Strategi Jitu Menaikkan Berat Badan Anak yang Susah Makan
- Freepik
Lifestyle –Masalah anak yang susah makan sering kali menjadi kekhawatiran utama orang tua, terutama ketika berat badan anak tidak kunjung naik sesuai standar pertumbuhan. Anak yang sulit makan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kebiasaan makan yang tidak konsisten, gangguan sensorik, atau kurangnya minat terhadap makanan.
Namun, dengan pendekatan yang tepat, orang tua dapat membantu anak mencapai berat badan ideal tanpa memicu stres atau konflik. Artikel parenting ini akan mengulas strategi-strategi berbasis ilmiah dan praktis untuk menaikkan berat badan anak yang susah makan, dengan fokus pada gizi seimbang, pengelolaan pola makan, dan penciptaan lingkungan makan yang positif.
Memahami Penyebab Anak Susah Makan
Sebelum menerapkan strategi, penting untuk memahami mengapa anak sulit makan. Menurut pedoman dari American Academy of Pediatrics, faktor seperti preferensi tekstur makanan, gangguan pencernaan, atau kebiasaan makan yang selektif (picky eating) dapat menjadi penyebab utama. Beberapa anak mungkin menolak makanan karena pengalaman negatif, seperti tersedak, atau karena bosan dengan menu yang monoton.
Konsultasi dengan dokter anak atau ahli gizi dapat membantu mengidentifikasi apakah ada masalah medis, seperti alergi makanan atau gangguan saluran cerna, yang perlu ditangani terlebih dahulu. Dengan memahami akar masalah, orang tua dapat menyesuaikan pendekatan yang lebih efektif.
Menyusun Menu Bergizi Tinggi Kalori
Untuk menaikkan berat badan, anak membutuhkan asupan kalori yang lebih tinggi dari kebutuhan harian mereka, tetapi tetap seimbang secara gizi. Menurut Dietary Guidelines for Americans, anak usia 2–8 tahun membutuhkan 1.000–1.800 kalori per hari, tergantung pada usia dan tingkat aktivitas.
Pilih makanan padat gizi yang kaya kalori, seperti alpukat, keju, selai kacang, atau minyak zaitun. Misalnya, menambahkan satu sendok teh minyak zaitun ke nasi atau sayuran dapat meningkatkan asupan kalori tanpa menambah volume makanan yang signifikan.
Sertakan sumber protein berkualitas, seperti telur, daging tanpa lemak, atau kacang-kacangan, untuk mendukung pertumbuhan otot. Karbohidrat kompleks, seperti nasi merah, kentang, atau oatmeal, juga penting untuk memberikan energi berkelanjutan.
Jangan lupakan lemak sehat, seperti yang ditemukan dalam ikan salmon atau kacang almond, untuk meningkatkan kalori tanpa mengorbankan kesehatan. Untuk anak yang sulit makan, sajikan makanan dalam porsi kecil namun sering, misalnya 5–6 kali sehari, agar tidak terasa berat bagi mereka.
Menciptakan Suasana Makan yang Menyenangkan
Lingkungan makan memengaruhi minat anak terhadap makanan. Penelitian dalam Journal of Pediatric Psychology menunjukkan bahwa anak cenderung makan lebih baik dalam suasana yang santai dan bebas tekanan. Hindari memaksa anak untuk menghabiskan makanan, karena hal ini dapat memicu penolakan yang lebih kuat.
Sebaliknya, ciptakan pengalaman makan yang positif dengan melibatkan anak dalam prosesnya, seperti memilih sayuran di pasar atau membantu menyiapkan makanan sederhana. Gunakan piring atau wadah dengan warna dan bentuk menarik untuk menarik perhatian anak.
Orang tua juga dapat memperkenalkan elemen permainan, seperti menyusun makanan menjadi bentuk wajah atau karakter favorit anak. Namun, pastikan permainan ini tidak mengalihkan fokus dari makan itu sendiri.
Selain itu, tetapkan jadwal makan yang konsisten, misalnya tiga kali makan utama dan dua kali camilan, untuk membangun kebiasaan makan yang teratur tanpa membuat anak merasa tertekan.
Mengatasi Picky Eating dengan Variasi Makanan
Anak yang susah makan sering kali menunjukkan perilaku picky eating, yaitu hanya mau makan jenis makanan tertentu. Untuk mengatasinya, perkenalkan variasi makanan secara bertahap.
Menurut ahli gizi anak, Dr. Natalie Muth, diperlukan 10–15 kali paparan terhadap makanan baru sebelum anak mulai menerimanya. Sajikan makanan baru bersama makanan favorit anak untuk mengurangi penolakan. Misalnya, jika anak menyukai nugget ayam, cobalah menyandingkannya dengan sayuran kukus yang diberi sedikit keju leleh untuk menambah daya tarik.
Eksperimen dengan tekstur dan rasa juga penting. Beberapa anak menolak makanan karena teksturnya, seperti sayuran yang terlalu lunak atau keras. Coba variasikan cara pengolahan, misalnya memanggang wortel untuk tekstur renyah atau membuat smoothie dari buah dan sayur untuk anak yang sulit mengunyah. Pastikan untuk tidak menyerah terlalu cepat dan tetap sabar dalam proses ini.
Memanfaatkan Camilan Sehat
Ilustrasi yogurt
- Pixabay
Camilan dapat menjadi cara efektif untuk menambah asupan kalori anak. Pilih camilan yang padat gizi, seperti yogurt penuh lemak dengan potongan buah, roti gandum dengan selai kacang, atau smoothie berbasis susu dengan tambahan pisang dan madu.
Hindari camilan rendah gizi, seperti permen atau keripik, yang dapat mengurangi nafsu makan anak saat waktu makan utama. Atur waktu camilan agar tidak terlalu dekat dengan jam makan utama, misalnya 2–3 jam sebelumnya, untuk memastikan anak tetap lapar saat makan besar.
Melibatkan Ahli Gizi atau Terapis Makan
Jika berbagai strategi tidak membuahkan hasil, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan ahli gizi atau terapis makan. Mereka dapat membantu menyusun rencana makan yang sesuai dengan kebutuhan anak, termasuk suplementasi jika diperlukan.
Misalnya, anak dengan defisiensi zat besi atau vitamin D mungkin memerlukan suplemen untuk meningkatkan nafsu makan. Terapis makan juga dapat membantu anak dengan gangguan sensorik, seperti kepekaan terhadap tekstur makanan, melalui pendekatan bertahap yang disesuaikan.
Memantau Pertumbuhan dengan Bijak
Pantau perkembangan berat badan anak secara rutin, tetapi hindari obsesi terhadap angka. Gunakan kurva pertumbuhan WHO atau CDC sebagai panduan, dan konsultasikan hasilnya dengan dokter anak. Perhatikan juga tanda-tanda kesehatan secara keseluruhan, seperti tingkat energi, pola tidur, dan perkembangan motorik. Peningkatan berat badan yang sehat adalah proses bertahap, dan tekanan berlebihan dapat membuat anak semakin menolak makanan.