Banyak Artis Cerai, Begini Dampaknya Terhadap Tumbuh Kembang Anak

Ilustrasi cerai
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle – Tahun 2024 dan 2025 nampaknya menjadi tahun yang penuh sorotan di kalangan selebritas Tanah Air, di mana sejumlah pasangan artis, yang sebagian besar telah dikaruniai anak, memutuskan untuk mengakhiri biduk rumah tangga mereka. 

Kenali Ciri-ciri Quiet Covering di Tempat Kerja, Begini Dampaknya ke Karier Anda

Nama-nama seperti Ria Ricis dan Teuku Ryan, Irish Bella dan Ammar Zoni, hingga Ruben Onsu dan Sarwendah, menjadi perbincangan hangat, mengingatkan publik bahwa perpisahan dapat terjadi pada siapa saja. Ironisnya, di balik berita sensasional mengenai hak asuh dan harta gono-gini, sering kali terdapat pihak yang paling rentan: anak-anak. 

Perpisahan orang tua, terlepas dari status sosial atau kekayaan, merupakan guncangan besar yang dapat meninggalkan luka mendalam dan memengaruhi seluruh aspek tumbuh kembang mereka.

Tips Mengontrol Emosi dan Mood Saat Hamil: Panduan Mendalam untuk Kesejahteraan Mental Calon Ibu

Lantas, sejauh mana dampak perceraian orang tua terhadap perkembangan psikologis, sosial, dan akademik anak? Memahami hal ini menjadi sangat krusial, terutama bagi orang tua yang tengah atau akan melalui proses perpisahan, agar mereka dapat meminimalisir dampak negatif yang mungkin terjadi pada buah hati.

Dampak Psikologis: Gejolak Emosi yang Kompleks

Dampak yang paling cepat terlihat dan seringkali paling merusak adalah pada kondisi psikologis dan emosional anak. Bagi anak, perceraian sering diibaratkan seperti terpisahnya separuh kepribadian mereka, menimbulkan rasa harga diri yang buruk dan ketidakamanan yang luar biasa.

1. Perasaan Bersalah dan Kebingungan

5 Tips Hidup Lebih Ramah Lingkungan, Perubahan Kecil Hadirkan Dampak Besar

Anak, terutama yang berusia di bawah 12 tahun, kerap merasa bahwa mereka adalah penyebab perpisahan orang tua. Perasaan bersalah ini bercampur aduk dengan rasa sedih, bingung, kehilangan, takut, dan marah. Mereka bingung harus memihak siapa atau bagaimana menyeimbangkan kasih sayang dari kedua orang tua yang kini hidup terpisah. Dalam beberapa kasus, anak bahkan mengalami separation anxiety syndrome (SAD), kecemasan berpisah yang berlebihan, karena takut kehilangan figur penting dalam hidup mereka.

2. Risiko Gangguan Mental

Tekanan akibat perceraian, ditambah dengan kemungkinan perubahan rutinitas, pindah rumah atau sekolah, dapat memicu stres berkepanjangan. Anak-anak dari keluarga yang berpisah memiliki risiko lebih tinggi mengalami depresi, kecemasan, dan pada kasus yang parah, berpotensi pada gangguan kepribadian hingga pikiran untuk menyakiti diri sendiri.

Dampak Sosial dan Perilaku: Menarik Diri atau Agresif

Perpisahan orang tua juga sangat memengaruhi bagaimana anak berinteraksi dengan dunia luar. Lingkungan sosial adalah tempat anak belajar beradaptasi, namun fondasi yang rapuh dapat membuat proses ini terganggu.

1. Masalah Perilaku dan Antisocial

Ketidakstabilan emosi seringkali terwujud dalam perubahan perilaku. Sebagian anak mungkin menjadi pendiam, pemalu, menarik diri dari pergaulan, dan mengalami rendah diri. Sebaliknya, beberapa anak lain dapat menjadi agresif, mudah marah, sulit diatur, hingga terlibat dalam perilaku antisosial. Dalam lingkungan remaja, kurangnya kasih sayang atau pengawasan dapat meningkatkan risiko kenakalan remaja, bahkan penyalahgunaan zat terlarang.

2. Kesulitan Membangun Kepercayaan

Pengkhianatan yang dirasakan dari perpisahan orang tua, apalagi jika disertai konflik tinggi, dapat membuat anak sulit percaya pada orang lain. Mereka cenderung lebih posesif dalam hubungan pertemanan atau percintaan di masa depan, atau justru trauma dan takut memulai hubungan baru karena khawatir mengalami perpisahan yang sama.

Dampak Akademik: Fokus dan Motivasi Menurun

Stres emosional yang dialami anak secara langsung berdampak pada fungsi kognitif dan motivasi belajar mereka.

1. Penurunan Prestasi Sekolah

Anak yang sedang berjuang secara emosional akan kesulitan untuk fokus di sekolah. Pikiran yang terus-menerus memikirkan masalah keluarga dapat mengganggu konsentrasi, yang berujung pada penurunan prestasi akademik. Kontrol dalam kegiatan belajar juga cenderung berkurang karena perubahan rutinitas dan berkurangnya pengawasan salah satu atau kedua orang tua yang sedang fokus pada masalah pribadi.

Peran Krusial Orang Tua Pasca-Perceraian

Meskipun perceraian adalah keputusan final, orang tua memegang peran kunci untuk meminimalkan dampak buruk pada anak.

1. Jaga Komunikasi dan Hindari Konflik di Depan Anak

Hal yang paling merusak mental anak adalah melihat konflik berkepanjangan antara kedua orang tuanya. Orang tua harus sebisa mungkin menghindari pertengkaran atau saling menjelekkan pasangan di depan anak. Pertahankan komunikasi yang efektif dan sopan demi kepentingan pengasuhan anak (co-parenting).

2. Berikan Penjelasan Sederhana dan Validasi Emosi

Orang tua wajib menjelaskan situasi perpisahan dengan bahasa yang sederhana, sesuai usia anak, dan pastikan anak tidak merasa bersalah. Dengarkan dan validasi semua perasaan anak (sedih, marah, takut) tanpa menghakiminya. Anak perlu tahu bahwa mereka tetap dicintai oleh Ayah dan Ibu, meskipun kedua orang tua tidak lagi tinggal bersama.

3. Pertahankan Rutinitas

Stabilitas adalah kunci. Sebisa mungkin, jangan mengubah rutinitas harian anak secara drastis, termasuk sekolah atau lingkungan bermain. Mempertahankan rutinitas memberikan rasa aman dan normalitas di tengah perubahan besar dalam hidup mereka.