Ternyata Gosip Bisa Bikin Hubungan Lebih Harmonis dan Karier Makin Sukses
- iStock
Lifestyle –Gosip sering kali dipandang negatif. Namun, penelitian terbaru dari University of California, Riverside menunjukkan hal berbeda. Menurut para peneliti, gosip tidak selalu buruk.
Gosip adalah bagian tak terhindarkan dari komunikasi dan interaksi sosial manusia. Studi UC Riverside menemukan hampir semua orang bergosip, dengan rata-rata 52 menit per hari dihabiskan untuk membicarakan orang yang tidak ada di tempat.
Ini membuktikan gosip adalah perilaku universal, bukan sifat buruk yang hanya ada pada kelompok tertentu. Gosip adalah mekanisme alami untuk berbagi informasi, membangun ikatan sosial, dan memahami jaringan sosial yang kompleks. Dengan kata lain, gosip bukan baik atau buruk melainkan cerminan cara manusia berinteraksi. Berikut ini rangkuman terkait penelitian yang menyebut gosip itu baik seperti dilansir dari laman Times of India, Selasa 30 Sepetember 2025.
Benarkah Perempuan Lebih Suka Gosip?
Berlawanan dengan anggapan umum, penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan tidak lebih banyak bergosip negatif dibandingkan laki-laki. Memang, survei menemukan perempuan sedikit lebih sering bergosip, tetapi isi pembicaraan mereka cenderung netral dan berupa berbagi informasi, bukan menjatuhkan orang lain.
Temuan ini menantang stereotip lama bahwa perempuan bergosip hanya untuk merugikan orang lain. Faktanya, gosip adalah bentuk komunikasi yang dipakai semua gender untuk membangun hubungan dan bertukar pengetahuan sosial.
Faktor Usia dalam Gosip
Penelitian juga menemukan bahwa orang yang lebih muda cenderung lebih banyak bergosip negatif dibanding orang dewasa yang lebih tua. Namun, jumlah gosip secara keseluruhan tidak jauh berbeda antar kelompok usia.
Ini berarti isi atau nada gosip bisa berubah seiring bertambahnya usia, tetapi dorongan manusia untuk membicarakan orang lain tetap sama sepanjang hidup. Kaum muda mungkin lebih kritis, tapi fungsi sosial gosip untuk menjalin kedekatan dan bertukar informasi, tetap penting di semua usia.
Kepribadian dan Kondisi Sosial Ekonomi
Penelitian ini juga menemukan bahwa orang ekstrovert lebih sering bergosip dibanding introvert, di semua kategori. Artinya, kepribadian sangat memengaruhi seberapa banyak seseorang bergosip.
Sebaliknya, status sosial ekonomi atau tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap frekuensi gosip. Hal ini membantah mitos bahwa orang dengan pendidikan rendah atau kondisi ekonomi lemah lebih banyak bergosip. Jadi, gosip lebih dipengaruhi oleh sifat pribadi dan konteks sosial daripada faktor pendapatan atau pendidikan.
Saat Gosip Memberi Dampak Positif
Secara global, gerakan #MeToo dan budaya speak up menciptakan ruang aman untuk berdiskusi dan berbagi informasi. Gerakan ini mengubah cara pandang terhadap gosip bukan lagi semata masalah, tetapi juga alat penting untuk mengungkap “masalah di balik masalah,” termasuk perilaku buruk yang tersembunyi dan bisa dibiarkan begitu saja jika tidak dibicarakan.
Selain itu, penelitian menunjukkan gosip bisa membawa manfaat. Gosip positif, seperti menyampaikan pujian atau informasi baik tentang rekan kerja, bisa meningkatkan semangat, membangun kepercayaan, dan mempererat hubungan sosial.