Kenapa Anak Zaman Sekarang Lebih Suka Main Game daripada Baca Buku?

Ilustrasi anak membaca
Sumber :
  • Pixabay

Platform media sosial seperti TikTok dan YouTube memainkan peran besar dalam mempopulerkan budaya gaming di kalangan anak-anak. Konten seperti streaming gameplay atau tutorial game dari content creator seperti Jess No Limit di Indonesia atau MrBeast secara global mendorong anak untuk mencoba game yang sedang viral. 

Baru Sampai Kantor, Sudah Mikirin Makan Siang? Bisa Jadi Otakmu…..

Berdasarkan laporan DCDX 2024, 68% anak usia 10–14 tahun di Indonesia terinspirasi untuk bermain game setelah menonton konten digital. Buku, di sisi lain, kurang mendapat eksposur serupa karena jarang dipromosikan dengan cara yang sama menariknya di media sosial, membuatnya kalah bersaing dalam menarik perhatian Gen Alpha dan Gen Z.

3. Sistem Penghargaan Instan dalam Game

Game digital sering kali menggunakan sistem penghargaan seperti poin, level, atau in-game rewards untuk menjaga keterlibatan pemain. Menurut psikolog Dr. Pamela Rutledge dalam Psychology Today (2023), mekanisme ini memicu pelepasan dopamin di otak, menciptakan rasa senang yang membuat anak ingin terus bermain. Sebagai contoh, game seperti Genshin Impact memberikan hadiah harian yang memotivasi anak untuk kembali. 

Siap-Siap Ganti Profesi, Ini 5 Lowongan Kerja yang Akan Musnah di 2030

Membaca buku, meskipun bermanfaat untuk perkembangan kognitif jangka panjang, tidak memberikan kepuasan instan serupa, sehingga anak-anak cenderung memilih aktivitas yang lebih langsung memuaskan.

4. Aksesibilitas dan Kemudahan Teknologi

Kemajuan teknologi telah membuat perangkat seperti ponsel, tablet, dan konsol game seperti PlayStation atau Nintendo Switch mudah diakses oleh anak-anak. Di Indonesia, survei APJII 2024 menunjukkan bahwa 78% anak usia 6–12 tahun memiliki akses ke ponsel pintar. 

Halaman Selanjutnya
img_title
Bukan Cuma Jadi Content Creator, Ini 10 Lowongan Kerja Idaman Gen Z