Mengenal Co-Parenting, Cara Bijak Ibu dan Ayah Mengasuh Anak Meski Sudah Bercerai

Ilustrasi keluarga di China
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle – Dalam kehidupan rumah tangga, perceraian menjadi salah satu kenyataan pahit yang tak jarang harus dihadapi oleh sebagian pasangan. Meski hubungan sebagai suami istri berakhir, namun peran sebagai orang tua tak serta-merta selesai. 

Ramai Soal Acha Septriasa dan Vikcy Kharisma, Apa itu Co Parenting?

 

Demi menjaga stabilitas emosional dan tumbuh kembang anak, konsep co-parenting menjadi pendekatan yang kini semakin banyak diterapkan.

Ayah Absen dalam Pengasuhan? Ini Risiko Psikologis bagi Anak

 

Co-parenting adalah pola pengasuhan bersama yang dilakukan oleh kedua orang tua yang telah berpisah. Berbeda dengan pengasuhan tradisional di mana satu pihak mengambil alih seluruh tanggung jawab, co-parenting menekankan pada kerjasama, komunikasi, dan konsistensi antara kedua orang tua demi kepentingan anak. 

Anak Ingin Jadi Gamer, Dukung atau Larang? Begini Peluang Karier di Dunia Gaming

 

Meski tidak mudah, namun pendekatan ini bisa memberikan dampak positif jika dilakukan dengan tepat.

 

Apa Itu Co-Parenting?

 

Co-parenting merujuk pada praktik pengasuhan bersama oleh dua orang tua yang sudah tidak lagi hidup dalam satu rumah tangga. Pola ini menekankan pembagian tanggung jawab secara adil dalam membesarkan anak, termasuk dalam hal pendidikan, kegiatan sosial, kesehatan, hingga aspek emosional.

 

Kunci utama dari co-parenting adalah komunikasi yang terbuka, rasa saling menghargai, serta komitmen untuk memprioritaskan kepentingan anak di atas ego masing-masing. Meskipun hubungan pribadi antara kedua orang tua telah berakhir, mereka tetap perlu menjalin kerja sama secara profesional demi perkembangan anak.

 

Dampak Positif Co-Parenting pada Anak

 

Jika dilakukan dengan baik, co-parenting dapat memberikan berbagai manfaat penting bagi anak, di antaranya:

 

1. Stabilitas Emosional 

 

Anak yang melihat kedua orang tuanya tetap berhubungan baik meski telah berpisah, cenderung merasa lebih aman dan tidak terjebak dalam konflik batin. Mereka memahami bahwa meskipun orang tua mereka tidak lagi bersama, kasih sayang dan dukungan tidak akan berkurang.

 

2. Perkembangan Sosial yang Lebih Baik 

 

Anak yang tumbuh dalam lingkungan co-parenting yang sehat umumnya memiliki kemampuan sosial yang lebih baik. Mereka belajar dari teladan kedua orang tuanya dalam hal komunikasi, kompromi, dan pemecahan masalah.

 

3. Penghindaran Konflik yang Berlebihan 

 

Co-parenting yang sukses menghindarkan anak dari paparan konflik yang berlarut-larut. Hal ini sangat penting karena anak yang sering menyaksikan pertengkaran orang tuanya berisiko mengalami stres, kecemasan, bahkan trauma jangka panjang.

 

4. Konsistensi dalam Pengasuhan 

 

Salah satu tantangan dalam perceraian adalah perbedaan aturan atau nilai-nilai antara orang tua. Dengan adanya komunikasi dalam co-parenting, kedua belah pihak dapat menyepakati standar pengasuhan yang konsisten, sehingga anak tidak merasa bingung atau dimanipulasi.

 

5. Rasa Percaya Diri Anak Meningkat 

 

Anak yang tumbuh dalam lingkungan co-parenting yang sehat cenderung memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi. Mereka merasa didukung penuh oleh kedua orang tuanya, meskipun dalam bentuk keluarga yang tidak konvensional.

 

Tantangan Co-Parenting

 

Tentu saja, menerapkan co-parenting bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan kedewasaan emosional, kesabaran, dan kesediaan untuk menyingkirkan konflik pribadi. Beberapa tantangan yang umum ditemui antara lain:

 

- Ego salah satu pihak yang masih tinggi

- Kurangnya komunikasi atau ketidakjelasan tanggung jawab

- Perbedaan pola asuh yang signifikan

- Campur tangan dari pasangan baru atau keluarga besar

 

Namun, semua tantangan ini dapat diatasi dengan komitmen dan niat baik dari kedua orang tua.

 

Co-parenting bukan hanya tentang membagi waktu atau tanggung jawab secara teknis, tetapi juga tentang memberikan rasa aman dan cinta yang berkelanjutan kepada anak. 

 

Dengan komunikasi yang sehat dan niat yang tulus untuk menempatkan anak sebagai prioritas utama, co-parenting dapat menjadi solusi terbaik setelah perceraian.