah perusahaan saja.”
Kalimat ini memang terdengar rendah hati, tapi sebenarnya menandakan kamu tidak melakukan riset atau bahkan tidak percaya diri.
2. Menjawab terlalu rendah
Banyak yang berpikir, dengan menyebut angka yang rendah, peluang diterima jadi lebih besar. Nyatanya, kamu justru bisa terlihat tidak menghargai kemampuan sendiri, atau malah membuat HRD curiga terhadap kualitasmu.
3. Menjawab terlalu tinggi tanpa alasan kuat
Menyebut angka tinggi boleh saja, tapi kalau tanpa dasar, kamu bisa dianggap terlalu menuntut atau tidak realistis.
“Jangan menjawab tanpa konteks atau data. Itu seperti menembak tanpa melihat sasaran," kata Salemi.
Maka, persiapan sebelum wawancara jadi kunci penting.
Riset: Senjata Ampuh Sebelum Interview
Langkah pertama sebelum menyebut angka adalah melakukan riset.
Cari tahu kisaran gaji untuk posisi yang kamu lamar, di wilayah tempat kamu bekerja, dan dalam industri yang sama. Kamu bisa menggunakan platform seperti glassdoor, Jobstreet, LinkedIn Salary Insights hingga forum komunitas profesional.
Jangan lupa, pertimbangkan juga pengalaman kerja kamu, kemampuan dan keahlian teknis dan biaya hidup di kota tempat kamu akan bekerja
“Data akan memberimu kekuatan untuk negosiasi. HRD menghargai kandidat yang siap dan punya alasan kuat atas ekspektasinya," Salemi menyarankan.
Gunakan Range, Bukan Angka Tunggal
Alih-alih menyebut angka pasti, lebih bijak menggunakan kisaran gaji. Misalnya “Berdasarkan riset dan tanggung jawab posisi ini, saya berharap berada di kisaran Rp8–10 juta.”
Range memberi kesan bahwa kamu:
- Realistis terhadap kondisi pasar
- Fleksibel dalam berdiskusi
- Terbuka terhadap tawaran lain yang relevan
Namun pastikan rentang yang kamu sebut masih logis. Jangan bilang Rp8–15 juta karena itu terlalu jauh jaraknya. Idealnya, beri rentang sekitar 15–20% dari angka dasar.
Salemi mengatakan, jawaban terbaik adalah yang menyampaikan fleksibilitas sekaligus rasa percaya diri. Bukan sekadar angka, tapi juga argumen di baliknya.
Contoh Jawaban yang Profesional
Berikut beberapa contoh kalimat siap pakai saat ditanya “berapa gaji yang kamu harapkan”:
- “Saya berharap berada di kisaran Rp6–7,5 juta, sesuai dengan tanggung jawab posisi ini dan pengalaman saya di bidang yang sama.”
- “Berdasarkan riset dan kompetensi saya, saya rasa Rp10–12 juta adalah kisaran yang adil. Namun saya tetap terbuka untuk berdiskusi.”
- “Gaji memang penting, tapi saya juga mempertimbangkan lingkungan kerja dan kesempatan berkembang. Saya yakin perusahaan punya skema kompensasi yang kompetitif.”
Menurut Salemi, kombinasi antara angka dan sikap terbuka seperti ini mencerminkan bahwa kamu profesional dan percaya diri, dua hal yang sangat dicari oleh HRD.
Kapan Waktu Terbaik Menyebut Angka?
Idealnya, kamu menyebut ekspektasi gaji hanya saat ditanya. Kalau pertanyaan itu belum muncul, lebih baik fokus pada pembahasan tugas, tantangan, dan ekspektasi perusahaan terhadap peranmu. Namun jika kamu memang perlu menyebutkan, kamu bisa balik bertanya lebih dulu:
“Sebelum saya jawab, apakah saya bisa tahu terlebih dahulu kisaran gaji yang ditetapkan perusahaan untuk posisi ini?”
Salemi menyarankan pendekatan seperti ini agar negosiasi tidak timpang. Kamu perlu tahu dulu budget perusahaan agar tidak terkesan terlalu jauh dari kenyataan.
Jika Angkamu Dianggap Terlalu Tinggi
Terkadang, perusahaan akan bilang bahwa ekspektasimu terlalu tinggi dari anggaran mereka. Jangan langsung panik. Langkah terbaik:
- Dengarkan dulu respons mereka
- Tanyakan apakah ada kompensasi non-finansial (cuti tambahan, WFH, tunjangan kesehatan, pelatihan)
- Evaluasi ulang: Apakah kamu tetap tertarik dengan pekerjaan ini jika kompensasi tidak sepenuhnya sesuai?
Salemi mengingatkan, negosiasi bukan hanya soal uang. Tapi soal value dan keseimbangan hidup yang kamu butuhkan.
Pertanyaan tentang gaji memang bikin deg-degan. Tapi justru di sinilah kamu bisa menunjukkan nilai dirimu. Bukan hanya dari angka yang kamu sebut, tapi dari cara kamu menyampaikannya dengan percaya diri, riset, dan fleksibilitas.
Kuncinya adalah melakukan riset, gunakan rentang gaji dan tunjukkan sikap terbuka tapi yakin.