Ingin Teriak ke Anak? Coba 5 Cara Mendisiplinkan yang Lebih Efektif
- Freepik
Lifestyle –Menjadi orang tua memang bukan hal mudah. Ada kalanya kita merasa kehabisan kesabaran, terutama ketika anak susah diatur, berulang kali melanggar aturan, atau tidak mau mendengarkan. Rasa frustrasi pun menumpuk, dan berteriak rasanya menjadi jalan pintas agar anak menurut.
Namun, ternyata berteriak justru bukan solusi terbaik. Penelitian menunjukkan bahwa teriakan sering kali memberikan dampak sebaliknya. Anak bisa merasa lebih cemas, tertekan, atau malah semakin melawan. Alih-alih mendekatkan hubungan, teriakan justru bisa membuat jarak antara orang tua dan anak semakin jauh.
Kabar baiknya, ada cara yang lebih tenang, lembut, sekaligus efektif untuk mendisiplinkan anak. Bukan hanya membuat mereka lebih patuh, tapi juga membantu mempererat ikatan emosional dalam keluarga. Berikut adalah lima trik disiplin yang bisa Anda coba di rumah seperti dilansir dari laman Times of India, Rabu 1 Oktober 2025.
1. Sejajarkan Diri dengan Anak
Bayangkan posisi anak ketika kita berdiri dan menegur mereka dengan suara keras. Dari sudut pandang anak, orang tua terlihat besar dan menakutkan. Tak heran jika mereka justru merasa terintimidasi, bukan dihargai.
Cobalah lakukan pendekatan berbeda. Duduklah berlutut atau turunkan badan agar sejajar dengan mereka. Tatap mata anak dan bicaralah dengan suara tenang. Cara sederhana ini membuat anak merasa lebih dihormati dan dekat. Ketika mereka merasa terkoneksi secara emosional, kemampuan mendengarkan mereka pun meningkat.
2. Gunakan Pilihan, Bukan Perintah
Orang tua sering kali tanpa sadar terbiasa memberi perintah. “Kerjakan sekarang!” atau “Bereskan mainanmu sekarang juga!” terdengar jelas dan tegas, tapi di sisi lain bisa memicu perlawanan.
Alih-alih memakai nada komando, coba berikan pilihan. Misalnya, “Kamu mau kerjakan PR sebelum atau sesudah makan camilan?” Pertanyaan seperti ini memberi anak rasa kendali, membuat mereka belajar bertanggung jawab, dan mengurangi adu argumen yang melelahkan.
Dengan memberi pilihan, Anda sebenarnya sedang mengajarkan konsep tanggung jawab dengan cara yang lebih menyenangkan. Anak merasa punya ruang untuk menentukan, tapi tetap dalam batas yang Anda arahkan.
3. Berhenti Sejenak Sebelum Merespons
Ketika emosi memuncak, reaksi spontan yang keluar biasanya adalah amarah. Namun, kebiasaan ini bisa memicu konflik yang lebih besar.
Cobalah untuk memberi jeda sebelum merespons. Tarik napas dalam-dalam, hitung perlahan, atau cukup diam beberapa detik. Tindakan kecil ini membantu menahan amarah agar tidak meledak.
Lebih dari itu, sikap ini menjadi teladan yang baik untuk anak. Mereka belajar bahwa mengendalikan emosi adalah hal penting. Saat orang tua bisa menahan diri, anak pun akan meniru cara yang sama ketika menghadapi situasi penuh emosi.
4. Puji Usaha, Bukan Hanya Hasil
Anak-anak sangat responsif terhadap pujian dan dorongan positif. Namun, sering kali orang tua hanya fokus pada hasil akhir. Padahal, menghargai usaha yang mereka lakukan jauh lebih membangun rasa percaya diri.
Alih-alih menekankan nilai atau keberhasilan, coba katakan, “Mama lihat kamu sudah berusaha keras.” Kalimat sederhana ini membuat anak merasa diperhatikan, termotivasi, dan lebih semangat mencoba lagi meski belum berhasil.
Dukungan positif seperti ini jauh lebih efektif dibandingkan hukuman. Anak yang termotivasi karena merasa dihargai cenderung tumbuh dengan mental yang lebih sehat dan sikap yang lebih kooperatif.
5. Konsekuensi Alami Lebih Baik daripada Hukuman
Hukuman memang bisa memberi efek jera sesaat, tapi sering kali tidak membuat anak benar-benar memahami kesalahan. Sebaliknya, biarkan mereka merasakan konsekuensi alami dari tindakan mereka.
Contohnya, ketika anak lupa membawa PR, jangan buru-buru marah atau berteriak. Biarkan mereka menghadapi konsekuensi nyata, yaitu menerima teguran dari guru. Dari pengalaman ini, anak akan belajar lebih efektif bahwa setiap tindakan memiliki akibat.
Konsekuensi alami membantu anak belajar bertanggung jawab tanpa merasa disakiti atau dipermalukan. Metode ini lebih masuk akal dan berdaya guna dibanding hukuman yang penuh emosi.
Disiplin Tenang, Rumah Lebih Bahagia
Mengganti teriakan dengan kesabaran memang tidak instan. Dibutuhkan konsistensi, latihan, dan kesadaran penuh untuk tetap tenang meski emosi memuncak. Namun, hasilnya sepadan.
Dengan menerapkan cara-cara di atas, Anda akan melihat perubahan nyata dalam perilaku anak. Mereka lebih patuh, lebih terbuka, dan suasana rumah pun menjadi lebih damai. Disiplin bukan lagi tentang menakut-nakuti, melainkan tentang mengajarkan tanggung jawab dengan cinta dan pengertian.
Ingat, anak belajar dari cara orang tua memperlakukan mereka. Jika orang tua menunjukkan kesabaran, ketenangan, dan konsistensi, anak pun akan tumbuh dengan nilai yang sama. Pada akhirnya, bukan hanya perilaku anak yang membaik, tapi hubungan dalam keluarga pun semakin kuat dan hangat.