Tradisi Menyapih Berbeda di Tiap Budaya, Boleh Dicoba Caranya!

Ilustrasi menggendong bayi
Sumber :
  • Pixabay

LifestyleMenyapih anak, yaitu proses mengakhiri pemberian ASI atau susu formula dan beralih ke makanan padat atau minuman lain, merupakan tahapan penting dalam perkembangan anak yang dipengaruhi oleh nilai budaya, tradisi, dan lingkungan sosial. Setiap budaya memiliki pendekatan unik dalam menyapih, yang tidak hanya mencerminkan nilai-nilai masyarakatnya, tetapi juga menawarkan cara-cara kreatif untuk menjadikan proses ini bermakna bagi anak dan keluarga.

Cara Membiasakan Anak Bangun Pagi, Kiat Praktis Ajarkan Disiplin

Dari ritual simbolis hingga pendekatan praktis, tradisi menyapih di berbagai belahan dunia menunjukkan keragaman yang kaya dan dapat menjadi inspirasi bagi orang tua modern. Artikel parenting ini akan mengulas beberapa tradisi menyapih dari berbagai budaya, menyoroti keunikan dan nilai yang dapat diadaptasi untuk mendukung proses penyapihan yang lembut dan penuh kasih sayang.

Tradisi Menyapih di Indonesia

Di Indonesia, tradisi menyapih sering kali dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya lokal dan agama. Misalnya, di kalangan masyarakat Jawa, penyapihan kadang-kadang ditandai dengan upacara kecil yang disebut "selamatan" atau "nguripke susu". Upacara ini melibatkan doa bersama keluarga untuk memohon kelancaran proses penyapihan dan kesehatan anak.

5 Dongeng Anak Sebelum Tidur yang Paling Menyentuh Hati

Makanan simbolis, seperti bubur merah putih, sering disajikan untuk menandakan transisi anak ke tahap baru dalam hidupnya. Selain itu, beberapa keluarga di Indonesia menggunakan pendekatan tradisional, seperti mengoleskan ramuan pahit, seperti daun sirih, pada puting ibu untuk mengurangi minat anak menyusu. Meskipun metode ini kontroversial, penting untuk memastikan bahan yang digunakan aman dan tidak menyebabkan ketidaknyamanan berlebih pada anak.

Tradisi Menyapih di Afrika

Di beberapa budaya Afrika, seperti suku Maasai di Kenya dan Tanzania, menyapih sering dikaitkan dengan ritus peralihan yang menandakan kemandirian anak. Anak yang disapih diperkenalkan pada makanan tradisional, seperti susu sapi fermentasi atau bubur jagung, sebagai bagian dari proses transisi.

Menyapih Mendadak Bisa Sebabkan Dampak Buruk, Ketahui 5 Hal Ini

Ibu sering melibatkan komunitas dalam proses ini, di mana anggota keluarga atau tetangga membantu menciptakan lingkungan yang mendukung anak selama penyapihan. Pendekatan ini menekankan pentingnya dukungan sosial, yang dapat mengurangi stres emosional anak. Selain itu, beberapa suku di Afrika Barat menggunakan lagu dan tarian untuk menenangkan anak selama masa transisi, menciptakan suasana yang menyenangkan dan penuh kasih sayang.

Tradisi Menyapih di Jepang

Di Jepang, penyapihan sering dilakukan dengan pendekatan yang lembut dan bertahap, sejalan dengan nilai budaya yang menekankan harmoni dan keseimbangan. Banyak ibu Jepang memperkenalkan makanan padat, seperti bubur nasi (okayu), sejak usia dini sambil tetap menyusui hingga anak berusia sekitar 2 tahun atau lebih.

Tradisi "O-neeto" di beberapa komunitas lokal melibatkan perayaan kecil saat anak mulai beralih dari ASI ke makanan keluarga. Selama acara ini, anak diberikan makanan simbolis yang mewakili kesehatan dan kemakmuran. Pendekatan ini tidak hanya membantu anak beradaptasi secara fisik, tetapi juga memperkuat ikatan keluarga melalui ritual bersama.

Tradisi Menyapih di India

Di India, penyapihan sering dikaitkan dengan tradisi keagamaan dan astrologi. Dalam beberapa komunitas Hindu, waktu penyapihan ditentukan berdasarkan perhitungan astrologi atau saran dari pandita untuk memastikan momen yang dianggap menguntungkan.

Makanan pertama yang diberikan saat penyapihan sering kali adalah kheer, hidangan manis berbasis susu dan beras yang melambangkan kelimpahan. Ibu juga sering menggunakan pendekatan bertahap, mengurangi frekuensi menyusu sambil memperkenalkan makanan tradisional yang kaya nutrisi, seperti dal dan sayuran yang dimasak lembut. Pendekatan ini mencerminkan perhatian terhadap kebutuhan nutrisi anak sekaligus menjaga nilai budaya.

Tradisi Menyapih di Eropa Barat

Di negara-negara Eropa Barat, seperti Inggris dan Prancis, penyapihan cenderung lebih individual dan dipengaruhi oleh pedoman medis modern. Banyak ibu mengikuti rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk menyusui hingga usia 2 tahun, tetapi penyapihan sering dimulai lebih awal, sekitar usia 12-18 bulan, tergantung pada kesiapan anak.

Pendekatan populer termasuk "child-led weaning", di mana ibu mengikuti isyarat anak, seperti berkurangnya minat menyusu atau kemampuan mengonsumsi makanan padat. Beberapa keluarga juga mengadakan perayaan kecil, seperti memberikan cangkir khusus kepada anak sebagai tanda kemandirian. Pendekatan ini menekankan fleksibilitas dan kenyamanan anak, dengan fokus pada transisi yang alami.

Mengapa Tradisi Budaya Penting dalam Penyapihan?

Tradisi menyapih dari berbagai budaya menawarkan wawasan berharga tentang cara menciptakan proses yang bermakna dan mendukung. Dengan memahami pendekatan ini, orang tua modern dapat mengadaptasi elemen-elemen yang sesuai dengan kebutuhan keluarga mereka. Misalnya, melibatkan komunitas atau keluarga seperti dalam tradisi Afrika dapat membantu anak merasa didukung, sementara pendekatan bertahap ala Jepang dapat mengurangi stres emosional.

Namun, penting untuk memastikan bahwa metode yang diadopsi aman dan sesuai dengan rekomendasi medis. Konsultasi dengan dokter anak atau konselor laktasi dapat membantu menyesuaikan tradisi budaya dengan kebutuhan kesehatan anak dan ibu. Dengan menggabungkan kearifan budaya dan pengetahuan modern, penyapihan dapat menjadi pengalaman yang memperkaya bagi seluruh keluarga.